Devi melirik ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Rupanya jam besuk sudah habis, jadi ia tidak bisa bertemu dengan Laudya hari ini. Devi pun mengusap air matanya dan memutuskan untuk kembali ke kampusnya.
Begitu ia keluar dari kantor polisi, Devi sangat terkejut begitu mendapati Satya sudah berdiri di depan mobil seperti menunggu dirinya.
"Pak Satya?"
"Sudah selesai non? Ayo kita pulang," ajak Satya sembari membuka pintu mobil mempersilahkan Devi masuk.
Devi pun berjalan masuk ke dalam mobil.
Bagaimana bisa pak Satya tahu aku di kantor polisi?
"Pak," panggil Devi.
"Iya non?"
"Pak Satya tahu saya berada di kantor polisi dari siapa?" tanya Devi.
"Den Alby non."
Mati aku!
"Om Alby bilang apa pak?"
"Tidak ada, hanya meminta saya pergi ke kantor polisi menjemput non Devi."
Devi menggigit bibir bawahnya untuk menyalurkan rasa takutnya. Sepertinya begitu ia pulang nanti Alby akan menyambut Devi dengan kemarahannya.
*****
Devi tiba di rumah saat matahari mulai tenggelam. Bahkan hari sudah mulai gelap dan angin dingin mulai berhembus memberi tanda akan hujan sebentar lagi.
Devi berdiam diri sebentar di dalam mobil. Enggan untuk masuk ke dalam rumah. Ia hanya takut jika Alby marah padanya karena diam-diam bertemu dengan Raden.
"Non?"
"Iya pak?"
Devi segera tersadar dari lamunannya dan menatap ke arah Satya yang kini sudah membukakan pintu mobil agar Devi segera turun.
Devi pun segera turun dari mobil. Ia berulang kali mencoba menguatkan mentalnya kalau-kalau Alby akan memarahinya.
Oh ayolah! Ke mana keberanianmu selama ini Dev?
Devi berjalan memasuki rumah. Suasana rumah tampak sepi membuat Devi sedikit lega. Apa itu artinya Alby sedang keluar?
"Sudah pulang?"
Devi diam mematung. Itu suara Alby!
Devi segera memutar tubuhnya dan ia mendapati Alby tengah duduk di sofa ruang tamu sembari menatap ke arahnya.
Astaga kenapa aku tidak melihat ada om Alby duduk di sana?
"Om Alby sejak kapan ada di situ?" tanya Devi kikuk.
"Sejak tadi. Aku sengaja menunggumu pulang," jawab Alby. "Kemarilah. Duduklah di sampingku," lanjut Alby menepuk sofa di sampingnya.
Devi berjalan dengan amat pelan ke arah Alby dan duduk di sebelahnya. Devi berusaha bersikap biasa saja pada Alby namun nyatanya ia tidak bisa. Devi sebetulnya juga heran kenapa ia bisa sekeras kepala itu dan sulit diatur.
"Tante Ishy dan om Abi ke mana om?" tanya Devi pelan mencoba mengatasi rasa takutnya.
"Mereka pergi ke pesta ulang tahun teman ayah," jawab Alby menatap ke arah Devi.
Melihat tatapan Alby yang tampak tidak bersahabat membuat nyali Devi menjadi ciut saat berhadapan dengan Alby.
"Sudah selesai urusannya di kampus?" tanya Alby.
"Su...sudah om. Nanti setelah kelulusan SMA baru ada beberapa hal lagi yang harus diurus," jawab Devi.
Alby hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban Devi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Alby Pujaan Hati
Ngẫu nhiênAlby yang seorang dokter bedah digestif pun harus menjadi orangtua asuh sementara untuk Devi yang seorang gadis SMA manja berjiwa balita atas permintaan sahabatnya yang tengah sakit Angiosarcoma hati. Tidak hanya berhadapan dengan kenakalan dan kera...