DICE. 83

48 15 0
                                    


"Kau ... becanda, Dice?" tanya Gala pelan. sebenarnya ia bukan tak percaya dengan apa yang Dice sampaikan. Dari mana kebohongan itu berasal sementara dirinya pun diperlihatkan kekacauan yang tercipta di markas Kyler yang sempat ia tinggali itu. Juga ibu dan ayahnya yang tengah masa pemulihan. Bahkan ia pun tak tau apa Xavier Horration sudah benar-benar tersadar atau belum. Saat ia meninggalkan ibunya, pria yang menjadi ayahnya itu masih terbaring dengan mata terpejam. Walau terlihat damai tapi Gala yakin, tersimpan banyak sekali kesakitan di sana. Tubuh itu banyak luka gores juga bekas jahitan yang sudah cukup lama sepertinya ada.

Terutama pada bagian jantung di mana saat itu dilakukan pembedahan dan Kyler bilang, "Jantung baru ini tak bertahan lama, Gala. Tapi setidaknya, kalau Xavier hidup normal, mungkin semuanya bisa terkendali."

Kyler berkata dengan banyak penekanan pada kata normal, membuat Gala menyadari kalau normal yang dimaksud oleh Kyler adalah di mana sang ayah tak lagi mengemban tugas berat serta berada dalam pertempuran. Itu lah mengapa Gala membuat banyak perlindungan untuk ayah juga ibunya tapi kenapa bisa tertembus dan terlacak? Ia tak habis pikir.

"Andai saja itu hanya sebuah lelucon, Tuan," lirih Dice pelan. Mendadak kekhawatirannya besar sekali terutama menimpa kedua orang tua Gala. "Apa yang harus kita lakukan, Tuan."

Gala termangu. Ledakan yang masih tersisa di udara sebagai latarnya terdiam kali ini. Pikirannya mendadak penuh. Telinganya pun mendengar banyak teriakan dari berbagai titik yang tengah berada dalam pengawasannya. Komando Seth terdengar jelas karena masih ada serangan udara. Teriakan Maverick mengingatkan ayunan tombak dari arah belakang Alex, juga pria berambut putih itu yang sesekali memperingati Mave agar konsentrasi mengarahkan pistol. Tak lama juga, Kyler datang membantu Seth di mana bunyi debum yang cukup kencang berasal dari dekat bebatuan yang ada di balik bukit tempat Seth berlindung.

Semuanya seperti lagu kematian bagi Gala.

Dilepaskan sejenak kacamata itu. Walau tak banyak memberi efek karena suara-suara itu terlanjur masuk ke dalam otaknya, untuk diproses sebagai salah satu cara agar mereka semua masih dalam perlindungannya. Sejauh ini, shield melindungi mereka dengan sangat baik. Tak ada yang mengira kalau ternyata dadu ini melebih batas yang dimiliki juga Gala ketahui. Bahkan Dice yang sejak lama bersama dadu dan melakukan banyak petualangan bersama Xavier, sangat mengagumi kepiawaian Gala mengatur strategi. Mengutak atik system dadu dan mempergunakan dengan semaksimal mungkin.

"Aku ... aku tak tau harus apa, Dice," kata Gala dengan putus asa. Ia pun menurunkan daya pendorong yang ada di kakinya. Membuatnya meluncur bebas menuju daratan. Di mana di bawahnya terdapat banyak sekali bebatuan serta permukaan yang sama sekali tak rata. Bagian Metro Barat yang ini cukup mengerikan untuk dipijaki. Gala tak peduli. Ia butuh tempat untuk berpikir.

"Tuan," panggil Dice cepat. "Manuver Anda terlalu tajam. Tubuh Anda menerima banyak tekanan sekarang."

Gala tak peduli. Matanya terpejam kuat. Tangan yang seharusnya ia rentangkan agar lajunya seimbang tak ia lakukan. Ia benar-benar memilih terjun begitu saja tanpa ingin mengendalikan situasi. Ketakutannya, kekhawatiran, bayang masa depan yang mendadak beberapa waktu lalu muncul dan terus menggerus sisi waras yang ia punya, muncul begitu kuat. Ia tak sanggup untuk menahan karena sungguh, masa depan yang akan ia jalankan nantinya sangat mengerikan.

Ia ... hanya ingin hidup damai. Dan harapan itu memang tercapai. Metro kembali pada tatanan yang seharusnya. Pelanggaran berat mulai diperhatikan oleh masing-masing penguasa Metro. Hubungan antar pihak Metro tak ada yang perlu dikhawatirkan. Sungguh. Kedamaian itu nyata. Gala bebas ke sana ke mari tanpa takut adanya pemicu perang. Dunia Beku miliknya. tapi ... harga yang harus ia letakkan sangat lah mahal dan ia tak pernah sanggup untuk membayarnya.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang