20C HANYA ABANG YANG BOLEH

118 17 1
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

"Jadi apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Agha begitu Radjini meletakkan baki dan duduk di sebelahnya pada bangku berbentuk bulat dengan sandaran punggung jadul.

Radjini menatap Agha lamat-lamat masih bergeming seolah masih memilah.

"Yang paling mendesak dulu," tambah Agha lagi.

Radjini mengumpulkan kepercayaan diri dan keberaniannya dengan beberapa kali menarik napas dan menghembuskan secara perlahan seraya meremas-remas kedua tangannya. Agha sudah hapal jika hal itu pasti Radjini lakukan untuk mengusir kecemasan dan mengontrol emosinya.

"Tapi ... Abang jangan marah ya." Melihat Agha mengangguk Ranjini kembali menambahkan, "Beneran ya. Nggak boleh bohong. Jangan pasang muka dingin."

"Dingin bagaimana?" tanya Agha hingga dahinya hampir saling bertaut.

"Tuh 'kan mau marah. Tatapan Abang serem."

"Eh? Masa abang serem sih. Abang ganteng gini. Sorot mata abang 'kan memang dalam dari dulu. Sudah dari sononya kasingnya begini bagaimana? Ganteng dan misterius 'kan?"

Tak disangka Agha mendapatkan reaksi Radjini yang mengangguk. "Saking misteriusnya sampai bingung Ini ini."

"Ayo coba mau tanya apa?"

"Ini mau lihat surat nikah kita. Abang simpan 'kan?"

"Oh itu. Abang sudah bawakan. Tunggu ya, abang ambil dulu."

Agha segera bangkit dengan sebelumnya menyesap kopi buatan Radjini yang masih seenak biasanya. Rasa rindunya semakin membuncah. Ia sangat paham jika pertanyaan itu lambat laun pasti akan keluar dari mulut Radjini.

Radjini beberapa kali menoleh ke arah kamar utama, ia harap-harap cemas menunggu kedatangan Agha. Rasanya tidak sabar melihat buku nikah mereka. Baru saja ia hendak bangkit karena sudah tidak sabar. Agha sudah keluar dari kamar dan menuju ke arahnya. Ia pun kembali duduk.

"Nah, ini namanya buku nikah bukan surat nikah. Satu milikmu dan satunya milikku."

"Kenapa kamu yang simpan keduanya kalau yang satunya milikku?"

"Karena kita menyimpannya ditempat yang sama. Lah, kita 'kan suami-istri, Sayang benar bukan?"

"Oh iya." Radjini menerima keduanya dan memeriksa isinya. Ia tetegun menatap gambar diri mereka berdua. Wajahnya tampak berbeda di foto buku nikah mereka.

"Apa lagi yang mau kamu tanyakan?"

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang