52 B. NASI SUDAH MENJADI BUBUR

59 14 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

Asparini lalu merengkuh tangan Surya begitu mendengar semuanya. Ia kembali teringat saat Radjini mengatakan akan mengembalikan Agha kepada Radmila.

"Apa jangan-jangan Devan mempengaruhi Radjini untuk berpisah dengan Agha, ya? Aku yakin pasti gitu Mas."

"Kenapa kamu berpikir begitu?" Kini berganti Surya yang menatap sang istri, penasaran.

"Sebelum Radjini pergi membawa Niha kemarin 'kan, aku sudah bilang kalau tingkahnya aneh. Apa mungkin dia berkomunikasi dengan Devan?"

"Ah ... nggak mungkin. Lagian 'kan, dia di rumah terus sama kamu." Surya tidak percaya jika Radjini akan mengkhianati anaknya dengan bertemu mantan kekasihnya, dibelakang.

"Bisa jadi, aku 'kan, nggak nempel 24 jam sama dia. Mungkin aja Devan lewat depan rumah dan mereka ketemu kalau Radjini lagi mengasuh Niha di depan."

"Jangan berasumsi yang tidak-tidak. Lagi pula ada sekuriti di depan, mereka pasti tahu. Kalau Devan datang."

"Lalu terus gimana dong? Itu yang paling masuk akal."

"Kita harus memastikan media tidak sampai tahu. Jika sampai ke media semua akan hancur berantakan."

*

Kediaman keluarga besar Sahawiratama sangat ramai hari ini. Kumpulnya seluruh anggota keluarga besar Adiningrat yang diadaan setiap 3 bulan sekali bertepatan di rumah Bima dan Lastri.

Lastri memasuki dapurnya yang sibuk sejak kemarin malam untuk mempersiapkan acara hari ini.

"Semua sudah siap, Mbok?" tanyanya seraya melirik jam yang menunjukkan pukul 8 pagi.

"Sudah, Bu," Jawab Mbok Diah.

"Ibu sama Bapak sudah sarapan, Mbok?" tanya Lastri lagi.

"Sudah tapi Ibu cuma makan sedikit." Lapornya.

Lastri menghela napas panjang saling bertatapan dengan ART yang lebih tua darinya itu. Ibunya Gandes Hapsari beberapa hari ini mulai tidak napsu makan dan mencari keberadaan Radjini. Mereka berdua dikejutkan dengan suara kursi roda yang mendekat dan dehaman dari wanita yang sudah melahirkan Lastri kini berada di belakang wanita itu.

"Ibu," sapa Lastri yang sudah berbalik badan berhadapan dengan Gandes.

Wanita berusia sudah lebih dari 100 tahun itu tersenyum menatap sang anak. "Kapan cucu dan buyutku datang? Kamu tahu, umurku sudah tidak akan lama lagi."

Lastri menelan salivanya kasar. Seperti ada bola tanes tersangkut di tenggorokannya saat ini. Ucapan Gandes itu selalu diulang-ulang sejak beberapa bulan terakhir ini dan hanya ada Laras dan anaknya yang selalu diingat.

"Saya belum ketemu Laras, Bu. Katanya hari ini dia akan datang."

"Sama buyutku 'kan? Aku kangen banget, Ira pasti sudah besar sekarang," ujar Wanita tua itu dengan senyum penuh kerinduan dengan mata berkaca-kaca menghiasi wajahnya yang keriput.

Lastri hanya bisa menunduk menutupi air mata yang mulai mengalir dan rasa bersalahnya karena tak pernah mengatakan kenyataan di mana sang buyut berada.

"Kenapa kamu menunduk dan menangis? Cepat telepon Laras dan katakan suruh membawa buyutku."

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang