PART. 3

95 16 7
                                    


Jantung Gala tak ubahnya mesin pengukur waktu mundur di mana ia menyadari kalau bertempur dengan waktu sungguh membuat akalnya sangat pendek. Yang ia inginkan hanya segera muncul di permukaan. Di mana segala upaya ia kerahkan untuk membuat laju Black Mamba secepat kilat. Tekanan yang terjadi di sekitar kapal ini sungguh membuat geraknya melambat. Tabung itu sudah dicengkeram erat oleh alat serupa cakar besar di mana kini ada di samping Gala meski terbatas dengan kaca kapal selam. Walau sedikit memecah konsentrasinya karena beberapa ... tidak, sering. Gala sering melirik ke arah tabung itu untuk memastikan gadis di dalamnya dalam kondisi baik-baik saja.

"Perbesar daya dorong, Dice."

Namun ada satu peringatan besar yang berbunyi cukup nyaring di mana pertanda kalau ada beberapa kerusakan mesin yang terjadi. Saat Gala mengambil tabung itu, bebatuan di sekitarnya mulai runtuh. Belum lagi pusaran air di bawah kapal Gala mendadak menariknya dengan kuat. Hampir saja tabung itu terlepas dari cengkeraman cakar pengait meski salah satu sayap kapal mengalami patah yang membuat geraknya oleng beberapa kali. Mengandalkan satu mesin tenaga pendorong di mana ia harus menuju permukaan, Gala berusaha sekuat tenaga mengeluarkan mereka semua dari kedalaman.

Tak peduli dengan peringatan yang ada, Gala terus menekan pendorong tersebut agar bekerja semaksimal mungkin. Di dalam tabung itu, sang gadis mulai bergeliat dengan banyak gelembung yang cukup membuat Gala berdebar. Air di dalam tabung itu berisi banyak cairan yang bisa merusak organ dalam tubuh sang gadis kalau sampai tertelan. Ia tak bisa membayangkan kalau sampai terjadi hal buruk.

Matanya lapar menatap sekitar di mana cahaya mulai terlihat. Birunya air pun tak sepekat tadi. Gala mulai memupuk banyak harapan di mana dirinya pasti akan tiba di permukaan bersama dengan tabung itu. akan tetapi, harapan merupakan hal yang sepertinya langka terjadi untuk Gala saat ini. Mesin pendorong yang hanya tersisa separuh itu pun mati mendadak. Membuar laju kapal selam terhenti begitu saja. Belum lagi lampu yang mendadak pertanda Black Mamba benar-benar kehilangan tenaga pendorongnya.

"Ya Tuhan!" pekik Gala dengan paniknya. "Apa yang harus kita lakukan?!" Berpikir lah, Gala! Berpikir! Ia juga merasakan penurunan gerak di mana Black Mamba justeru melaju ke bawah. Astaga!!! Dan makin lama, lajunya bukan semakin melambat malah semakin cepat. Seolah ia kembali ditarik pada arus yang sangat kuat padahal data pada layar pemantau di dekat tuas pengendali sudah menunjukkan kalau mereka terlepas dari arus kuat Laut Kaspian.

Tidak. Gala tak bisa menunggu lebih lama dari ini. ia butuh segera keluar dari situasi yang genting ini. Apalagi saat ia menoleh, gadis itu mulai memukul kaca yang mengelilinginya. Bukan untuk meloloskan diri tapi seperti tengah bicara kalau Gala jangan terlalu lama berpikir. Tapi apa?

Gala segera melepas dadu itu. Pendar jingganya memenuhi ruangan yang cukup gelap di mana hanya suara sonar peringatan. "Bawa kami ke tepi pantai," lirih Gala pelan. Ia berharap, sekali lagi harap ini demikian tinggi pada dadu yang sepertinya masih bisa melakukan apa yang ia minta. Lalu ... BLAS!!! Cahaya sangat terang menguasai netra Gala juga ...

Saat ia membuka mata, hal pertama yang diingat adalah kedalaman laut lalu Black Mamba yang membawa ...

Pemuda itu langsung bangun dengan segera, di mana sebagian tubuhnya bergumulan pasir. Bau asin pun menyeruak menusuk hidungnya. Matanya cepat sekali mengawasi sekitar di mana ia harus mencari tabung yang ditemukan dengan cukup susah payah. Gala berlari dengan cepat mengejar tabung yang masih sebagian terendam di pesisir pantai. Entah ini berada di mana, yang jelas mereka semua selamat keluar dari Black Mamba. Kapal itu pun terdampar tak jauh dari tabung yang masih dicengkeram kuat oleh cakar besar itu.

"Cathleen!!!" panggil Gala cepat. Berkali-kali ketukan Gala lakukan sekadar untuk membangunkan gadis itu. Lalu ia pun cepat mencari di mana kunci pemutar untuk mengeluarkan sang gadis. Nyatanya sepanjang ia meneliti, tak ada satu pun lubang kunci yang ada di sana. Hanya ada satu kotak berisikan symbol-simbol yang tak Gala mengerti. Sekali lagi, Gala mengetuk kaca untuk sekadar memastikan gadis itu baik-baik saja.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang