17E KEKUATAN UANG

109 15 3
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

"Biar kamu lebih konsentrasi mengerjakan hobimu," jawab Windy yang menjawab seraya menenteng banyak tas belanja.

Windy menggeleng takjub dengan selera dan antusias belanja Tantri yang baginya di luar nalar ditambah barang yang dibelinya bukan harga murah.

Radjini membuntutu kedua wanita yang selama dua hari ini juga menemaninya menuju kamarnya.

"Kok semua barang ditaruh di sini?" tanyanya kebingungan.

"Nggak semua yang sisanya punya kami," ujar Tantri yang kini menuju meja makan. "Ayo makan sebentar lagi Mas Agha akan telepon. Kamu harus makan dan minum obatmu. Nanti kalau sampai terlambat. Aku bisa kena marah."

Radjini menghentikan gerakannya yang hendak menarik kursi. "Kenapa marah? Yang terlambat makan dan minum obat 'kan Ini. Kenapa kamu yang kena marah? Agak lain pikiran Abang itu?!"

Tantri yang baru saja menegak air langsung tersedak mendengar kata terakhir Radjini. Seumur hidupnya baru Radjini yang mengatai kakaknya seenak udel.

Radjini bergegas mengusap punggung atas Tantri seraya mengomel, "Kamu kenapa seperti anak kecil sih. Minum aja buru-buru kayak dikejar anjing."

"Mana ada. Itu loh kamu," balas Tantri dengan susah payah.

"Tenangkan diri dulu. Ayo duduk, kita makan dulu baru cerita," ujar Radjini.

Radjini kemudian membantu Windy menyajikan makan malam mereka yang sangat terlambat hampir pukul sebelas mereka sampai rumah itu pun Radjini sudah sempat ketiduran di mobil.

Radjini mengangguk-angguk mendapatkan pemahaman baru. "Kamu pasti takut di marahi karena kita pulang malam ya 'kan? Alasan aja pakai bilang aku lupa minum obat," ujarnya seraya mencebik.

"Nah itu tahu," balas Tantri seraya melahap paha ayam goreng.

"Tuh, hapemu bunyi. Pasti si Ayang telepon," ujar Windy menunjuk ke arah ponsel Radjini dengan dagunya.

"Ini ayangku ya bukan ayangmu," protes Radjini.

"Iya iya. Duh, ngenesnya yang jomlo," celetuk Windy.

"Samaan kita senasib," timpal Tantri yang terkekeh.

"Hai Bang," sapa Radjini begitu wajah Agha yang terlihat selepas mandi terpampang dj layar.

"Hai Cantik. Besok kita akan segera ketemu."

"Besok ini?"

"Iya."

"Katanya lama?"

"Kemarin 'kan bilangnya seminggu. Tapi aku ada urusan jadi besok sudah kembali. Kamu tunggu aku di Bandung ya sama Tantri dan Windy."

"Kenapa di Bandung?"

"Ada deh surprise."

Radjini cemberut. "Nggak jadi surprise kalau udah dibilang."

"Eh iya lupa. Pokoknya besok ke Bandung ya. Jangan lupa barang yang dibeli tadi dan kemarin juga dibawa."

"Iya. Nanti masukkan ke koper dulu. Sekarang Ini mau makan dulu. Tadi terlambat karena Tantri maunya belanja dulu. Dah Abang."

Seperti sebelum-sebelumnya. Radjini langsung mematikan sambungan telepon bahkan Agha belum membalas.

Tbc

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang