29. Ruang BK

150 10 1
                                    

Devi duduk terpaku di bangkunya. Suara guru kimia yang sedang menerangkan bab senyawa pun sama sekali tidak digubrisnya. Pandangannya menatap papan tulis namun tidak dengan pikirannya. Devi masih memikirkan kejadian semalam. Bukan! Bukan karena mimpi buruknya melainkan bagaimana nyamannya tidur sembari memeluk Alby. Mungkin terdengar mesum tapi Devi menyukainya.

Bagaimana Alby menenangkannya setelah mimpi buruk dan bagaimana tangan Alby mengelus pundaknya lembut agar Devi tertidur pun masih teringat jelas di kepala Devi. Di balik sifat Alby yang menyebalkan ternyata Alby merupakan sosok yang perhatian.

Jika kalian bertanya apakah Devi tidak kepikiran dengan mimpi buruknya yang terasa nyata? Jawabannya adalah tentu saja kepikiran hanya saja Devi mencoba melupakan mimpi tersebut dan beranggapan bahwa mimpi tersebut hanyalah bunga tidurnya saja tidak lebih. Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan dari itu.

Kring!!!

Bel istirahat berbunyi. Gara dan Arin langsung bergegas menuju bangku Devi dan segera menyadarkan Devi dari lamunannya.

"Kemarin kau berkelahi dengan Jessica?" tanya Gara.

"Darimana kalian tahu? Aku bahkan belum memberitahu kalian," bingung Devi.

"Kau tidak tahu kalau sekarang kau jadi bintang pergulatan sekolah?" tanya Arin.

"Hah apa maksudmu?" tanya Devi bingung.

Arin pun mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah vidio dimana Devi dan Jessica berkelahi kemarin. Mata Devi pun membulat sempurna begitu melihat adegan dirinya berkelahi dengan Jessica dan teman-temannya sampai Alby datang memisahkan mereka.

"Lho? Siapa yang merekam?" bingung Devi.

"Tidak hanya satu dua orang yang merekam kejadian itu dan sekarang seluruh penduduk sekolah juga memiliki vidio perkelahianmu," jawab Gara.

Devi menepuk jidatnya pelan dan menyesali perbuatannya. Ia pasti akan terkena masalah setelah ini.

"Dev, kau dipanggil bu Nisa ke ruang BK," ujar Leo selaku ketua kelas.

Tuhkan Devi benar-benar terkena masalah.

"Dan sekarang vidio itu sampai ke ruang BK," eluh Devi.

"Harusnya aku menemanimu sampai penjemputmu datang kemarin," sesal Gara.

"Tidak apa-apa. Tidak perlu merasa bersalah, toh ini juga bukan sepenuhnya salahku. Jika si nenek sihir Jessica tidak menamparku lebih dulu aku juga tidak akan memukulnya," ujar Devi.

"Kau tidak takut dimarahi dokter Alby?" tanya Gara yang diangguki oleh Arin.

"Om Alby sudah memarahiku kemarin, masa mau memarahiku lagi."

"Baiklah semoga saja dokter Alby tidak memarahimu lagi," ujar Gara.

"Baiklah aku pergi dulu. Doakan aku ya?" pamit Devi dengan dramatis.

*****

Begitu Devi tiba di ruang BK, disana sudah ada Jessica, Clara dan satu temannya lagi yang Devi tidak tahu namanya. Devi diminta duduk di samping Jessica oleh bu Nisa namun Devi menolaknya dengan alasan takut jika tangannya tidak sengaja memukul Jessica lagi dan tentu saja hal itu membuat Jessica marah.

"Ibu sudah menghubungi wali kalian. Kita tunggu sampai mereka datang," ujar bu Nisa.

Begitu mendengarnya, Devi langsung panik. Bukankah dalam data sekolah nomor yang dicantumkan disana adalah nomor kakaknya Sean? Bagaimana jika bu Nisa menghubungi Sean dan memberitahunya jika Devi berkelahi di sekolah? Kakaknya pasti akan marah besar padanya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang