14C. Kerjasama

138 17 1
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

Setelah kejadian tadi pagi di kantor dengan Devan, Agha memutuskan untuk melarang Radjini bekerja di resort karena jelas nantinya Devan lebih sering di sana daripada Agha yang berada di kantor pusat Jakarta. Ia hanya sementara ada di Pandeglang saat ini sebelum awal bulan depan harus sudah kembali ke Jakarta. Melelahkan harus mondar-mandir kalau bukan karena Radjini dan Niha tentu saja ia tidak akan melakukannya. 5 jam lebih kadang bisa kurang harus ditempuh itu pun sudah melewati Jalan Tol Merak.

Kalau tidak ingat dengan keadaan Radjini saat ini ingin sekali ia membawa istrinya ke Jakarta. Perawatan kejiwaan tentu bisa lebih intensif dan beragam pilihan tempat.

"Gimana, Pak?" ulang Radjini yang kini memegang pergelangan tangan Agha dan mengayunkan perlahan.

Pria di depannya ini menatapnya lurus dan membuat Radjini menjadi salah tingkah. Hatinya berdesir dengan cara yang menyenangkan. Ia melirik sekilas pada kaca yang menempel di sepanjang dinding, memastikan penampilannya hari ini tidak norak. Dengan celana skiny jeans biru dan kaos putih ketat yang membungkus tubuhnya sangat tepat.

"Iya, aku menawarkan kerjasama bagaimana? Adikku juga punya butik. Mungkin kalian juga bisa kerjasama nanti."

"Butik?" tanyanya sangat antusias.

Hatinya membuncah, sekilas ingatan bahwa ia sangat menginginkan memiliki butik atau toko pakaian dahulu kala. Semua berasal karena keinginannya memiliki baju yang cantik-cantik dulu ia harus membeli bahan sendiri dan membuatnya secara manual karena orangtuanya tak mau repot-repot membelikannya. Semua perhatian tercurah pada kakaknya.

Radjini menghela napas panjang dengan wajah yang kini berubah cemberut. Perubahan air muka Radjini yang terlalu tiba-tiba membuat Agha sedikit khawatir. Ia tak mau salah bicara.

"Ada apa, kamu tidak mau."

"Mau," ujarnya lirih. "Tapi, gimana cara bilangnya?"

"Gampang itu."

"Lalu lamaran di Bang Tigor berarti harus dibatalkan?"

"Iya. Bilang saja kamu mengundurkan diri. Lagi pula penempatan kerja belum dilakukan bukan?

"Eh itu, katanya Ini nanti di kantornya."

"Ya sudah bilang saja tidak jadi kerja. Pesanan rajutan dan jahitanmu sedang banyak sekarang."

"Kok, Bapak bisa tahu?" Sekali lagi Radjini takjub, pria di depannya ini benar-benar bisa membaca apa yang sedang terjadi dalam hidupnya.

BAB 51. SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA, INNOVEL DAN KBM THEREAD

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang