"Pelan-pelan Sep! Jangan sampai kita ketahuan," lirih Devi sembari berjalan mengendap-endap di depan Asep.
Kini mereka berdua tengah berusaha keluar dari rumah tanpa ketahuan. Pagi-pagi buta sekali Devi sengaja membangunkan Asep yang sekarang sudah tinggal di paviliun rumah Abimanyu dan memintanya untuk menemaninya pergi ke jalan bercabang yang ia tanyakan pada Alby tadi malam. Bahkan Devi harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melepaskan diri dari pelukan Alby tanpa membangunkannya karena jika Alby terbangun, Devi bisa pastikan rencananya akan gagal total.
"Non ini kita mau ke mana?" tanya Asep takut.
"Kita keluar dulu dari rumah, nanti aku jelaskan," jawab Devi.
Setelah sebisa mungkin tidak menimbulkan suara dan berjalan mengendap-endap tanpa ketahuan, akhirnya mereka pun berhasil keluar dari rumah.
"Ayo Sep!" Devi menarik tangan Asep.
"Tunggu dulu non! Kita mau ke mana?" tanya Asep menghentikan langkah Devi.
"Jalan-jalan!" jawab Devi asal sembari terus menarik tangan Asep.
"Non Devi tidak mengajak saya kabur ke kota lagi kan? Saya tidak mau dipecat den Alby non."
"Siapa juga yang mau kabur ke kota hanya mengenakan piyama seperti ini. Aku hanya ingin pergi ke jalan bercabang yang berada di ujung jalan sana Sep. Kau tahu kan?"
"Hah untuk apa kita ke sana pagi-pagi buta seperti ini non? Nanti kalau ada hantunya bagaimana? Di sana ada bangunan tua terbengkalai lho non, pasti banyak setannya," tolak Asep panik.
"Tidak ada hantunya. Di zaman sekarang manusia lebih menyeramkan daripada hantu jadi kau tenang saja dan jangan cerewet atau kita akan ketahuan sebelum sampai ke tempat tujuan," ujar Devi yang membuat Asep langsung bungkam dan mau tidak mau menuruti Devi.
"Tujuan? Kalian pagi-pagi seperti ini mau pergi ke mana?"
Deg! Suara itu!!
Devi langsung membalikkan badannya dan ia sangat terkejut begitu mendapati Alby sudah berdiri di belakangnya sembari bersilang dada.
"Om Alby... om Alby kok ada di sini?" tanya Devi kikuk.
"Sep kalian mau pergi ke mana?" tanya Alby pada Asep.
"Anu den ehm...."
Devi segera memberi isyarat pada Asep agar Asep tidak mengatakan ke mana mereka akan pergi namun sepertinya Asep tidak paham dengan isyarat yang dimaksudkan oleh Devi.
"Ke mana Sep?" ulang Alby.
"Anu den, non Devi mengajak saya ke jalan-"
"Jalan-jalan om! Iya jalan-jalan. Aku sengaja meminta Asep untuk menemaniku jalan-jalan pagi," potong Devi sebelum Asep mengatakan yang sejujurnya.
"Eh? Bukannya non Devi tadi minta ditemani-"
"Naik kuda! Iya Sep, awalnya aku ingin memintamu menemaniku naik kuda tapi tidak jadi karena aku berubah pikiran dan ingin jalan-jalan," potong Devi lagi.
"Sep-"
"Sep cepat kembali ke kamarmu, aku tidak jadi jalan-jalan. Sana kembali!"
Devi segera meminta Asep untuk kembali ke kamarnya sebelum Alby bertanya macam-macam padanya.
"Ayo om kita kembali ke kamar. Ini masih pagi, aku kedinginan," ajak Devi sembari menarik tangan Alby agar segera masuk ke dalam rumah.
"Kenapa terburu-buru sekali? Bukankah kau ingin jalan-jalan?" tanya Alby.
"Tidak jadi. Di luar masih gelap, aku takut bertemu hantu," jawab Devi tanpa melepaskan tangannya dari Alby dan terus menarik tangan Alby ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Alby Pujaan Hati
RandomAlby yang seorang dokter bedah digestif pun harus menjadi orangtua asuh sementara untuk Devi yang seorang gadis SMA manja berjiwa balita atas permintaan sahabatnya yang tengah sakit Angiosarcoma hati. Tidak hanya berhadapan dengan kenakalan dan kera...