65 B. BERBAIK SANGKA

46 12 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

"Enggak lah," balas Asparini seraya mengibaskan tangan dan bergabung di kamar anaknya. "Kalian jangan khawatir, ada kami yang mendukung. Papa bilang malam ini masih akan tidur di sini."

"Ma. Kalau usaha Jini yang di ruko dipindahin ke sini gimana ya?" tanya Radjini.

"Terus pegawainya gimana dong? Kan, banyak orang sana. Nanti mereka kudu berhenti kerja?" balas Asparini.

Radjini tertegun karena tak sempat berpikir panjang ke arah sana. Dirinya hanya antusias jika rumah ini bisa menjadi miliknya dan dirinya bisa bekerja dari rumah.

"Iya sih, kalau gitu Jini buka di sini juga deh," tukasnya.

"Kamu nggak repot?" tanya Agha.

"Aku perlu berkegiatan supaya nggak mikir ke mana-mana seperti yang aku tadi bilang ke Abang," ujar Radjini.

"Aku...."

Melihat Agha tampak enggan. Radjini pun meremas tangan suaminya lagi. "Kita sudah sepakat jangan khawatir 'kan, Bang?"

"Ya tapi 'kan, seperti yang aku juga bilang tadi. Mereka belum tertangkap. Apalagi yang bernama Oded itu. Nanti kalau dia muncul dan membuat ulah bagaimana? Apa aku harus memindahkan kantor di sini juga?" balas Agha dengan raut wajah mulai kalut.

"Nggak harus sampai segitunya juga, Bang," lirih Radjini.

"Kalau kamu tetap khawatir, Mama tiap hari temani Radjini deh, di sini." Asparini menengahi.

Agha masih tidak bisa memberikan persetujuan saat ini juga dan kemudian berkata, "Aku nggak bisa setuju hari ini. Aku pertimbangkan dulu. Lagi pula kalau kamu mau buat work shop di sini. Aku nggak mau jadi satu dengan rumah utama. Kasihan Niha, nggak bebas main dan privacy kita bisa terganggu nanti."

Pintu kamar diketuk dari luar oleh Surya dan ketiga orang lainnya menoleh ke pintu. "Ada tamu," ujarnya dan kemudian pergi.

"Mungkin yang punya rumah sudah datang," jawab Asparini dan kemudian mengikuti sang suami keluar lebih dulu.

Radjini tidak langsung mengikuti mertuanya keluar kamar tetapi ia mendekati jendela dan mengintip ke arah depan. Benar saja, ada sebuah motor vespa terparkir di depat gerbang.

"Sepertinya memang pemilik rumah yang datang," ujar Agha yang mengawasi sang istri. "Ayo keluar," ajaknya.

"Kayaknya iya, sih. Aku sepertinya kenal vespa itu," balas Radjini seraya mengingat-ingat vespa merah itu.

"Ayo." Agha mengulurkan tangan dan kemudian disambut Radjini.

Keduanya pun keluar kamar dan menuju ruang tamu. Sudah terdengar suara dari Hamdani yang mengomentari perabotan semi minimalis milik Agha dan Radjini.

"Rumahnya terlihat berbeda sekali sekarang," ujar Hamdani dan kemudian berdiri begitu melihat pasangan itu mendekat. Ia cukup terkesima melihat perbedaan Radjini sekarang dan dulu. "Masih ingat dengan bapak, Neng?" tanya Hamdani.

Radjini pun mengangguk. Rupanya Hamdani adalah salah satu orang yang sering memberikan dirinya rongsokan untuk dijual.

"Hidupmu sudah sangat berbeda sekarang ya. Syukurlah bapak ikut senang. Meski awalnya agak ragu waktu Marwan bilang kamu mau beli rumah ini. Pikir bapak, duit dari mana Ini mau beli rumah ini? Gitu deh!"

"Saya sudah sembuh, Pak. Sekarang sudah ada suami," balas Radjini.

"Bukan ada suami tapi sudah ketemu dengan suami lagi," koreksi Agha dan kini mendekati Hamdani yang sejak tadi tak melepaskan pandangan dari paras cantik istrinya.

Agha pun mengulurkan tangan. "Saya Agha Danayaksa, suami dari Radjini."

Hamdani pun tersenyum canggung melihat sorot Agha yang serius dan menyambut tangan pria tampan itu. "Hamdani. Pak Agha yang punya resort baru itu ya? Shaniha resort kalau nggak salah ya?"

"Iya betul. Mari duduk, Pak. Biar enak kita ngobrolnya," jawab Agha.

Sementara itu Surya dan Asparini yang tadi menemani Hamdani lebih dulu pun pergi dari ruang tamu meninggalkan pasangan muda itu bersama tamunya.

"Saya nggak menyangka, Orkay mau membeli rumah saya ini," ujar Hamdani.

"Istri saya suka rumah ini dan demi istri apa sih, yang enggak," balas Agha seraya meraih tangan Radjini.

Pak Hamdani berganti menatap wajah Agha lekat-lekat. Ia pun berdeham, "Maaf sebelumnya, ya Pak."

"Ya, gimana, Pak?" tanya Agha.

"Apakah Bapak mau membeli rumah ini karena berita skandal yang lagi viral?"

"Memangnya apa urusannya dengan beli rumah dan masalah berita viral, Pak?" tegur Radjini.

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang