Berita kekalahan Gideon yang Agung segera saja menyeruak bagai embus angin dengan kekuatan penuh. Memenuhi tiap ruang jagad Metro bahkan hingga ke lorong terkecil. Bukan hanya segelintir yang menyambut kekalahan itu dengan suka cita tapi hampir kebanyakan penduduk yang tinggal di empat wilayah Metro. Wajah mereka yang semula tegang, takut, juga khawatir seolah masa depan yang suram sudah menanti, langsung lenyap begitu kabar itu menyapa telinga. Senyum dan helaan napas penuh lega menjadi euphoria tersendiri bagi mereka.
Kenapa hal seperti itu justeru terjadi padahal mereka tau siapa Gideon yang Agung?
Mereka paling tau, bagaimana seorang Alexis Gideon Langham memerintah. Ia jarang bertemu langsung dengan penduduknya karena merasa sudah menyerahkan kekuasaan di bawah pengawasan masing-masing pimpinan Metro namun banyak hal yang menjadi kebijakan seorang Gideon, yang sebenarnya bertentangan. Itu lah kenapa kadang penguasa masing-masing Metro memberontak dengan cara mereka tersendiri. Kendati demikian, mereka masih tetap pada jalur yang diinginkan oleh Gideon. Berkala mereka selalu melaporkan juga menyetor banyak pajak dan upeti yang telah ditentukan.
Dan kala kabar ini tersiar, seolah ada beban yang tak kasat mata terangkat begitu saja. Menjadikan langkah mereka ringan dan kembali menyusun banyak hal yang bisa membangunkan serta menggerakkan sektor dan lini ekonomi yang sempat lumpuh beberapa hari belakang karena penguasa masing-masing Metro nasibnya ditentukan oleh keberuntungan. Yang mana kalau sampai Gideon memenangkan seluruh duel, bisa dikatakan nasib mereka berakhir sama persis dengan penguasanya.
Habis. Tak tersisa. Mungkin hanya tinggal raga yang dapat diperas berkali-kali manfaatnya oleh Gideon. Setelah tak ada lagi gunanya, mereka akan disingkirkan begitu saja.
Pasukan elite Gideon banyak yang mendapatkan peradilan tersendiri dari Dewan Penasihat. Segera setelah keruntuhan Gideon, pesawat mereka berdatangan. Sepuluh Dewan Penasihat tertinggi datang dan menemui Xavier Horratio. Tanpa perlu banyak penjelasan, di mana Xavier tau kalau mereka semua mengawasi pertempuran sengit itu, baik tubuh Gioden juga Freya dibawa dan diperlakukan sewajarnya seorang penguasa yang tumbang.
Walau Xavier yakin, saat mereka disemayamkan, hanya segelintir yang berdatangan. Dan tebakan itu nyata terjadi. Keluarga Fridellia menuntut balas tapi Dewan Penasihat mencekalnya. Ditunjukkan bukti yang membuat mereka semua malu dan tak bisa berkata banyak kecuali menangis dan menggerutu sepanjang penghormatan terakhir sebelum peti itu dilarung pada lautan luas yang mana ujungnya adalah gerbang keabadian hidup yang lain.
Empat penguasa Metro hadir sebagai bentuk penghormatan terakhir walau bagaimana pun, beratus-ratus tahun mereka saling mengenal meski bukan hubungan yang baik. Juga Xavier yang berdiri di jajaran para Dewan Penasihat Benua Beku. Sementara baik Kyler, Maverick, Alexander, dan juga Seth berada di jajaran lain tapi tak mengurangi keheningan yang tercipta hingga dua peti itu diturunkan perlahan oleh beberapa pasukan bersenjata lengkap.
Setelah prosesi itu berakhir, mereka juga belum bisa meninggalkan bangunan besar bercat putih di mana semua sudut dinding ini banyak dihias furniture mahal juga mengesankan mewah. Belum lagi pilar-pilar besar di beberapa titik di mana bagi empat penguasa Metro, mereka terbiasa melihat pemandangan ini. Pun Xavier. Ruang ini adalah ruang di mana rapat besar bagi semua penguasa bertemu dan membahas hal yang penting dan menguntungkan mereka. Terkadang juga, menemui Gideon yang Agung secara pribadi itu pun karena permintaan Gideon.
Di antara mereka semua, yang paling sering berkunjung ke ruang di mana terdapat kursi berukir mewah dengan sandaran yang sangat tinggi, berlapis kain beludru mewah menunjukkan digdaya dan kemewahan tersendiri, adalah tempat seorang Gideon yang Agung bekerja. Mendengar banyak laporan dari berbagai sisi di mana di tiap anak tangganya, baik sisi kanan dan kiri juga terdapat kursi yang serupa dengan miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...