Abimanyu menatap Alby dengan tajam sembari bersilang dada. Keduanya sedang berada di ruang keluarga menunggu Devi dan juga Ishwari yang sedang berada di dalam kamar mandi untuk memastikan kebenaran dari informasi yang didengar oleh Abimanyu.
Abimanyu menunggu dengan gugup sedangkan Alby hanya diam saja sembari sesekali tertawa kecil begitu mengingat perkataan spontan Devi untuk lepas darinya. Padahal niat Alby mencium Devi pada saat Abimanyu menguping pembicaraannya hanyalah untuk memberitahu ayahnya jika ia tidak akan melepaskan Devi begitu saja dan akan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan Devi di sisinya. Tapi siapa sangka Devi malah berpikir Alby benar-benar mengajaknya untuk membuat bayi sehingga kalimat spontan itu keluar begitu saja dari mulut Devi.
"Kenapa tertawa? Lucu?" sinis Abimanyu sembari menatap Alby tidak suka begitu Abimanyu memergoki Alby yang tengah tertawa kecil.
"Tidak lucu yah," jawab Alby cepat dan langsung merubah ekspresinya menjadi serius.
"Hidupmu hanya bergantung pada hasil testpack Devi. Jika hasilnya positif maka persiapkan lehermu, ayah akan menebas kepalamu," ancam Abimanyu yang membuat Alby bergidik ngeri.
"Tega sekali," lirih Alby.
"Kenapa tidak tega? Memangnya kalau anak berbuat salah harus dibela dan dimaklumi?! Alby ayah peringatkan ya, Devi sudah seperti putriku sendiri jadi jika sampai terjadi sesuatu pada Devi seperti ini misalnya, ayah adalah orang pertama yang akan menghajarmu," ujar Abimanyu penuh penekanan.
"Jangan hajar om Alby om huaaa," raung Devi yang baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung memeluk Alby. "Jika om Abi menghajar om Alby, anakku akan kehilangan ayahnya bahkan sebelum ia mampu melihat keindahan dunia yang kejam ini," lanjut Devi dramatis.
"Jadi hasilnya positif?" tanya Abimanyu terkejut.
"Iya om," lirih Devi sembari terus memeluk Alby.
Abimanyu menoleh ke arah istrinya untuk meminta kebenaran dari apa yang disampaikan Devi padanya. Begitu Ishwari menganggukkan kepalanya tanda bahwa apa yang dikatakan Devi memang benar, amarah langsung mencapai ubun-ubunnya.
Abimanyu segera menarik kerah baju Alby agar Alby berdiri. Devi berusaha menghentikan Abimanyu namun ia kalah tenaga. Sedetik kemudian Abimanyu langsung memukul Alby hingga Alby jatuh terpental dengan sudut bibirnya terluka.
"Om hentikan!! Jangan sakiti om Alby!!" histeris Devi sembari memeluk tubuh Alby.
"Kau-" Abimanyu tidak mampu melanjutkan lagi perkataannya, ia pun menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan sebelum akhirnya ia melanjutkan kembali perkataannya. "Ayah tidak tahu kalimat apa yang pantas menggambarkan emosi ayah padamu By. Kau sudah merusak putri ayah. Aku tidak pernah sekalipun mengajarimu menjadi seorang bajingan! Ayah tahu kau mencintainya tapi tidak dengan cara seperti ini By!!"
Bugh!
Abimanyu kembali melayangkan tinjunya ke arah Alby yang malah membuat Devi semakin histeris.
"Kau tahu masa depan Devi masih panjang kan? Kau tidak dengar dia ingin melanjutkan sekolahnya ke UI? Devi punya cita-cita, lalu bagaimana caranya dia bisa mewujudkan cita-citanya jika ia mengandung anakmu?!!"
Bugh!
"Hentikan om kumohon hentikan!! Ini hanya bohongan, aku tidak hamil. Aku menyerah, aku mengaku berbohong. Kumohon jangan pukul om Alby lagi," tangis Devi menghentikan Abimanyu yang hendak memukul Alby lagi.
"Dev," protes Alby begitu Devi mengakui kebohongannya. "Aku sudah bersusah payah membuat ibu mau bekerja sama dengan kita tapi kau malah mengacaukan semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Alby Pujaan Hati
De TodoAlby yang seorang dokter bedah digestif pun harus menjadi orangtua asuh sementara untuk Devi yang seorang gadis SMA manja berjiwa balita atas permintaan sahabatnya yang tengah sakit Angiosarcoma hati. Tidak hanya berhadapan dengan kenakalan dan kera...