38. Datang Bulan

202 14 1
                                    

Devi tersenyum bahagia begitu mendengar dari Alby jika hari ini Laudya tidak bisa menjadi tutornya karena kakinya masih sakit akibat terkilir tadi sore.

Devi sudah membayangkan betapa asyiknya menonton drama Korea kesukaannya sembari menikmati camilan serta minum cola, namun ternyata khayalannya langsung sirna begitu Alby memberitahunya jika Alby sendirilah yang akan menjadi tutornya sampai Laudya mengajar kembali.

Baru tiga puluh menit Devi belajar, Devi sudah berulang kali menguap dan tidak jarang ia tertidur begitu Alby menerangkan pelajarannya padanya. Tentu saja hal itu membuat Alby memijit keningnya pusing. Harus menggunakan cara apa supaya Devi mau belajar?!

"Perhatikan bukumu! Kenapa kau malah tidur?!!" tegur Alby sembari memukul meja menggunakan penggaris besinya.

"Om aku sangat mengantuk sekali. Om Alby lupa dua hari yang lalu om Alby melarangku untuk tidak tidur semalaman? Karena itu sekarang aku jadi mengantuk om," ujar Devi mencari alasan.

"Itu sudah dua hari yang lalu dan kau mengeluh rasa kantuknya sekarang? Kemarin kau kemana saja? Kenapa kemarin tidak mengeluh mengantuk padaku?"

Devi yang mendengarnya pun langsung mengerucutkan bibirnya menahan kesal dan mulai kembali fokus ke pelajarannya.

"Aku tidak akan mengijinkanmu berkencan dengan Raden sebelum kau masuk peringkat tiga besar," ancam Alby.

Raden? Tunggu dulu! Bukankah tujuan Devi pergi ke rumah sakit tadi sore adalah untuk bertemu Raden?!! Astaga bagaimana bisa Devi melupakan hal penting seperti itu?!!

"Kenapa?" tanya Alby begitu melihat perubahan raut wajah Devi yang tampak panik.

"Mana ponselku?" Devi pun langsung mencari ponselnya dan langsung membuka pesan Raden yang tadi belum sempat dibacanya.

'Sepertinya kau tidak datang, aku kembali bekerja dulu ya. Lain kali kubelikan es krim di kafe dekat rumah sakit sekalian ada hal yang ingin kuberitahukan padamu;)'

"Huaaa ini semua karena om Alby!!" teriak Devi histeris sembari bergulung-gulung di lantai.

"Aku kenapa?" bingung Alby.

"Gara-gara om Alby jalan berdua dengan tante Laudya, aku jadi melupakan janji temuku dengan kak Raden di kantin rumah sakit!!" kesal Devi namun detik berikutnya ia langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya karena ia keceplosan memberitahu Alby tentang niat awalnya.

"Oh jadi kau pergi ke rumah sakit untuk berkencan dengan Raden?"

"Bu..bukan begitu om! Ada hal yang ingin kutanyakan pada kak Raden, itu saja."

"Kenapa tidak bertanya lewat ponsel? Aku kan sudah melarangmu berkencan dan kau harus fokus belajar, tapi kenapa kau sama sekali tidak pernah menuruti perintahku atau menghindari laranganku?"

"Ini adalah hal penting om dan tidak dapat dibicarakan melalui ponsel," elak Devi.

"Seberapa penting hal itu? Coba beritahu aku," tantang Alby yang membuat Devi terdiam.

"Tidak mau!! Ini rahasia om! Om Alby tidak boleh tahu!"

"Oh jadi tidak mau memberitahu ya?" tanya Alby sembari berjalan mendekat kearah Devi.

Devi pun langsung bangkit dari lantai berniat untuk lari namun tangannya berhasil dicekal oleh Alby dan Alby langsung melemparnya ke ranjang.

Belum sempat Devi bangkit, Alby sudah lebih dulu menindihnya agar Devi tidak bisa kabur lagi. Kedua tangan Alby ia tumpukan tepat di samping kanan-kiri kepala Devi sehingga ia tidak dapat menoleh kearah manapun dan hanya bisa menatap kearah Alby.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang