8B. Kamu Siapa

293 50 7
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

"Jini 'kan. Radjini Ananta?"

"Iya," jawab Radjini seraya mengingat nama yang tertulis pada KTPnya.

"Kamu pasti lupa sama aku. Habisnya setelah nikah kita udah nggak kontak lagi."

"Iya kah? Siapa yang menikah?"

"Kamu, masa aku. Masih muda gini."

"Maaf sekali, saya lupa siapa Anda?"

"Halah pakai Anda-Anda kayak sama siapa aja. Aku Alice. Ingat kita dulu satu angkatan di Croquis Collage."

"Croquis Collage?" tanya Radjini dan wanita di depannya mengangguk dengan antusias.

"Sketsamu bagus banget. Aku yakin suatu hari nanti kamu bakal bisa jadi designer hebat sekelas Anne Avanty," ujar Alice.

"Aku hanya ingin menjahit."

"Kalau cuma mau jadi penjahit kamu bisa kursus di toko Akongku. Sekalian belanja alat jahit di sana, ha ha ha. Jangan sia-siakan bakatmu," ujar Alice lagi.

"Mas Agha juga pasti bangga punya istri kayak kamu," ujar seorang gadis yang baru menaruh botol minuman di depannya.

"Oh karena suamimu sudah kaya makanya kamu cuma mau jadi penjahit? Kamu lupa kalau ingin menjadi terkenal dan membanggakan orang tuamu."

"Orang tua yang mana?"

Suaranya yang penuh kegetiran itu sekaligus menyadarkan. Tentu saja itu sebagian percakapan dari kilas balik masa sekolah mereka yang tiba-tiba saja menyerbu ingatan Radjini dengan kini memegang pelipis bersama nyeri hebat yang datang.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Alice khawatir dan memapahnya menuju salah satu kursi terdekat.Alice merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan teman lamanya ini.

Radjini mengangguk-angguk walau wajahnya sangat pucat.

"Tunggu di sini ya, aku ambilkan minum."

"Nggak usah. Aku masih ada perlu," tolak Radjini.

"Wajahmu pucat. Aku nggak bisa biarkan kamu pergi. Tunggu sebentar saja." Alice lalu meminta tolong salah satu karyawannya laki-laki untuk menjaga Radjini karena posisi mereka yang dekat dengan trotoar.

"Pegal ya Mbak?" tanya karyawan itu khaawatir saat Radjini tak hentinya memegang kepalanya.

Radjini mengangguk.

"Saya pijat pundaknya mau?"

Lagi ia memangguk sebelum sejurus kemudian tubuhnya meremang dan terpaku dengan suara itu.

"Dari dulu kamu selalu penyakitan. Kapan sehatnya sih?!"

Teguran bernada dingin itu sontak membuat Radjini menoleh dan mendongak pada sosok yang berdiri menjulang tak jauh darinya.

"Kamu siapa? Kamu juga kenal aku?" tanyanya dengan raut wajah polos.

*

"Mas tahu nggak, butik semakin maju sekarang. Aku juga harus menambah tenaga dan peralatan jahit. Kemarin juga tas rajutan aku harus pesan dari temanku karena semuanya home made," cerocos Tantri.

Agha yang berada di balik kemudi hanya melirik pada adik bungsunya sekilas sebelum kembali memusatkan perhatian pada jalanan di depannya.

"Lalu?" Agha sangat hapal jika sudah bercerita seperti itu pasti ada maksud tersembunyi dari Tantri.

"Pinjamin modal dong, Mas," rayunya.

"Berapa?" Agha sudah pasti menduga hal ini.

"Dua ratus aja ya."

"Untuk apa uang sebanyak itu?"

"Aku harus sewa ruko lagi untuk menyimpan gaun yang lama."

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang