DICE. 49

40 16 7
                                    


PART INI MENGANDUNG KEMANISAN YANG SANGAT HAKIKI. MOHON PEGANGAN JUGA JANGAN DIBACA DI TEMPAT UMUM. KALAU TETIBA SENYUM-SENYUM SENDIRI DITAMBAH PENGIN JADI DICE, TOLONG ... LEBIH BAIK MENYINGKIR DULU. KASIHAN. NANTI DISANGKA SINTING. LOL.

"Kau yakin kita tak butuh menggunakan kendaraan apa-apa?" tanya Gala sekali lagi. Ia tengah membenahi sarung tangannya. Jaket tebal, sepatu boots yang cukup nyaman, juga topi sebagai pelindung karena udara yang bisa dikatakan cukup cerah ini, masih juga berembus angin yang cukup dingin.

"Iya, Tuan."

Gala sedikit curiga tapi tak mau berucap apa-apa.

"Kenakan kembali kacamata Anda, Tuan. Nanti aku tunjukkan arah tujuan kita." Dice menengadah pada langit hari ini. Ditengoknya pelan ke belakangan di mana ia melihat, Bellamie menatap Gala dengan pandangan khawatir. "Ibu Anda terlihat khawatir, Tuan."

"Sudah kau amankan pondok ini, Dice?" tanya Gala sembari menoleh ke belakang. Ia mendesah pelan. Sejak mereka sarapan tadi, ibunya tak henti-henti bertanya ke mana tujuan Gala hari ini. Bellamie masih tak percaya kalau Gala keluar begitu saja. Siapa tau nantinya compang camping persis seperti beberapa waktu sebelumnya. Gala sudah menjelaskan ia butuh ke suatu tempat yang tak bisa ia katakan tepatnya ke mana. Selain ia tak tau ke mana Dice akan membawanya.

"Sudah, Tuan. Alarm tingkat tinggi sudah kunyalakan dan drone berisi senjata penuh untuk menghalau musuh juga sudah terbang mengitari pondok ini."

Gala mengangguk pelan. "Aku pergi dulu, Bu." Ia pun melambai penuh semangat pada ibunya yang masih memberi tatapan khawatir. "Jangan menatapku seperti itu. Tak akan terjadi hal buruk padaku, Bu."

Bellamie menghela napas panjang. Ia pun memejamkan mata sejenak. "Baik lah. Hati-hati, Gala."

Senyum putranya itu terkembang lebar. "Baik, Bu." Sama seperti saat ia mengizinkan Gala kecil sekolah sendiri. Mengawasi punggung kecil dengan tas ransel itu bergerak menjauh darinya. Sembari sesekali anak itu menoleh dan melambaikan tangan. Katanya saat itu, "Aku sudah besar. Tak perlu kau antar lagi, Bu. Aku malu."

Dan sekarang, Bellamie merasa seperti déjà vu.

Ia hanya bisa berdoa dalam hati semoga Tuhan benar-benar melindungi putranya. Jangan sampai mereka terpisah lagi. Bellamie tak sanggup membayangkannya. Sudah cukup penderitaan dan kesedihannyaserta penyesalan yang tak bisa ia tebus di masa lalu kecuali sekarang. Benar. ini saatnya ia memfokuskan diri merawat putranya.

"Tuan Seth juga sudah mengirimkan pasukan untuk mengawasi Nyonya Bellamie, Tuan."

Gala segera saja menoleh pada Dice yang bicara dengan entengnya tadi. "Kenapa Seth harus tau kalau ibuku sendirian di rumah?"

"Pengamanan ekstra, Tuan. Siapa tau ada kunjungan dadakan."

"DICE!"

"Aku tak bercanda, Tuan."

"Berbahaya, kah?"

Dice menyeringai. Matanya kembali menatap langit cerah lalu tangannya terentang lebar. Seperti tengah menghirup banyak udara bebas yang ada di sekitarnya. "Bahkan untuk melukai Nyonya Bellamie saja aku rasa orang itu tak sanggup."

Gala sama sekali tak mengerti ucapan Dice kali ini. Ia justeru mengkhawatirkan ibunya. Saat ini ia sudah bergerak menjauh dari pondok kayu itu. Berjalan yang rasanya baru sebentar tapi ternyata jarak mereka sudah sangat jauh dari rumah sederhana yang mereka tempati itu.

"Tuan, kendaraan kita sudah siap."

Pemuda itu terkejut mungkin karena sejak tadi, ia tak terlalu fokus pada sekitarnya di mana sekarang ada dua kereta salju yang mana beberapa anjing atau ... "Ini serigala, Dice?"

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang