KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.
PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933
"Biarin kalau dia mau ngamuk. Aku udah nggak peduli. Nggak pusing aku. Masa bodo hahaha."
"Kamu seperti orang lain," balas Wilma hampir selirih gumaman.
Radjini menyeringai geli dan kini menopang dagu dengan kedua punggung tangan di meja kayu bulat di depannya. "Tahu nggak. Papanya Niha sama neneknya udah nganggap aku bipolar."
"Hah?!" Wilma sampai melongo, tak percaya. Batinnya mengatakan sungguh tega keluarga suami Radjini itu. "Kamu tahu dari mana?"
"Aku dengar sendiri, kok."
"Wah ... wah ... wah. Benar-benar kebangetan mereka itu."
"Ya 'kan, mungkin mereka anggap aku masih sinting, kali," balasnya seraya mengedikkan bahu, acuh.
"Aku sampai nggak bisa berpikir mau bilang apa."
"Nggak perlu dipikirin juga. Biarin aja mereka itu. Lihat anakku sampai kasihan terkurung di rumah tanpa sosialisasi. Bahkan dulu dia katanya sering sakit-sakitan tapi beberapa hari ku urusin, nggak ada dia ngeluh atau terlihat sakit. Lihat tuh, dia enerjik sekali, kan?" tunjuk Radjini pada Niha yang kini mulai berlari kecil menuju ke arahnya.
"Iya, kamu benar. Kita ajak pindah ke gazebo aja, yuk. Panas di sini. Nanti kulitku yang mulus juga jadi belang."
Radjini terkekeh dan meraih tas bawaannya dan menggandeng Niha, berjalan beriringan ke gazebo terderkat.
"Niha aus."
"Ganti bajunya dulu," ujar Radjini seraya mengusap punggung anaknya yang sudah basah kuyup oleh keringat.
"Niha aus," rengeknya, tak mau diusap punggungnya.
"Ya udah minum dulu dikit abis itu ganti baju biar nggak masuk angin. Mama juga mau ganti baju."
"Kamu, bawa baju ganti?" tanya Wilma, yang tak melihat tas lain selain tas kecil bergambar kartun pororo.
"Bawa. Tenang aja aku bawa koper kecil malahan. Rencana aku nggak pulang hari ini."
"Kamu mau menginap di mana?"
"Adalah, nanti kamu juga tahu."
"Kamu ini ... bikin penasaran terus dari tadi," protes Wilma.
"Aku butuh angin segar dan suasana baru di tempat di mana tidak ada mereka yang menghantui masa laluku."
Wilma mengangguk paham. "Tapi, kamu titipkan di mana kopermu?"
"Ada di mobil."
"Kamu sewa mobil?" Kembali Wilma terperanjat, Radjini seperti orang yang benar-benar asing.
Radjini mengangguk lagi. "Iya. Kamu juga boleh ikut menginap di tempat kami jika mau."
"Mau ... mau. Jelas aku mau. Sekalian kita bahas proyek kita yang banyak tertunda. Pesanan semakin banyak dan toko Bu Alice udah kuwalahan memenuhi pasokan bahan dasar kita."
"Baguslah kalau begitu aku juga sudah siapkan design terbaru."
Asyiknya mengobrol, mereka tidak menyadari jika tak jauh dari tempat mereka berada ada seseorang yang mengintai dan memotret. Seseorang laki-laki mengendarai sepeda motor sport hitam serta helm, jaket sampai sepatu dengan warna senada.

KAMU SEDANG MEMBACA
GORESAN LUKA LAMA
RomanceBukan salah Radjini kalau dirinya menikah dengan Agha. Akibat Radmila-kakaknya-melarikan diri, ia menjadi pengganti. Namun, keadaan itu justru menciptakan polemik. Radjini kehilangan kewarasannya dan juga amnesia. Saat ia muncul kembali di kota tem...