69. MIMPI BURUK

41 15 1
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

"Siapa dia?" desak Radjini.

"Dia adalah nenekmu."

"Nenek?"

"Eyangmu kandung."

"Maksudnya gimana? Apa aku punya Eyang Tiri?" Alis Radjini sampai hampir bertaut saking penasarannya.

"Bukan begitu." Agha menarik napas dalam-dalam dan menghelanya kasar. Ia sesungguhnya ragu untuk mengungkapkan kebenaran ini, Agha takut sang istri tidak siap.

"Katakan, cepat," ujar Radjini dengan tidak sabar sampai mengguncang kaki Agha.

"Jadi, sebenarnya kamu dengan Mila itu bukan saudara kandung."

"Maksudnya aku diadopsi?"

Agha mengangguk seraya menelan saliva. Ia tidak tega melihat wajah Radjini yang berubah sendu kini.

"Pantas mereka jahat kepadaku," balasnya seraya tatapan matanya menerawang jauh.

Agha meraih tangan Radjini dan mengusap punggung tangannya lembut. "Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya pelan.

"Bayanganku pria berkumis dan seorang wanita dengan sanggul yang memakai tusukan dari cangkang penyu itu adalah orang jahat."

"Siapa mereka?"

"Mereka ... mereka yang memisahkan aku dengan anakku," ujar Radjini dengan tatapan kosong seolah berada di tempat lain.

Agha yang ketakutan dengan reaksi Radjini ini segera merengkuh tubuh sang istri dan memangkunya. "Tidak, Sayang. Anak kita aman bersama kita, kamu sendiri tadi yang menidurkannya di kamar sebelah. Mereka tidak bisa lagi menjahatimu. Percayalah padaku."

"Mereka masuk ke kamar itu, lalu mendekati boks bayi yang ada di kaki tempat tidur rumah sakit. Wanita itu mengambil anakku."

"Jadi di bangsal kamar, bukan di ruang bayi? Mana yang benar?"

Radjini lantas meremas rambutnya dengan kedua tangan seraya menggeleng-geleng kalut. "Nggak tahu, Ini nggak tahu. Takut, semua hilang, gelap." Radjini yang tiba-tiba tubuhnya menggigil segera memeluk tubuhnya sendiri dan merintih. "Sakit kena ranting, badan Ini sakit, perih, berdarah. Ini takut darah. Banyak ...." Ia pun bergantian memegang kepalanya lagi tepat mengusap di dahi kanannya. "Kenapa Ini benjol, sakit sekali, semua gelap. Hanya ada pohon besar dan angin kencang."

Agha memeluk seraya mengayun-ayun tubuh ringking sang istri seraya bergumam, "Tidak Sayang, semua sudah berlalu. Kamu aman sekarang."

"Tapi sakit, di sini," tersedu, Radjini kini mengusap dadanya.

Agha membisikkan kata menenangkan. "Sssttt ... aku di sini Cintaku, maafkan aku Sayang. Aku akan menyembuhkanmu." Setelahnya Agha mengecup kening Radjini. "Bicaranya lanjut besok lagi yuk, sekarang lebih baik kamu tidur."

"Hah, apa?" Radjini menoleh menatap Agha dengan sorot bingung. Hati Agha mencelos melihat mimik wajah istrinya seperti itu.

"Tidur yuk," ajak Agha, seperti saat ia membujuk anaknya Niha.

"Oh iya, sudah malam ya?" Radjini celingukan menatap sekitar kamar. "Kita tadi ngobrolin apa?"

"Banyak hal, besok aja dilanjut ya. Aku sudah ngantuk, abang besok kerja loh, Sayang. Kamu juga katanya mau belanja."

"Oh ya, mau belanja," balas Radjini yang beringkut menjauh dari pangkuan Agha dan kini merebahkan diri memunggungi suaminya.

Agha hanya bisa pasrah dan menghela napas panjang seraya menyusul sang istri lantas memeluknya dari belakang. Baru hendak memejamkan mata, Agha melihat layar ponselnya bersinar. Dalam hati, enggan untuk melihat tetapi juga penasaran siapa yang menghubunginya malam-malam seperti ini. Memeluk sang istri lebih nikmat rasanya.

Namun tak urung rasa penasarannya lah yang menang. Pada akhirnya ia beringsut dan meraih benda pipih tersebut. Agha keheranan begitu nama Wilma terpampang di sana.

Wilma : [Mas, tolong bilang Jini. Aku besok tidak bisa menemaninya belanja. Aku sibuk.]

Agha yang merasa aneh dengan tingkah laku partner kerja istrinya itu lantas menjawab : [Kamu itu konyol, kenapa tidak mengirim pesan sendiri, malah menyuruhku?]

Wilma : [Tolong ya, Mas?]

Agha : [Nggak ada. Kamu ngomong sendiri, besok!]

"Aneh, aneh saja manusia satu ini. Mau bikin ulah apa lagi sekarang?" gerutu Agha seraya menaruh kembali ponselnya. Ia pun melirik Radjini yang terlelap dan menghela napas lega. Untung saja sang istri tidak terganggu dengan gerutuannya.

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang