26A KEKHAWATIRAN

64 16 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

Radjini pikir, saat ini adalah waktu yang paling tepat bertemu sumber kewarasaannya. Titik yang dirinya ingin tuju saat usaha kabur dari Rumah Sakit Jiwa berjalan tak semulus yang ia harapkan. Sudah hilang akal, nyaris diculik dan diperkosa bukanlah suatu pengalaman indah yang harus diceritakan, bahkan diingat pun membuat batin bergetar hebat. Luka yang tak terlihat itu kembali mengangga. Pria yang sudah berjanji untuk membantunya sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Radjini tahu dirinya dipermainkan dan Agha walau masih sering membuat dirinya waspada jelas membuktikan ucapannya.

Radjini bingung menguraikan perasaannya saat ini. Mobil mewah Agha sudah memasuki halaman luas yang sepertinya tak berujung. Radjini rasanya belum pernah masuk ke pekarangan rumah orang yang halaman depannya saja nyaris seluas dua kali lapangan sepak bola, sungguh melelahkan sekali. Itu adalah perhitungannya jika harus melarikan diri dari rumah ini. Penjagaan di depan rumah juga cukup ketat. Untuk apa lima orang berjaga di sana. Tidak mungkin juga jika itu adalah sekuriti tetangga main ke sini. Hari sudah senja saat mereka tiba, semburat jingga menghiasi angkasa begitu Radjini menengadah menatap takjub begitu kaki menginjak halaman.

"Rumahnya besar sekali," bisik Windy tepat di telinga kiri Radjini.

Radjini mengikuti arah pandang Windy yang menatap ke arah halaman depan yang penuh dengan bunga anggrek bermacam jenis dan kamboja yang sedang berbunga. Harumnya bercampur dengan bunga anggek. Ada pun Melati dan aneka macam bunga mawar di tepi halaman seolah membentuk menjadi pagar. Entah bagaimana hebatnya tukang kebun milik Agha membuat taman ini bisa menjadi sangat indah. Namun keindahan itu tidak sampai ke hati Radjini, otaknya berusaha mengingat tetapi semuanya kosong. Ia sama sekali tidak memiliki memori tentang rumah ini. Radjini sungguh tidak tahu berapa banyak asset pria yang menjadi suaminya ini.

Radjini jengkel dan tak suka dengan keadaan ini, bagaimana ia tidak bisa memiliki memori akan rumah ini, apakah Agha memiliki asset ini setelah kepergiannya? Apa rumah ini milik Agha dengan wanita lain? Atau jangan-jangan rumah milik Radmila, mengingat Radmila tampak baik-baik saja dengan dandanan yang sangat memukau dan terjamin tentunya.

Radjini melirik bagaimana sederhananya Agha. Walau dirinya sebagai pemilik rumah tetapi tak segan membantu pembantunya untuk menurunkan semua barang yang ada di dalam mobil Radjini tertarik pada sebuah koper kecil berwarna pink dengan gambar kartun kuda poni bercula. Radjini tidak melihat koper itu sebelumnya dan ada beberapa tas lagi dengan hiasan bandul boneka kartun.

"Itu punya siapa?" tanyanya mendekati Agha.

"Anak kita," jawabnya.

"Anak kita."

"Iya betul."

Radjini mengedarkan pandangan ke sekitar tetapi tak melihat ada orang lain selain empat pembantu itu muncul. Tantri bahkan sudah menghilang entah ke mana.

Rasa ragu dan rendah diri menelusup, kekhawatiran untuk ditolak kembali menyeruak kalbu. Lidah Radjini tiba-tiba terasa kelu, ia lupa tidak pernah menanyakan dengan siapa selama ini anaknya tinggal, siapa yang mengasuh jika Agha bekerja atau menghabiskan waktu bersamanya. Sungguh ia bukan ibu yang baik bukan? Rasa khawatir Radjini terasa sangat egois, ia yang merasa membutuhkan sang anak tapi tak sekalipun menunjukkan perhatian. Apa mungkin ia belum sembuh betul?

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang