DICE. 34

55 14 3
                                    

Gala mulai menghitung seberapa banyak kesiapannya menghadapi dua pasukan yang mengepung dari dua arah. Barat dan Timur. Di mana dari sisi Barat ia harus menghadapi pasukan Alexander dalam skala besar. Lalu dari sisi Timur, pasukan dari Gideon yang Agung turun tangan. Dalam pantauannya, pasukan Gideon ini tak sebanyak pasukan Alexander Millian tapi tetap saja membuat Gala keheranan. Apa kaitan penguasa tertinggi Metro dengan dirinya? Ia sampai kebingungan dengan banyaknya pasukan yang mengepung. Dice bilang, "Ada kemungkinan, Gideon yang Agung meminta dadu ini kembali, Tuan."

"Tapi kenapa?"

"Tak ada yang tau kalau Anda keturunan sah dari Xavier Horratio dan memang benar adanya pemilik sah dadu ini."

"Dice, kenapa tak ada yang tau aku ini siapa?"

Dice tertawa di antara pengaturan senjata yang dipasang di udara ini. Sudah lebih dari lima puluh drone terbang di sekitar jangkauan mereka. Tak terlihat dan tak masuk dalam radar karena setting tempur dalam mode siluman. Sedikit lagi persiapan mereka selesai. "Apa Anda bercanda menanyakan hal ini?"

"Dice!"

Tawa itu hilang dari mulut Dice. Berganti dengan sorot tajam juga tegas. "Kalau keberadaan Anda dan Nyonya Bellamie diketahui sejak awal oleh seluruh penjuru Metro, bukan kah Anda bisa menebak nasib Anda seperti apa?"

Gala menelan ludah gugup. "Aku tinggal nama?"

"Kurang lebih."

"Kapan kau bisa dalam mode bercanda, Dice?"

"Kapan Anda menyimak ucapanku dengan serius, Tuan?"

Gala berdecak kesal. "Bicara denganmu membuat moodku berantakan."

"Mood Anda berantakan tapi yang akan Anda hadapi itu bom juga panah yang akurasinya tinggi mengenai jantung Tuan. Itu belum seberapa dibandingkan dengan rentetan peluru dari udara yang mungkin akan tiba tga puluh menit lagi. Terserah Anda mau menjaga mood seperti apa yang terpenting bagiku, Anda selamat sampai melewati perbatasan Metro Utara ini."

Gala rasanya ingin sekali memukul kepala Dice yang ada di sampingnya ini. Pakaiannya berganti entah kapan. Tak lagi mengenakan pakaian tidur atau dress dengan model yang aneh. Namun penampilan Dice jauh lebih manusiawi ketimbang sebelumnya. Ingin Gala bertanya tapi ia tau, bertanya di saat sekarang hanya akan membuat konsentrasinya sedikit terganggu. Ia harus mengukur cara kabur yang paling aman digunakan bersama ibunya ini.

Agak lama mereka terdiam dalam hal bersuara tapi masing-masing tak ada yang diam tangan serta isi kepalanya. Semuanya bergerak dan mempersiapkan diri sampai dadu itu berdesing pelan di samping Gala.

Dice menghentikan pekerjaannya. "Mereka datang, Tuan. Bersiap lah. Terutama Nyonya Bellamie."

Gala mengangguk cepat. "Mode ilusi tingkat tinggi diaktifkan. Perimeter dengan jarak jangkauan 100 meter. Pantauan udara beri tampilannya dalam waktu dua menit dari sekarang. Senjata yang terpasang di semua sisi, aktifkan." Dadu itu masih melayang di dekatnya. Mengikuti langkah Gala menuju tenda. "Ibu?" panggilnya pelan begitu tiba di depan tenda yang tertutup ini.

"Ibu baru selesai, Gala." Lalu Bellamie muncul dengan pakaian yang disediakan anaknya. Kemeja hitam yang ia gulung di beberapa sisi agar memudahkannya bergerak. Rambut panjangnya ia gulung ke atas juga celana serta boots tinggi untuk melindungi kakinya. Mata mereka bertemu sejenak di mana Bellamie menatap Gala penuh rindu. "Rasanya Ibu ingin sekali bertanya ini dan itu tapi situasinya sepertinya sulit."

"Benar. Kita harus melarikan diri dari sini. Perbatasan Timur paling aman, Bu."

Bellamie mengangguk saja. "Apa yang bisa Ibu lakukan dan ... kau tau, Ibu heran dan bingung sekali ini semua sebenarnya ada apa."

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang