KALIAN BISA BACA CERITANYA YANG LEBIH LENGKAP DI KARYAKARSA, KBM DAN INNOVEL.
PLAY BOOK STORE AZEELA DANASTRI SUDAH KENA TAKE DOWN UNTUK KECINTAAN AZEELA/ThereAD YANG MAU PELUK BUKUNYA BISA BELI DI KARYAKARSA ATAU KE 082123409933
"Kok, malah disuruh ngomong sama tembok abangnya," bujuk Agha. "Udah malam yuk, kita tidur lagi. Nggak mungkin juga Mila cari aku ke sini. Kamu salah lihat, mungkin saja hanya orang sini yang mirip."
Radjini dalam posisi memunggungi Agha dan menghabiskan air putih segelas besar lantas menjawab, "Aku nggak mungkin salah lihat. Jelas-jelas dia turun dari mobilnya Mas Willy dan berhenti di depan gerbang tuh.
Agha tertegun mendengar penuturan Radjini. "Willy, anak Pak Marwan?"
Radjini mengangguk. "Iya, siapa lagi. Memang dia kok, yang Jini lihat. Aku nggak rabun ya, Bang. Mataku masih jelas melihat mereka turun dari mobil. Bahkan Mila bantu membuka pintu pagar waktu Mas Willy kembali masuk mobil."
"Mungkin besok bisa kamu tanyakan padanya," ujar Agha, lalu teringat dengan kecemasannya jika sampai Mila mengatakan pada Bayu keberadaan Radjini kemudian kembali meralat ucapannya. "Eh ... jangan. Besok biar aku saja yang tanya ke Willy. Kamu di rumah saja."
"Kok, gitu?" tanya Radjini curiga dan kembali cemberut. "Abang mau ketemu Mila lagi ya, makanya larang Jini tanya?"
"Enggak dong, bukan begitu." Agha mendekat dan merengkuh pinggang istrinya.
"Lalu, kenapa Abang mau ke sana, sementara sejak kemarin-kemarin Jini semua yang urus sama Pak Marwan?" tanyanya seraya menahan dada Agha yang kian menempel. "Abang pasti mau ketemu Mila, ya 'kan? Penasaran dengan penampilannya yang lebih yahud dan bisa dandan daripada Jini, ya 'kan? Eleeh... udah ngaku aja, bilang aja kangen sama mantan istri."
Agha menahan tengkuk Radjini dan mencumbu bibirnya cepat dan kuat, gemas dengan kecerewetan sang istri jika cemburu seperti ini. Meski sebal dengan kata-kata yang terlontar tetapi dirinya pun senang jika Radjini mulai menunjukkan sikap posesif tidak seperti selama pernikahannya dulu yang cenderung pasif, takut dan acuh kepadanya.
Agha melepaskan cumbuannya begitu keduanya merasa perlu meraup oksigen. "Udah deh, jangan cemburu dan berpikir yang tidak-tidak," engah Agha.
Radjini semakin cemberut meski wajahnya kini memerah, menggemaskan. "Siapa yang cemburu, jangan GR. Aku cuma ngambek, ngapain perempuan itu sampai ke sini. Biasa juga kalau cariin cuma di kafe."
"Ngambek dan cemburu beda tipis ya?" Agha mengulum senyum.
"Bedalah. Kalau aku cemburu, sudah aku tinggal kab—"
Ucapan Radjini kembali terputus karena Agha sudah kembali membungkam mulutnya dengan lumatan penuh perasaan.
Agha menyudahi cumbuan dan menyatukan kedua dahinya setelah beberapa saat. "Jangan ucapkan tentang kabur dan meninggalkanku, Sayang. Aku tidak hanya akan menjadi gila tetapi juga mati jika sampai kamu pergi."
Ucapan Agha kali ini membuat seluruh bulu kuduk Radjini merinding. Ia bisa merasakan kesungguhan dan sarat putus asa dari suaminya tersebut, bahkan tubuh Agha pun bergetar saat ini, nyaris seperti orang menggigil. Apalagi sorot mata Agha yang menunjukkan keseriusan tetapi tidak terkesan memaksa seperti yang sudah-sudah, Radjini sedikit tidak percaya dengan yang dirinya lihat dan rasakan tetapi tampaknya jika dirinya tidak salah menebak. Agha seperti setengah putus asa.
"Satu hal yang pasti di dunia ini adalah kematian. Asal Abang benar tidak lagi mengkhianati dan mencurangiku. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
Agha mengangguk khidmat. "Tentu Sayang."
"Apa ada mantanmu yang lain dan aku kenal tetapi aku tidak tahu selain Mila?"
Pupil mata Agha melebar tetapi mulutnya terkunci rapat. Ia pun dilema untuk berterus terang pada Radjini tentang Wilma. Sejujurnya kali ini Agha tidak bisa menebak bagaimana reaksi Radjini, akan bisa memaklumi atau mengamuk dan benar-benar pergi seperti ancamannya selama ini.
Agha berdeham dan menelan saliva kasar sebelum berkata, "Kita tidur saja, yuk? Aku sudah ngantuk banget. Capek banget hari ini rasanya. Besok juga ada meeting, kamu ingat 'kan, besok aku ketemu dengan siapa?"
"Ingat. Kalau gitu, ngapain mau ke rumah Pak Marwan segala. Nggak usah ke sana, biar aku saja." Melihat wajah Agha yang hendak memprotes, Radjini kembali menambahkan, "Aku akan hadapi Mila, kali ini aku berani dan tidak akan mundur."
"Tapi, aku takut jika—"
"Susst ...." Radjini meletakkan telunjuk di bibir Agha. "Aku nggak takut karena ada Abang. Abang pasti melindungiku 'kan?"
"Tentu." Agha pun memutuskan untuk mengalah dan mempercayain Radjini sepenuhnya, meski sejujurnya ia sangat tidak percaya dengan orang-orang di sekeliling Radmila. "Info abang jika terjadi sesuatu ya."
"Iya. Ya udah, yuk kita bobok." Radjini meraih botol air mineral dan menggandeng suaminya menuju kamar tidur.
Agha tidak bisa tidur, kantuknya justru hilang begitu Radjini tidak memperpanjang persoalan Mila dan sudah terlelap terlebih dahulu. Radjini malah tidur miring memunggungi dirinya.
Agha yang sama sekali tidak melihat apa yang Radjini lihat tadi memutuskan untuk bangkit, memutari tempat tidur dan menyibak gorden. Ia memperhatikan dengan cermat ke arah rumah Marwan. Benar seperti yang dikatakan oleh Radjini mobil Willy terparkir di luar dan lampu kamar pria itu yang terletak di lantai 2 bagian depan terlihat menyala yang menandakan si empunya masih terjaga. Namun, Agha tidak melihat sosok Willy maupun Radmila.
"Abang ngapain?"
Agha terlonjak mendengar teguran Radjini dan langsung menoleh melihat ke istrinya.
"Ngintip."
"Iya tahu, ngintip apaan? Ngintipin Mila?" tanya Radjini yang masih berbaring diposisinya.
"Abang cuma ingin memastikan bahwa perempuan itu nggak tahu kalau dirimu ada di rumah ini."
"Memangnya kenapa kalau dia tahu? Toh, besok aku mau tanya maksudnya dia ke sini untuk apa."
Agha menatap Radjini dan menghela napas panjang. Hatinya masih belum iklas jika Radjini bertemu dengan Radmila saat ini, apalagi jika sampai Devan dan Bayu tahu.
"Ada apa sih, sebenarnya?" tanya Radjini yang merasa jika Agha sedang menyembunyikan kegelisahan. "Abang bisa cerita sama aku. Sudah aku bilang berkali-kali dan kita sudah membahasnya bukan? Kita akan saling terbuka."
"Aku tidak mau laki-laki berkumis yang membuatmu histeris waktu ini menemukanmu. Eh, bukan. Maksudku, jangan sampai kalian bertemu. Aku khawatir jika traumamu akan kembali, nanti."
"Maksud Abang, orangtuaku? Si Bayu... Bayu itu?" Melihat Agha mengangguk lalu Radjini menambahkan, "Apa Abang lupa apa yang aku katakan juga?"
"Yang mana?" tanya Agha yang merasa pikirannya tiba-tiba kosong.
![](https://img.wattpad.com/cover/338253235-288-k564933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GORESAN LUKA LAMA
RomanceBukan salah Radjini kalau dirinya menikah dengan Agha. Akibat Radmila-kakaknya-melarikan diri, ia menjadi pengganti. Namun, keadaan itu justru menciptakan polemik. Radjini kehilangan kewarasannya dan juga amnesia. Saat ia muncul kembali di kota tem...