43 B. HISTERIS

60 16 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

"Mama di sini, Cantik. Jangan takut ya. Mama sayang Niha. Sayang banget."

Niha sesenggukan dalam pelukan sang mama dan melingkarkan tangan di leher Radjini.

"Mama nanis," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Tentu saja gadis kecil itu kaget terbangun dari tidurnya dan mendapati mamanya yang tidak biasa dan menangis tentu membuatnya takut. Akan tetapi anak sekecil itu belum paham mengungkapkan apa yang dilihatnya. "Pintu tok ... tok ...."

"Oh iya," balas Radjini menaggapi ucapan sang anak yang menunjuk ke arah pintu keluar.

Radjini segera menggendong sang buah hati dan membuka pintu.

Wilma hampir terjungkal karena pintu yang terbuka tiba-tiba. "Anjrit! Kaget mampus gue!"

"Lo belum mampus!" balas Radjini tanpa rasa bersalah.

Wilma menyeimbangkan tubuh dengan tersengal dan berkacak pinggang. "Kamu kenapa sih? Teriak histeris gitu. Suaramu sampai terdengar sampai bawah. Apa ada yang datang ke sini?" tanyanya khawatir.

"Orang jahat," jawab Radjini pelan.

"Heh ... orang jahat? Siapa? Suamimu?"

Radjini melirik Wilma dengan degup jantung masih menggila karena begitu menyebut orang jahat. Wajah-wajah dari keluarga Prawiro dan Adiningrat kembali berkelebat di benaknya.

"Bukan dia."

"Lalu siapa?"

Radjini tidak langsung menjawab dan memilih untuk duduk di kursi bambu seraya memeluk Niha, berharap dari kehangatan tubuh si Kecil ia mendapatkan banyak suntikan kekuatan.

"Kamu nggak kenal."

"Apa keluargamu?" tebak Wilma.

"Aku bahkan tidak yakin."

"Eh?"

"Masih banyak yang tidak aku mengerti," katanya pada Wilma yang kini duduk di tepi ranjang.

"Pelan-pelan saja, jangan dipaksakan. Kamu tahu bisa mengandalkanku," katanya dan kemudian meraih ponsel yang berisik.

Agha:[Kamu sudah sampai?]

Wilma:[Udah. Istri lo barusan histeris.]

Agha:[ Kenapa? Apa yang dia ingat?]

Wilma:[Katanya orang jahat, tapi gue pun nggak paham siapa yang dimaksud. Waktu gue tebak sebut lo, dia bilang bukan.]

Agha:[Sialan, aku nggak sejahat itu.]

Wilma:[Kalau lo baik. Lo nggak mungkin selingkuh darinya dulu. Apa perlu gue beberin?]

Agha:[Jangan macam-macam Wilma. Aku bisa hancurkan kamu juga dan kamu tahu aku sangat sanggup.]

Wilma:[Kalau begitu lo nyusul ke sini. Gue rasa nggak nyaman hanya bertiga. Feeling gue nggak enak.]

Agha:[Kamu takut dia mengamuk?]

Wilma:[Entah, tapi rasanya bukan Jini. Pokoknya lo cepat ke sini kalau mau ambil hatinya Jini, cepatlah mulai berlaku sebagai suami yang bertanggung jawab lahir batin.]

Agha:[Apa maksudmu?]

Wilma:[Lo pasti paham apa yang gue maksud.]

Wilma yang sibuk berbalas pesan dengan Agha terhenti begitu suara Radjini yang sedari tadi diam memperhatikannya yang perhatiannya tiba-tiba teralihkan dengan ponsel.

"Aku mandikan Niha dulu kalau kamu sibuk." Radjini pun bangkit dan menuju kamar mandi.

"Eh, baiklah. Sekalian kamu mandi ya. Aku mau ke bawah bentar beli cemilan," kata Wilma setelah dengan cepat memindai ruangan yang hanya terdapat 2 botol air mineral dan satu kaleng susu milik Niha.

Wilma cepat keluar kamar dengan membawa kembali tasnya. Dengan tergesa dirinya berjalan ke depan dan duduk di lobby. Wilma kembali meraih ponselnya dan membaca pesan terakhir dari Agha.

Agha:[Aku ke sana sekarang. Kamu tunggu di sana dulu sampai aku datang.]

Wilma:[Gue tunggu di lobby sekalian jangan lupa beli makanan dan cemilan. Radjini sama sekali nggak beli apa-apa cuma ada susu punya Niha.]

Agha yang memang berencana untuk menyusul dan sejak sang mama pulang. Dirinya sudah mempersiapkan semuanya.

Agha melirik barang bawaannya di kursi penumpang dan tersenyum.

'Tebakanku benar.'

Agha:[Aku sudah dekat.]

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang