KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.
PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933
"Mbak. Bantu aku aja yuk, di kedaiku," ajak Windy.
"Sudah berapa kali aku bilang panggil aja, Ini. Kita 'kan seumuran," ujar Radjini seraya menyusun pakaian ke dalam lemari. "Dan tidak. Bapak sama Ibu sudah terlalu baik ngasih tempat tinggal. Masa iya mau ngasih kerjaan sama gaji juga. Mending aku ikut kerja orang lain saja."
"Ya nggak apa-apa I... ini. Beda yang menggaji, bukan Bapak atau Ibu," jawab Windy yang masih merasa canggung.
Bagaimana tidak canggung. Selama ini ia merasa bahwa Radjini dengan penampakannya yang lusuh terlihat lebih tua dan kenyataannya bahkan Radjini lebih muda satu tahun darinya dan bersuami. Dari mana ia bisa tahu? Semua karena perempuan modis yang datang waktu ini dan mengakui bahwa Radjini adalah adiknya. Padahal selain nama tidak ada kemiripan diantara mereka. Oleh sebab itu ia sangat mendukung orangtuanya yang tidak mau menyerahkan Radjini begitu saja.
"Kamu nggak tahu kalau Bapak sama Ibu masih melarang aku pegang benda-benda di dapur."
"Itu demi kebaikanmu sendiri. Kamu masih suka histeris lihat pisau."
"Nah itu tahu. Kenapa mau ajak aku kerja di kedai kuemu?"
"Ya 'kan beda. Kamu bisa kerja di kasir. Nggak pegang pisau sama sekali."
"Di kafe juga nggak pegang pisau."
"Eh jangan. Jangan di kafe. Di kafe sudah banyak pegawai. Sama aku aja."
"Kalian ribut apa, sih?" tanya Sukanti yang berada di ambang pintu dengan Silvy-gadis berusia enam belas tahun-yang duduk di kursi roda. Silvy adalah anak bungsu Sukanti yang menderita Cerebral Palsy.
"Bu, bantu bujuk Ini untuk kerja di kedai," ujar Windy.
Sukanti menatap Radjini yang menggeleng dan kemudian menghela napas Panjang. "Anaknya nggak mau, jangan dipaksa."
"Ya .... Ibu gitu. Padahal dia jago loh hitung-hitungan. Ibu nggak lihat tuh, lima puluh perak aja dia tulis. Detail banget. Sampai biaya kos anak-anak ditulis. Dia mau ganti semua biaya selama ini."
Mata Radjini membelalak begitu memahami maksud dari perkataan Windy. Bagaimana bisa wanita muda yang duduk di pinggir ranjangnya ini tahu jika ia mencatat semua pengeluaran dari sepasang malaikat baik hati itu.
"Betul itu, Ini?" tanya Sukanti yang tidak kalah kagetnya. "Untuk apa? Kami selama ini membantumu itu iklas, Nak."
"Bukan begitu, Bu. Ini hanya ingin... tahu saja. Anu biar nggak terlalu hutang budi. Bagaimanapun Ini harus bisa mandiri. Tidak mungkin kalau Ini tinggal di sini terus."
"Kenapa tidak?" desak Sukanti yang sedih dengan perkataan Radjini.
"Ini tahu kalau Ini sudah punya suami," ujarnya yang kini sudah ikut duduk di sebelah Windy karena lututnya tiba-tiba bergetar karena mengingat nama Agha Danayaksa.
"Ah itu 'kan belum tentu benar. Apa kamu masih mengingat-ingat wanita itu?" tanya Sukanti dengan hati-hati.
Radjini mengangguk kemudian menggeleng. "Bukan karena perempuan itu. Tapi Ini ingat. Ini ingat waktu sakit kepala. Nama suami ini Agha."
"Ingat rupanya?" tanya Windy antusias. Siapa tahu ia bisa membantu menemukan keluarga Radjini, pikirnya.
"Rupa?"
"Mukanya. Face? Ganteng nggak?" tanya Windy lagi, seraya menunjuk wajahnya sendiri.
Radjini hanya menggeleng. "Nggak ingat. Ini hanya mendengar suara-suara saja di kepala yang bikin sakit," ujarnya seraya memijit kembali kepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/338253235-288-k564933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GORESAN LUKA LAMA
RomanceBukan salah Radjini kalau dirinya menikah dengan Agha. Akibat Radmila-kakaknya-melarikan diri, ia menjadi pengganti. Namun, keadaan itu justru menciptakan polemik. Radjini kehilangan kewarasannya dan juga amnesia. Saat ia muncul kembali di kota tem...