KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.
PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933
"Win. seharusnya kamu nggak perlu repot belanja. Aku bisa kok, nanti belanja sendiri," tegur Radjini yang baru bergabung dengan Windy di dapur setelah kembali menidurkan Niha di kamarnya yang telah rapi.
Tukang angkut barang dan orang-orang suruhan Agha masih sibuk mondar-mandir meletakkan barang dan sama sekali tidak mengizinkan dirinya ikut andil selain mengurusi barang pribadinya dengan Niha saja.
Windy yang sedang berjongkok di depan kulkas dua pintu yang terbuka hanya menoleh sekilas pada temannya itu, dengan kedua tangannya yang sibuk mengeluarkan bahan makanan dari banyak kantong belanjaan. Radjini saja, tidak tahu kapan wanita yang lebih muda darinya itu berbelanja. "Heleh ... tungguin kamu keburu ganti hari. Lagian sudah sore ini, memangnya kamu mau keluar? Jam pulang kantor gini, kalau kamu berkeliaran di luar nanti bisa ketemu Bang Tigor sama istrinya, gimana? Bisa repot lagi suamimu, ngamuk."
Radjini yang kini sedang menuang segelas air menjawab, "Iya sih, sebenarnya agak takut aku. Tapi ya gimana ya. Aku lebih sreg di sini. Di lingkungan sini, maksudku. Meski warganya dulu banyak yang tahu aku sempat gila. eh ... sekarang juga masih sih, kadang kumat gilaku."
"Hush ... nggak boleh ngomong begitu, pamali. Harus ngomong yang baik-baik biar yang kembali ke kita semuanya juga baik," tegur Sukanti yang kini ikut bergabung dan menuju kompor memasak air.
"Ibu ngapain?" tanya Radjini.
"Masak air lah."
"Buat?" tanyanya penasaran.
"Buat tukangmu itu. Masa mereka nggak dikasih kopi gitu?"
"Oh. Buat saja pakai mesin kopi itu. Bang Agha bawa kok," ujar Radjini seraya menunjuk
Coffee maker yang masih terbungkus rapi.
"Yah, ibu tadi nggak lihat. Ya udah deh. Buat pake itu aja."
"Sekalian tunggu Bapak, ya Bu."
"Kenapa dengan bapakmu?" tanya Sukanti yang kini sudah mematikan kompor dan beralih membuka bungkus Coffee maker.
"Ini tadi pesan gorengan sama nasi campur."
"Oh ... nanti masmu yang bawain ke sini. Katanya mau atur untuk ruang kerja Agha juga."
"Eh? Kok, Ini baru tahu?" Radjini sama sekali tidak tahu jika barang-barang inventaris kerja milik Agha juga sekalian diangkut ke rumah ini.
"Itu ada tulisannya di depan. Tadi Willy lihat duluan terus pesan sama tukang untuk jangan membongkar sebelum dia datang," ujar Sukanti yang kini sudah dibantu salah satu anak buah untuk meletakkan alat itu di pantry.
"Waduh ... aku lihat dulu deh, kali ada dokumen penting."
Radjini segera bergegas ke depan tetapi segera berhenti saat pria yang membantu Sukanti menjawab, "Dokumen-dokumen Bapak yang penting sudah saya taruh di brankas yang ada di kamar utama. Hanya ruang kerjanya saja kami yang belum tahu sebelah mana."
Radjini berhenti melangkah dan segera memutar otak untuk memilih dari kelima ruangan yang tersisa. Radjini melihat sekitar dan sedikit terkejut karena barang bawaan mereka saat ini sangat banyak seolah mereka benar-benar pindah ke rumah ini untuk selamanya.
Radjini pun teringat dengan hewan buas peliharaan sang anak. "Oh ya, temen-temennya Niha dibawa juga nggak?"
"Sementara ini nggak, Bu. Biar saja dulu di sana, nanti saya yang jaga."
"Kalau gitu, ruang kerja Bapak di sebelah kamar utama saja."
Pria itu pun bersiap pergi. "Baik Bu."
Namun Radjini menghentikannya. "Tunggu, siapa namamu?" tanyanya yang merasa bahwa pria ini adalah salah satu orang kepercayaan Agha nyatanya sampai dititipin dokumen penting.
![](https://img.wattpad.com/cover/338253235-288-k564933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GORESAN LUKA LAMA
RomanceBukan salah Radjini kalau dirinya menikah dengan Agha. Akibat Radmila-kakaknya-melarikan diri, ia menjadi pengganti. Namun, keadaan itu justru menciptakan polemik. Radjini kehilangan kewarasannya dan juga amnesia. Saat ia muncul kembali di kota tem...