61 B. DOKUMEN

47 15 1
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

"Ah ... bodo amat," gumamnya lalu kembali menyibukkan diri menata meja.

Bunyi notifikasi pesan kemudian hadir.

+62 8273648...[Jini, apa kabar? Aku kangen.]

Radjini tertegun membaca pesan itu. Seketika otaknya bekerja dan menerka siapa yang mengirimkan pesan itu. Namun tidak ada satu sosok pria selain yang sedang mandi di rumah ini yang bisa dirinya bayangkan.

"Mau bilang salah sambung, tapi kok dia sebut namaku?" gumam Radjini seraya memangku dagu. "Balas nggak ya? Ah ... nggak deh."

"Siapa yang chat?" tanya Agha yang ternyata sudah berjalan mendekati Radjini.

Radjini yang tidak mendengar langkah sang suami segera menoleh dengan kesiap.

"Kenapa kaget begitu, siapa yang mengirim pesan sampai enggan kamu balas?" tanya Agha yang langsung mengambil duduk di sebelah Radjini.

Radjini mengedikkan bahunya. "Nggak tahu, nomornya nggak aku simpan."

"Boleh aku lihat?" Agha meminta izin seraya melirik ponsel Radjini sekilas.

"Silakan, nggak ada yang aku tutupi," balasnya.

Ucapan Radjini bisa saja, tapi bagi Agha rasanya sang istri seperti sedang menyindir dirinya. Terlalu banyak yang disembunyikan dari Radjini dan Agha merasa bersalah oleh karenanya.

Agha segera meraih ponsel tanpa sandi itu dan membacanya. Ia pun sama sekali tidak mengenali nomor yang tertera tetapi dirinya sudah bisa menebak siapa yang sedang menghubungi sang istri.

"Apa kamu tadi saat keluar ketemu dengan orang yang pernah kamu kenal dari sekitar sini selain keluarga Pak Marwan?" tanya Agha tanpa melepaskan mata dari layar ponsel Radjini seraya menghapal nomor asing itu dalam hati.

"Setahuku tadi nggak ada, sih. Kenapa memangnya? Apa ada orang yang harus aku hindari? Kalau seperti itu seharus–"

Agha memotong perkataan sang istri. "Bukan begitu, aku kalau melarang sudah pasti tidak akan mengizinkan kamu mencari rumah daerah sini bukan?"

"Lalu ... ehmm, apa Abang tahu siapa yang mengirimiku pesan ini?"

"Tidak," jawab Agha tanpa berpikir terlebih dulu.

"Ya udah kalau gitu. Anggap saja orang iseng," jawab Radjini santai dan mulai menyendok nasi ke piring Agha.

"Kamu tidak ikut makan?" tanya Agha yang hanya melihat satu piring saja di meja.

"Enggak."

Begitu selesai menjawab, bell rumah itu berbunyi. Keduanya saling berpandangan dan mengedikkan bahu.

"Siapa yang malam-malam ke sini?" tanya Agha. "Apa kamu menunggu tamu?"

Radjini dengan cepat menggeleng. "Enggak. Aku aja udah capek banget. Mama juga nggak aku kasih tahu, masa orang lain, iya."

Notifikasi kembali berbunyi. Nomor yang sama kembali mengirim pesan.

+62 8273648...[Kenapa tidak menjawab, apa kamu takut hubungan kita diketahui oleh suamimu?]

"Eh ... gila ini orang," celetuk Radjini sewot membaca pesan dengan ponselnya yang masih berada di tangan Agha.

Agha terkekeh. "Apa kita balas saja pesan ini atau kita temui orang yang memencet bell di depan?"

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang