21. Try Out Pertama

134 9 3
                                    

Sesuai janjinya, Devi sekarang menjadi giat belajar. Sepulang dari tempat tersebut Devi langsung mandi dan setelahnya ia langsung pergi belajar dengan Alby sebagai tutornya.

Alby mendesah lega, setidaknya satu masalah terselesaikan. Alby kini jadi tahu bagaimana susahnya mengasuh seorang anak. Ah tunggu dulu! Apa barusan Alby menganggap Devi sebagai anaknya? Entahlah tapi Alby rasa seperti itu.

Kini, mulai pagi ini Devi pergi ke sekolah dengan diantar oleh Alby seperti biasa namun ia berencana pulang dengan naik bus sekolah, karena Devi ingin langsung pulang ke rumah dan belajar di rumah saja supaya lebih nyaman daripada belajar di rumah sakit tempat Alby bekerja. Selain itu Devi juga merasa sungkan jika harus pergi ke rumah sakit dan belajar di ruangan Alby. Devi tidak ingin Alby mendapat masalah karena hal itu, belum lagi masalah ia pura-pura sakit kemarin pasti masih menjadi bahan perbincangan dokter dan suster disana.

"Kerjakan soal yang menurutmu mudah terlebih dahulu setelah itu baru kau kerjakan soal yang lainnya," pesan Alby saat mereka tiba di depan gerbang sekolah Devi.

"Kalau tidak ada yang mudah bagaimana om?" tanya Devi.

"Pulang saja," jawab Alby asal.

"Siap om. Aku pergi sekolah dulu ya om," pamit Devi sembari melambaikan tangannya kearah Alby.

Alby yang baru saja menyadari perkataannya pun sontak langsung menoleh kearah Devi dan menatapnya serius.

"Kau tidak akan pulang hanya karena soalnya sulit kan?" tanya Alby khawatir jika Devi akan menganggap perkataannya yang menyuruhnya pulang dengan serius.

"Tentu saja tidak. Aku ini pintar om!" ujar Devi yang membuat Alby mendesah lega. Setelahnya ia mempersilahkan Devi agar segera masuk ke dalam sekolah.

Setelah Devi sudah tidak terlihat lagi, Alby pun langsung pergi meninggalkan halaman sekolah Devi dan berangkat bekerja.

Devi pun segera melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

"Devi!!!" teriak Arin sembari berlari kearahnya diikuti Gara yang berjalan santai di belakangnya.

"Kemarin kau belajar tidak?" tanya Arin antusias.

"Tentu saja belajar. Jangan bilang kau tidak belajar!" tebak Devi.

"Aku memang tidak belajar. Tapi kenapa kau tiba-tiba jadi rajin belajar? Kau seperti kehilangan jati diri saja," ujar Arin sembari tersenyum lebar.

"Tentu saja dia belajar. Devi membaca pesanku, sedangkan kau malah memblokir nomorku!" cibir Gara.

"Karena kau cerewet sekali memintaku untuk belajar terus-menerus. Memangnya kau ini orangtuaku?!!" kesal Arin.

"Sebagai sahabat yang baik aku hanya perhatian padamu dan Devi!" balas Gara.

"Sahabat yang baik itu memberi contekan Gara," jawab Arin sembari mengerucutkan bibirnya.

"Arin bagaimana bisa kau tidak belajar sama sekali? Kau tidak takut kalau kau tidak dapat menjawab soal try out nanti?" tanya Devi sembari menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Arin.

"Tidak. Aku itu memiliki prinsip datang kerjakan, pulang lupakan, hasil abaikan. Jadi itu tidak menjadi masalah untukku," jawab Arin enteng.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita masuk kelas dan belajar Dev. Nanti kalau Arin tidak bisa menjawab soalnya jangan dikasih tahu jawabannya. Biar dia menggunakan prinsipnya itu," ajak Gara sembari merangkul bahu Devi.

Arin yang melihat hal itu pun menatap tidak percaya ke arah keduanya yang kini berlalu meninggalkannya.

"Wah aku seperti orang asing sekarang. Gara, Devi tunggu aku!!!" teriak Arin sembari berlari menyusul Gara dan Devi.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang