53. Berkelahi 'lagi'

124 11 2
                                    

Arin dan Gara menatap kearah Devi dengan pandangan heran. Pasalnya sedari ia masuk ke kelas sampai jam istirahat hingga mereka berada di kantin Devi tidak henti-hentinya tersenyum-senyum sendiri. Bahkan tidak jarang tiba-tiba ia tertawa kecil yang membuat Gara dan Arin reflek menempelkan telapak tangannya pada dahi Devi untuk mengecek suhu badannya.

"Dev kau masih sakit?" tanya Gara.

"Tidak. Siapa yang sakit?" jawab Devi.

"Lalu kenapa kau sedari tadi senyum-senyum sendiri? Ini pasti karena kak Raden kan? Kemarin kau kan pergi menemuinya dan gara-gara itu juga aku dan Gara menjadi tukang cuci piring dadakan," ujar Arin sedikit kesal begitu ia ingat kejadian di restoran kemarin.

"Ah aku minta maaf, nanti kuganti uangnya dua kali lipat karena kalian harus menjadi tukang piring dadakan," ujar Devi menyesal. "Tapi aku senang hari ini bukan karena kak Raden, tapi om Alby," lanjut Devi riang.

"Om Alby?"

"Iya. Mendekatlah kearahku," ujar Devi meminta Gara dan Arin mendekat kearah Devi.

"Om Alby menciumku," ujar Devi sembari tersenyum malu.

"Apa?!!!"

"Arin jangan berteriak nanti yang lain dengar!!" tegur Devi meminta Arin untuk tenang.

"Kau serius? Tapi bagaimana bisa?" tanya Gara heran.

"Apanya yang tidak bisa, tentu saja bisa. Buktinya kemarin om Alby menciumku, mungkin om Alby tertarik padaku," ujar Devi percaya diri.

"Tapi om Alby kan berkencan dengan tante Laudya," timpal Arin.

"Belum berkencan, mereka masih tahap pendekatan," koreksi Devi membetulkan perkataan Arin.

"Sama saja. Jika om Alby pendekatan dengan tante Laudya itu berarti Om Alby tertarik pada tante Laudya. Tidak mungkin om Alby tertarik pada gadis SMA sepertimu. Aku saja yang masih SMA pasti akan memilih tante Laudya kok daripada kau," ujar Gara yang membuat Devi mendelik kearahnya.

"Lalu bagaimana dengan kak Raden? Bukankah kau menyukainya?" tanya Arin penasaran.

"Tidak bisakah aku menyukai keduanya? Aku tidak ingin melepaskan mereka," ujar Devi memelas.

"Mana boleh seperti itu. Kau harus memilih salah satu diantara mereka," nasehat Gara yang disetujui oleh Arin.

Devi menghela nafasnya pelan. Jujur saja saat ini ia bingung dengan perasaannya sendiri. Entah ia menyukai Raden atau Alby ia sendiri juga masih belum tahu. Tapi yang jelas Devi tidak ingin melepaskan keduanya.

"Mungkin ini karena aku jarang bertemu dengan kak Raden dan malah sering bertemu dengan om Alby jadinya aku mulai menyukai om Alby. Seharusnya kak Sean menitipkanku pada kak Raden saja dengan begitu aku tidak bingung dengan perasaanku sendiri," cicit Devi.

"Untung saja aku jarang bertemu dengan kak Fitra dan malah sering bertemu dengan Gara tapi aku tidak menyukai Gara," ujar Arin menghela nafasnya lega.

"Hei apa maksudmu berbicara begitu? Kau pasti ingin bilang aku tidak menarik kan?" tanya Gara tersinggung.

"Kenapa kau jadi salah paham padaku, aku kan hanya mengungkapkan isi hatiku saja," balas Arin.

Devi memilih untuk diam menikmati pertengkaran Arin dan juga Gara. Tidak lama kemudian Leo, ketua kelasnya datang menghampirinya.

"Dev, setelah bel masuk nanti bu Septi memintamu untuk melakukan tryout susulan di perpustakaan," ujar Leo memberitahu Devi.

"Oke, terima kasih," balas Devi.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang