42. Singapore Flyer

119 13 0
                                    

Ceklek!

Devi melangkahkan kakinya memasuki ruang inap Sean. Devi dapat melihat Sean yang tengah tersenyum menyambut kedatangannya.

 Devi dapat melihat Sean yang tengah tersenyum menyambut kedatangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan Devi mendekat kearah Sean diikuti Renata di belakangnya. Devi mengamati perubahan fisik dari kakaknya. Sean terlihat pucat dan tubuhnya terlihat sedikit kurus dari biasanya. Apa ini efek dari angiosarcoma hatinya?

"Kau datang?" tanya Sean sembari tersenyum lebar.

"Jangan berpikir aku datang kemari karena merindukanmu," balas Devi mencoba bersikap seperti biasa.

Renata yang mengerti situasi pun memilih untuk menunggu di luar dan memberikan waktu kepada adik dan kakak tersebut untuk sekedar melepas rindu.

"Kau merindukan kakak," jawab Sean menggoda Devi.

"Tidak! Untuk apa aku merindukan kak Sean?! Aku kemari hanya untuk jalan-jalan," sanggah Devi sembari duduk di kursi yang berada di samping brankar.

Sean pun tersenyum lembut kearah Devi membuat Devi menjadi sedikit emosional.

"Kau sudah besar sekarang," ujar Sean.

"Tentu saja. Aku bahkan sudah bisa bepergian ke luar negeri sendirian," jawab Devi dengan nada sedikit ketus.

"Alby bilang kau sudah datang bulan ya?" tanya Sean yang membuat Devi langsung menatap kearah Sean.

"Om Alby memberitahu kakak?" tanya Devi sedikit terkejut.

"Tentu saja. Alby sudah seperti mata-mata untukku, bahkan aku juga tahu kau hanya sibuk berkencan dari pada belajar," jawab Sean yang membuat Devi mengerucutkan bibirnya kesal.

"Om Alby ember sekali," cibir Devi.

"Kau tidak capek? Lebih baik sekarang kau istirahat biar Renata mengantarmu ke hotel," ujar Sean.

"Tidak mau. Aku tidur disini saja," tolak Devi.

"Tidur dimana? Disini tidak nyaman, tidur di hotel lebih nyaman."

Devi pun bangkit dari duduknya dan langsung menaiki brankar milik Sean lalu membaringkan tubuhnya di samping tubuh Sean.

"Disini nyaman," ujar Devi sembari memeluk Sean dari samping.

"Kau bilang tidak merindukanku tapi kenapa memelukku?" cibir Sean.

"Aku tidak bisa tidur sendirian."

"Jangan alasan. Memangnya selama ini kau tidur dengan siapa kalau tidak tidur sendiran? Dengan Toto?"

"Dengan om Alby," jawab Devi ringan yang membuat Sean langsung terkejut.

"Ap..apa?"

"Aku tidur dengan om Alby," ulang Devi lagi.

"Hei kau tidak boleh tidur bersama Alby!" tegur Sean.

"Memangnya kenapa?"

"Ya...ya pokoknya tidak boleh. Bukankah aku sudah memerintahkanmu untuk mengunci pintu kamarmu? Tapi kenapa kau malah tidur berdua dengannya?!"

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang