"APA YANG KAU LAKUKAN, GALA!"
Gala tak berani mengangkat wajahnya. Gemetar yang ia punya di sekujur tubuhnya sudah tak mampu ia tahan. Baru kali ini Mr. Kim marah sampai menggunakan nada tingginya. Dia tau, kepulangannya dengan kantung serta tampang berantakan. Belum lagi, Gala yakin sekali kalau Nyonya Gennie sudah menghubungi restoran. Mengadukan kalau makan siangnya berantakan di aspal.
Dua kali pukulan dari tongkat wanita aneh itu sampai pada punggung Gala. Agak nyeri tapi ia abaikan. Berulang kali Gala meminta maaf tapi kemarahan Nyonya Gennie tak bisa ditahan. Entah karena takut atau tak mau berurusan panjang dengan wanita aneh itu, sang gadis yang sempat membantu Gala tadi, sudah pergi.
Bahkan tanpa pamit juga mengucapkan siapa namanya. Astaga Tuhan, Gala maksudkan dirinya yang belum mengucapkan terima kasih atas bantuan yang sudah diberikan.
Gala kembali dengan tertatih, menggenjot sepeda butut yang setengah cacat ke tempatnya bekerja. Merasa percuma meminta maaf dari wanita pemarah itu. Sumpah serapah terdengar memekak sepanjang jalan dan berhasil membuat Gala menjadi tontonan gratis. Wajahnya tertunduk antara malu juga marah, tapi tak bisa ia lontarkan. Dirinya siapa? Hanya makhluk kecil yang masih diberi napas juga kesempatan makan gratis dari penampungnya.
Saat ia masuk ke area kerjanya melalui pintu belakang, sudah banyak yang menunggu kepulangannya. Ia merasa tengah disidang saat itu juga. Minus kehadiran Lisa juga Daniel. Gala rasa, mereka berdua sibuk dan memilih mengabaikan penghakiman untuk dirinya sekarang.
"Maaf, Mr. Kim. Aku tak sengaja melakukannya," kata Gala pelan. Ia masih tak berani mengangkat kepala. Sebut saja ia pecundang atau penakut kelas kakap tapi mau bagaimana lagi? Sorot mata Mr. Kim sangat menakutkan untuk ia nikmati sekarang. Belum lagi ia mendengar suara decih tak suka yang kentara sekali dari bibir Luke. Juga Hanry. Sang kepala koki.
"Anak bodoh," rutuk Hanry. Ia segera menyudahi berdirinya di sini. Memilih segera merapikan pekerjaannya. Sebenarnya ia kasihan juga tapi Gala ini sangat kelewatan. Bagaimana bisa ia jatuh terjungkal dan menjatuhkan pesanan penting miliki Nyonya Genie.
Jelas saja kalau Mr. Kim berang. Perempuan pemarah dan aneh itu pelanggān pertama dan sangat setia membeli semua aneka masakan yang ada di restoran ini. Paling setia bahkan tak segan memberi banyak masukan saat Mr. Kim dulu terpuruk. Kisah itu sudah kenyang Hanry dengar saat Mr. Kim bersenandung sedih mengingat dulu ia pernah gagal.
Mendengar ucapan Hanry, membuat Gala makin menunduk saja. Perih yang ia rasakan karena telat makan siang ini, juga lelah karena jarak Lot 5 ke restoran ini cukup membuatnya berkeringat. Belum lagi terik matahari siang ini sama sekali tak bersahabat. Peluhnya mengalir deras membuat seragamnya basah.
Seteguk minum pun belum ia rasakan sebatas penghilang lelah. Dirinya sudah ditodong ini dan itu juga dimaki-maki. Lengkap sekali kesialan yang Gala punya.
"Kau!" tuding Mr. Kim dengan napas memburu. Tak peduli kalau tubuh yang bertumpuk lemak itu membuatnya sukar bernapas, juga membuat wajahnya kian memerah. Belum lagi kepalanya mendadak mengepulkan asap. Hatinya kesal bukan kepalang. Ya Tuhan! Bagaimana bisa anak ini demikian ceroboh?
Lagi pula kenapa Marta malah menyuruhnya?
"Mr. Kim, aku sibuk mengatur pesanan. Gala bisa dimintai tolong kenapa harus aku?" kilahnya tadi. "Lagi pula, Gala pernah bertemu Nyonya Genie sementara aku belum. Apa nantinya tak bertambah lama aku harus mencari-cari alamat rumahnya?"
Mr. Kim menyetujui alasan Marta, membuatnya tak jadi menyemburkan amarah kepada kepala kasirnya. Sejak ia menerima telepon dari Nyonya Gennie, perasaannya sudah dibakar amarah. Ingin sekali dalam sekali cengkeram, tubuh Gala lumat serta remuk begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...