60. ODED 1

62 15 2
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

Seperti mimpi bagi Agha melihat reaksi Radjini yang berbicara dengan santai setelah mengetahui skandal dalam berita, alih-alih dari dirinya sendiri. Antara sedikit lega sekaligus takut dalam waktu yang bersamaan. Seperti pepatah, tenangnya permukaan air bukan berarti tidak ada gejolak di bawahnya.

Saat ini yang paling Agha takutkan adalah Radjini menyembunyikan semua kemarahannya. Ia lebih senang, jika sang istri spontan dan polos mengungkapkan pendapat, seperti yang sudah-sudah. Namun tentu saja itu tidak akan mudah. Agha sendiri pun menyadari bahwa sejak awal Radjini sudah mengalah menghadapi dirinya.

Diri Agha dulu yang arogan, egois dan yang selalu harus mendapatkan keinginannya. Agha paham, bahwa saat ia berhubungan serius dengan Radmila dulu, Radjini pun sudah berhubungan dengan sepupunya Devan. Hanya saja, Agha tidak menyangka jika Devan masih sangat menginginkan Radjini, hingga sampai detik ini berani menusuknya dari belakang.

Agha memukul setirnya kuat-kuat. "Brengsek! Aku yakin jika skandal ini memang Devan yang membeberkan. Semua foto Radjini pasti juga dari Tigor. Lihat saja, aku akan balas kalian semua. Radjini adalah milikku, hanya milikku."

Agha semakin memacu kendaraannya, rasanya sudah tidak sabar untuk sampai di rumah baru mereka. Andaipun sampai tengah malam, tidak masalah untuknya.

*

Radjini menjemput Niha dari rumah Marwan sekitar pukul delapan. Suasana di depan jalanan pemukiman sudah cukup sepi. Terdengar suara canda tawa yang berasal dari kios sebelah terdengar sampai depan pagar rumahnya. Ia bisa melihat orang dari Agha berdua duduk di sana.

Radjini menutup pagar dan didengar oleh keduanya. Radjini sendiri tidak tahu nama orang-orang itu. Saat ini dirinya sengaja berdiri di sana sampai kedua orang itu mendekatinya.

"Mau ke mana, Bu?" tanya pria yang lebih pendek dari yang satunya dan berbadan kekar bertato naga di lengan kanannya.

"Nama kalian siapa?"

"Saya Wisdan," ujar pria bertato naga. "Dan teman saya, Ari namanya."

"Oh ya udah. Kalian nanti tinggal di dalam kan, ya?"

"Iya Bu. Pak Agha tadi sudah konfirmasi."

"Kang Oded kapan kira-kira ke sini?" tanya Radjini.

"Oded?" tanya Ari seraya saling bertukar pandangan dengan Wisdan sebelum menatap bingung kepada Radjini.

"Loh, kalian nggak kenal?" tanya Radjini yang segera sadar jika dua pria kekar di depannya ini seolah tak mengenali Oded.

"Iya Bu. Sejak tadi siang tidak ada yang namanya Oded dengan kami."

"Itu loh, yang mindahin brankas di kamar," terang Radjini.

"Tadi saya yang mindahin, Bu. Besok baru Bu Stela ke sini bawa dokumen-dokumen penting punya Bapak. Sementara dokumen yang lainnya sudah di simpan Bapak di Bank."

Radjini yang berganti bengong menatap kedua orang itu, sampai tak bisa berkata-kata saking bingungnya dirinya dengan berusaha mencerna informasi dan situasi.

"Ada apa, Bu?" Kali ini Wisdan yang bertanya.

Radjini menunjuk keduanya bergantian. "Kalian benar-benar tidak kenal Oded?"

Keduanya menggeleng.

"Lalu, yang bantu pasang coffee maker tadi siang siapa?"

"Kami kurang tahu, Bu," jawab Ari dengan sorot ragu dan sedikit cemas.

"Maaf Bu, kami tidak waspada."

"Maksud kalian, tukang-tukang yang datang banyak yang kalian nggak kenal?" tukas Radjini.

"Cuma yang Ibu sebutkan namanya ini, saya nggak tahu yang mana," balas Ari.

"Saya juga nggak tahu, Bu," sambung Wisdan. "Aduh, kalau sampai Bapak tahu gimana ini. Bisa kena pecat kami, Bu."

"Jadi Oded, bukan orang kepercayaan Bang Agha?"

"Satu-satunya orang kepercayaan Bapak cuma Bu Stela," terang Ari. "Kami juga yang menyuruh membawa orang ke sini adalah Bu Stela. Makanya hanya kami berdua yang tahu Ibu dan Neng Niha tinggal di resort."

Radjini mengangguk-angguk mulai paham sekarang, seraya menatap keduanya yang memang sudah membersamai sejak di resort meski dirinya baru tahu nama mereka sekarang.

"Jangan khawatir, urusan dengan Bapak nanti saya yang hadapi. Tapi, jujur aku pun sedang bingung," kata Radjini seraya mengusap dagunya.

"Kenapa Bu?" tanya Ari yang berambut gondrong.

"Oded bilang dia memasukkan beberapa dokumen penting dari rumah utama. Heranku masa iya, dia tahu sandi brankas sementara aku aja nggak tahu."

"Wah. Dokumen apa ya, Bu? Apa saya tanya Bapak saya saja di rumah utama," usul Wisdan.

"Bapak kamu di sana?"

"Pak Amang itu yang jaga sekuriti di depan adalah Bapak saya," terang Wisdan.

"Oh boleh deh kalau gitu. Tanya saja, apa ada orang suruhan Bapak selain Bu Stela ke sana ya, Jangan singgung soal dokumen. Nanti aku akan tanya Mama sendiri saja soal itu."

"Baik Bu," jawab keduanya nyaris bersamaan.

"Ya sudah kalau gitu, aku mau jemput Niha dulu. Kalau kalian mau masih menongkrong, silakan."

"Baik Bu, terima kasih," jawab Ari yang kemudian menerima panggilan telepon. "Oh, dari Bapak, Bu," katanya seraya menunjukkan nama di layar ponsel.

Hai Bolo, yang masih mau peluk bukunya Tante Azeela dengan cover lama ini masih bisa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai Bolo, yang masih mau peluk bukunya Tante Azeela dengan cover lama ini masih bisa ya. Silakan CO di oren @spyk_bookstore

Untuk judul yang tidak ada di Shopee bisa ditanyakan dengan chat nomor yang tertera di bio.

Thanks, happy reading

Muaah 😘

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang