10D. Gentar

331 45 7
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933


Radjini mengangguk dan tersenyum tipis. Sorot polos itu membuat gairah Agha melambung, Radjini tampak seperti gadis remaja saat ini. Membuatnya ingin menerkamnya di mobil tapi jelas hal itu tak mungkin ia lakukan. Ada tempat yang lebih layak daripada halaman parkir restoran, yang benar saja!

Agha mengitari mobil, membuka pintu samping Radjini dan membimbing istrinya itu dengan mendekapnya erat setelah menutup kembali pintu mobil lalu menuju lobby restoran.

Radjini menoleh pada pada pantulan dirinya dan Agha pada kaca besar saat ia memasuki lobby restoran. Rengkuhan pria itu sama sekali tidak mengendur padahal sudah tidak terkena air hujan dan payung pun sudah berpindah tangan pada pelayan yang mendekati mereka tadi.

Radjini berusaha meraih jari telunjuk Agha yang masih setia di bahunya dengan tangannya yang dingin. "Anu Pak, Ini nggak kedinginan kok. Nggak perlu dipeluk hehe," ujarnya hati-hati, lagi-lagi takut menyinggung pria sedingin es di sebelahnya ini. Apalagi dengan jarak sedekat ini jelas Radjini bisa mencium parfum yang dikenakan pria itu, lembut, misterius sekaligus memabukkan. Sama sekali tidak menyengat seperti body spray yang dipakai Mas Woko.

Agha membiarkan saja Radjini memanggilnya Bapak. Rasanya pun sekarang sudah lebih pantas ia dipanggil begitu, terdengar lebih intim...dan dekat. "Kamu kedinginan. Tanganmu saja sampai gemetar begitu," kata Agha seraya dengan sengaja mengikis jarak dan berbisik dengan Radjini.

Radjini melepaskan genggamannya pada jari telunjuk Agha yang masih bertengger di bahunya dan menatap kedua tangannya yang bergetar dan ia pun saling menggosokkan telapaknya.

"Istri saya sudah kedinginan di mana letak meja kami?"

Pertanyaan Agha pada pelayan yang kini masih setia berdiri di belakang mereka membuat Radjini yang hanya setinggi di bawah bahu Agha mendongak menatap pria itu. Ia mencari-cari kebohongan yang tersirat dari pernyataan itu. Namun wajah datar Agha tak bisa ia baca kini. Sorot amarah dan cemburu itu sudah berganti, meski sejujurnya Radjini lebih senang karena bisa menebak raut itu sekaligus hal yang membuat nyalinya gentar. Pria dengan emosinya masih membuatnya tidak nyaman, apapun yang terjadi.

'Istri?!'

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang