56. BUNDA IRENE

53 20 0
                                    

KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.

PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933

Radjini setelah pertemuan tak terduga dengan Lastri, bukannya langsung ke rumah kontrakan yang sudah disiapkan tetapi ia membawa Niha menuju tempatnya kos dulu.

"Adik tinggal di mobil saja, Bu. Kasihan masih tidur."

Saran sang sopir dibantah oleh Radjini. "Biar saja dia ikut saya."

Radjini melakukan itu karena sedikit takut jika sang anak bisa saja dibawa kabur. Ia sudah tidak percaya siapapun selain dirinya sendiri dan keluarga Marwan.

"Baik, Bu. Apa kami ikut turun?"

"Tidak usah. Aku tidak akan lama."

Radjini turun dari mobil dan segera mendekati halaman rumah kos yang masih sama seperti dulu ia tempati.

Irene pemilik kos yang berada di teras rumah segera bangun dan mendekat begitu sedan mewah itu berhenti tepat di sebelah pagar miliknya. Ia pun terkesiap mengenali wanita yang mendekat dengan seorang anak ada dalam gendongannya.

"Radjini?!" tanya Irene, menyakinkan diri bahwa tidak salah mata melihat wanita cantik yang sangat beda penampilannya dengan saat datang pertama dulu.

Air mata Irene berderai mengingat wanita kurus dengan wajah kuyu dan perut buncit yang datang mencari tempat berteduh kepadanya dulu lalu kini membandingkan dengan wanita berbadan lebih berisi dan sangat cantik di depannya dengan seorang anak balita yang tak kalah cantik dengan yang menggendong.

"Iya, Bunda."

Irene menutup mulutnya terharu. "Oh, bunda pikir tidak akan pernah bisa melihatmu lagi."

Radjini merentangkan tangan kanannya. "Ini datang lagi, Bunda."

"Kamu tahu, nyawa bunda rasanya melayang saat tidak menemukanmu di rumah sakit saat setelah melahirkan," ujarnya dalam pelukan Radjini. "Ini anakmu?" tanyanya lagi seraya membelai pipi Niha yang tertidur pulas dengan punggung tangannya.

"Iya. Inilah anak yang ada dalam kandunganku dulu."

"Cantiknya, bulu matanya indah sekali," ujarnya memperhatikan bulu mata tebal dan lentik milik Niha.

"Ke mana saja kamu selama ini?" berondongnya kembali dan menggandeng Radjini memasuki rumah utama. "Kita bicara di dalam supaya tidak didengar anak-anak kos."

Radjini mengangguk sekilas ia menoleh ke arah mobil dan beberapa bodyguardnya tampak keluar dan duduk di depan mini market yang berseberangan dengan rumah kos itu.

"Kamu, ke mana saja?" tanyanya ulang.

"Ini sempat diculik, Bun. Lalu depresi sepertinya karena Ini sempat ada di Panti Rehabilitasi Seger Waras."

"Ya ampun, lalu apa yang terjadi."

"Ini, sempat menggelandang dan kemudian ketemu orang baik, lalu ... pada akhirnya ketemu bapaknya Niha lagi."

"Jadi namanya Niha?" Irene mengusap puncak kepala Niha. "Kenapa kamu nggak cari Bunda?"

"Shaniha Bhavanti namanya. Ini sempat amnesia, Bun. Ini pun nggak paham kenapa bisa begitu."

"Jadi berita di televisi itu benar?" tanya Irene beberapa saat setelahnya.

"Berita tentang apa?"

"Agha Danayaksa adalah suamimu?"

"Iya." Radjini sangat penasaran sebenarnya berita seperti apa di televisi karena dirinya sama sekali tidak tahu.

"Pantas saja kamu dulu pergi dari rumah."

"Memangnya berita seperti apa, Bun? Ini belum sempat lihat tivi karena harus pindahan hari ini dengan Niha."

Irene tertegun dan meraih tangan Radjini meremasnya lembut. "Kamu sama sekali belum tahu?"

"Tidak," balasnya seraya menggeleng.

Irene segera meraih remot televisi dan mencari aplikasi youtube lalu mencari akun yang menayangkan berita tentang Agha Danayaksa.

Radjini melihat dan menyerap semua informasi dengan seksama, rasa jantungnya berdegup semakin kencang dan timbul rasa penasaran. Rasa sakit hati tertutup dengan rasa penasaran tentang siapa yang menyebar informasi itu, alih-alih malu dengan aib keluarga kecilnya yang terbongkar dan kini pun dirinya bisa tahu jika Agha dan Radmila pernah menjadi suami-istri.

"Jadi mereka pernah menikah," gumamnya.

Irene mendengar gumaman lirih itu dan mengusap punggung Radjini menyalurkan kekuatan. "Bunda tahu kamu kuat, melihat apa yang ada di depan Bunda saat ini. Bagi Bunda kamu adalah wanita tangguh. Jangan menyerah kamu dan Niha lebih berhak mendapatkan semuanya bahkan jika suamimu harus hancur, semua miliknya adalah milikmu."

"Ternyata bukan hanya imajinasiku. Mereka benar-benar selingkuh dan menikah."

Irene kembali meraih tangan Radjini menarik perhatiannya agar menoleh dan tidak memperhatikan layar televisi. "Ingat pesan Bunda. Jangan menyerah, apapun yang terjadi selamatkan dulu yang menjadi hakmu. Kamu sudah cukup menderita."

"Iya, Bunda. Meski Ini sebenarnya sudah sempat mikir dan bilang akan mengembalikan dia kepada kakakku. Tapi dengan berita ini, Ini semakin yakin jika tidak akan pernah melepasnya."

Irene tersenyum simpul. "Bunda hanya tidak ingin kamu menyesal meski melihat berita itu sangat geram mengetahui jika suamimu memang seberengsek itu."

"Iya Bun. Oh ya, Bunda."

"Ya?"

"Bunda masih simpan ijazah Ini?"

"Tentu saja masih. Kenapa?"

"Ini butuh semua dokumen itu."

GORESAN LUKA LAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang