Entah karena Gala yang terlalu fokus mendesak Gideon di mana kemarahannya tak pernah surut, ia hanya mendengar ucapan ayahnya mengenai Alexander Millian yang diminta untuk jangan mati terlebih dahulu. Apa yang tengah terjadi sebenarnya? Kenapa dengan Alex? Ada sesuatu yang buruk terjadi? Matanya cepat mengarah pada titik di mana terakhir kali ia melihat Alex juga tempat di mana ibunya terkurung.
"Lawanmu di sini, Gala!" Gideon kembali mengarahkan trisulanya tanpa ampun. Membuat Gala sedikit mundur ke belakang dengan kernyitan yang menandakan dirinya terkejut karena tindakan Gideon barusan. Beruntung refleksnya masih cukup fokus di mana pedang yang sejak tadi ia gunakan, segera ia layangkan ke udara untuk menghadang trisula Gideon. Ujung trisula itu tepat mengarah pada wajah Gala di mana seringai Gideon terliat puas sekali.
Ia terus mendorong Gala mundur dan mendesaknya tanpa ragu. Hal ini membuat Gala menggeram kesal dan segera ai ambil kuda-kuda pada kakinya. Sedikit menunduk agar bisa ia gerakkan tubuhnya dan menjegal kaki Gideon yang dijadikan tumpuan. Dan apa yang Gala lakukan cukup berhasil membuar mereka kembali berjarak. Gideon menggerung kesal dan masih kembali mengarahkan trisula tadi. Sementara Gala yang sepertinya memang tak bisa memecah fokus kala melawan Gideon.
Kendati demikian, ia tetap menekan earbud-nya. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan dan itu ia tujukan pada Alex di mana mereka semua yang mengenakan earbud pun bisa mendengarnya.
"Aku masih sibuk dengan pusat komando karena Dewan Penasihat belum juga merespon." Maverick terdengar seperti melaporkan kondisinya terkini. Juga masih bisa Gala dengarkan suara tembakan yang cukup menjadi latar Maverick yang tengah berusaha menahan laju serangan udara.
Kalau sampai itu terjadi, kekalahan besar ada di pihak Gala. Ia tak mungkin membiarkan hal itu terjadi karena kalau sampai Gideon yang memenangkan pertarungan ini, bukan hanya orang yang Gala kenal di sini yang akan mendapat hukuman berat dari sang penguasa yang arogan itu. Atau malah dieksekusi di hari ini. Di depan Gala agar ia bisa menyaksikan rekan yang membantunya ini, tewas di tangan Gideon. Itu belum seberapa dibanding pesawat yang membawa senjata pemusnah massal itu mengatah pada pusat kota.
Akan banyak sekali korban jiwa di sana. Belum lagi efek yang timbul karena keinginan Gideon ini. Anak-anak yang kehilangan orang tua. Banyak prajurit yang jadi korban. Juga kerugiaan material lainnya dan banyak saran dan prasarana yang hancur di mana untuk membangun kembali, butuh biaya yang sangat banyak untuk memulihkan kondiri mereka semua.
Tidak. Gala tak akan biarkan hal itu terjadi. Keinginan Gideon terlalu berlebihan apalagi berkenaan dengan dadu. Kalau Gala serahkan sekarang, ia yakin, Gideon tetap melaksanakan niatnya itu. kalau Gala kalah di sini, Gideon pun tetap melakukan apa yang sudah ia rencanakan itu. Makanya Gala mencari akal bagaimana caranya untuk menahan setidaknya sampai Gideon bisa dilumpuhkan agar penguasa itu tak mengancamnya menggunakan bom rudal yang akan mengarah pada pusat kota di beberapa bagian Metro.
Pedang yang Gala gunakan terus menangkis dan memberi serangan dengan cukup berani. Beberapa kali sabetan pedang itu mengenai bahu serta kaki Gideon. Gala sendiri juga menerima beberapa luka yang cukup membuatnya meringis sakit tapi mengingat apa yang tengah ia perjuangkan, ia kembali berdiri tegak. Tak peduli hingga titik darah penghabisannya nanti, yang ia inginkan adalah kekalahan Gideon yang Agung.
"Apa seranganmu semakin melemah?" tanya Gala dengan kekehan meremehkan. Sudut bibirnya terluka karena kepalan tangan Gideon menyapa wajahnya barusan. Ia hapus jejak darah yang ada di sana dengan punggung tangannya. "Atau hanya segini saja kekuatanmu?"
"Bicara denganmu hanya membuatku semakin muak." Gideon menarik satu pistol kecil yang biasa ia gunakan. Kali ini ia isi dengan bahan yang serupa dengan daya ledak nanomite. "Bersiap lah, Gala." Ia pun mengarahkan pada Gala yang tampak menatapnya dengan angkuh. "Kali ini kau akan menemui kekalahanmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...