DICE. 41

27 13 1
                                    


Bellamie berdiri sedikit bersandar pada pembatas kayu yang ada di pondok mereka. Suasana langit malan ini pekat tapi justeru makin menambah indahnya Auora Borealis yang bagai selendang di atas salah. Bergerak meliuk pelan mengikuti arah angina. Bintang-bintang yang menghias langit di Metro Timur juga semakin menambah keindahan tersendiri. Ia pernah mendengar kalau Metro Timur ini dikenal dengan pemandangan di malam harinya.

Bulan-bulan tertentu di mana Aurora Borealis ini tampak jelas di langit Metro Timur, banyak wisatawan yang berkunjung. Promosi besar-besaran sudah dilakukan dari tahun tahun sebelumnya karena yang Bellamie dengar, penginapan di Metro Timur tak terlalu banyak disediakan. Kunjungan wisatawan untuk ke daerah Metro Timur memang menggunakan batas tertentu. Entah karena kebijakan dari penguasanya atau memang sengaja dibuat seperti itu, Bellamie tak terlalu paham.

Ia tak pernah memikirkan bagaimana menikmati tempat-tempat indah seperti ini di seluruh wilayah Metro. Ia bekerja keras di mana uangnya ia kumpulkan sebagian dan sebagian lainnya ia kirim pada Mr. Kim. Gelas dalam genggamannya tercekal kuat sampai buku jarinya pun memutih karena mendadak ia ingat cerita sang anak yang ternyata dimanfaatkan banyak orang yang ia percaya. Ya Tuhan! Bellamie memejam kuat. Kenapa ada orang seperti itu?

Memanfaatkan keadaan yang terjadi di antara mereka.

Bellamie berjanji dalam hatinya kalau nanti ada kesempatan untuk kembali ke Metro Selatan—ia belum membahas masalah ini pada Gala karena sepanjang mereka beradaptasi dalam hal komunikasi, Bellamie sering memperhatikan kalau putranya bicara sendiri. Saat ia tanya, Gala hanya mengatakan, "Ehm ... itu ... kau tau, Bu, seperti yang pernah kubilang sebelumnya kalau kita dilindungi system khusus di mana hanya aku yang bisa berkomunikasi dengannya."

Wanita berambut pirang itu tak percaya. Sama sekali. Tapi rasanya kalau ia tak percaya, mustahil juga bagi Gala untuk bisa melepaskan diri beberapa kali dari tekanan penguasa terutama Gideon yang Agung. Bellamie belum buta dan lupa bagaimana wajah serta sorot mata anaknya yang berubah menjadi jingga sewarna dengan dadu kecil yang berputar pelan di dekatnya. Ia ingin tau lebiih banyak tapi sepertinya Gala belum ingin membahasnya.

Ah, kembali mengingat Metro Selatan, anaknya juga bilang untuk sementara waktu mereka aman untuk tinggal di sini. Tak ada signal bahaya dari penjuru mana pun yang mengarah pada pondok kayu ini. Entah dari mana Gala bisa tau hal itu tapi Bellamie belajar percaya. Anaknya tak mungkin membohonginya.

Mulai dari Mr. Kim, Nyonya Milly, akan ia buat perhitungan sendiri karena memperlakukan anaknya tanpa memikirkan bagaimana Gala. Sementara ia diperas begitu saja? dongkol sekali hatinya. Hanya satu nama yang membuatnya sedikit lega; Mr. Richard. Gala bercerita pria tua itu walau peringainya galak juga kadang kata-katanya agak kasar, tapi Mr. Richard memperlakukannya dengan sangat baik. Sesekali Gala membantu pria itu di flatnya.

Setidaknya dari sekumpulan orang tak tau diri itu, Bellamie menyebutnya seperti itu sekarang, masih ada satu orang yang memiliki hati lebih. Mungkin kalau nanti mereka bisa berkunjung ke sana, ucapan terima kasih yang paling tulus dari Bellamie harus ia sampaikan. Walau itu entah kapan terjadinya.

Mau menyesali sekali pun apa yang ia lakukan di masa lalu rasanya percuma. Ia paling bersalah di sini. Kenapa meninggalkan Gala dan memilih mencari suaminya? Namun ... ah, lagi-lagi suara itu terngiang pelan. suara yang selalu menganggunya, membuat pola acak dalam pikirannya hingga akhirnya ia bertindak seperti itu belasan tahun lalu. Sudah lah. Semuanya sudah terjadi.

Yang ia cari pun ... apa benar sudah meninggal? Bellamie tak tau dan rasanya tak percaya juga. Apalagi sang pembunuh dari Xavier. ia memejam kuat sekali. Meraba dadanya yang bergemuruh hebat di dalamnya. Aliran darah dalam tubuhnya entah kenapa seperti turun dan meninggalkan raganya dengan cepat. Mendadak ia lemas.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang