104. Universal Studios

26 2 2
                                    

Devi menatap jari manisnya dengan perasaan membuncah bahagia. Apa yang dialaminya semalam benar-benar nyata atau hanya mimpi belaka? Tapi sepertinya itu bukan mimpi. Buktinya cincin bermata berlian merah muda itu telah melingkar indah di jari manisnya.

Devi tidak menyangka Alby melamarnya secepat ini. Apa tandanya mereka sebentar lagi akan menikah?

Memikirkannya saja membuat Devi sangat bahagia. Devi sudah membayangkan betapa indah hari-harinya bersama Alby sebagai suaminya. Bangun tidur disambut dengan ciuman hangat Alby di keningnya lalu menyiapkan sarapan untuk Alby dan bekal untuk anaknya nanti. Benar-benar masa depan yang paling diinginkan oleh Devi.

Tunggu dulu! Bukankah Devi tidak bisa memasak? Baiklah kalau begitu selepas pulang liburan dari Singapura Devi harus mengambil kursus memasak.

"Morning," sapa Alby yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Devi menoleh ke arah Alby yang terlihat sangat menarik dengan rambut basah dan handuk sepinggangnya menampilkan otot perut Alby.

Untuk seperkian detik Devi hanya terdiam sembari menikmati pemandangan di pagi harinya.

"Kau lihat apa?" tanya Alby.

"Lihat om Alby. Om Alby benar-benar seksi," jujur Devi yang membuat Alby tertawa kecil.

Alby pun berjalan mendekat dan duduk di pinggir ranjang menghadap ke arah Devi. Alby membelai lembut rambut Devi dan menatapnya dalam.

"Kau jauh lebih seksi daripada aku," puji Alby.

"Bukankah om Alby bilang lemakku di mana-mana?" sindir Devi.

"Memang, tapi menurutku kau tetap menarik dan seksi," jawab Alby yang membuat Devi tersenyum lebar.

"Ayo bangun. Aku akan memesan makanan. Setelah selesai sarapan aku akan membawamu pergi jalan-jalan."

"Ke mana om?"

"Universal studios. Kita harus berangkat pagi sebelum antriannya panjang," jawab Alby yang membuat Devi langsung berbinar.

"Baiklah om Alby pesan makanan dan aku akan mandi." Devi langsung bangkit dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi.

"Jangan lari nanti jatuh!" tegur Alby yang tentu saja dianggap angin lalu oleh Devi.

Alby menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Devi. Devi benar-benar tampak sempurna dengan tingkah menggemaskannya.

*****

Alby berusaha menenangkan Devi yang masih saja menangis setelah memasuki wahana revenge of the mummy. Begitu memasuki wahana tersebut Devi sudah berteriak ketakutan dan berkali-kali bersembunyi di dalam pelukan Alby.

Bahkan setelah keluar dari wahana pun ia masih menangis yang membuat Alby menyesal membawa Devi memasuki wahana tersebut.

"Sudah jangan menangis lagi. Sekarang sudah selesai, tidak ada mummy lagi," bisik Alby pada Devi yang terus memeluknya erat.

"Aku tidak mau masuk ke sana lagi," ujar Devi menatap Alby dengan mata sembabnya.

"Iya, maaf seharusnya aku tidak membawamu masuk ke sana."

Devi menganggukkan kepalanya tanda ia memaafkan Alby.

"Ayo kita cari wahana lain yang lebih menyenangkan," ajak Alby.

"Tapi jangan yang menyeramkan," pinta Devi.

"Tidak kok. Aku jamin ini pasti menyenangkan," ujar Alby.

Devi pun menurut begitu tangannya digenggam oleh Alby. Namun begitu di tengah jalan Devi menghentikan langkahnya begitu ia melihat wahana yang sangat menarik untuknya.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang