Sejak pertama kali Xavier melihat Bellamie di lorong itu, ia tau dirinya sudah jatuh. Matanya yang cokelat terang itu selalu penuh dengan semangat dan rasa optimis yang tinggi. Dari ketinggian gedung yang ada di sekitar tempat tujuan Bellamie, pria itu sudah memperhatikannya. Padahal kalau memang gadis bersyal cokelat tua itu pintar juga bisa membaca situasi, ia tak akan melangkah ke lorong sepi yang bisa membuatnya terancam. Namun sorot mata itu sekali lagi mengganggu Xavier di mana ada semangat yang begitu tinggi diiring satu senyum menandakan kalau ia memiliki banyak harapan.
Netra Xavier berkhianat di mana sejauhnya ia tak perlu peduli, kan? Juga tubuhnya yang mengikuti Bellamie dari kejauhan. Dari sekian banyak wanita yang pernah ia temui selama ratusan tahun, kenapa justeru pada sosok perempuan ini ia seperti ditarik oleh medan magnet yang demikian besar? Padahal kalau ditelisik, wajah itu juga tak terlalu cantik juga tubuhnya bisa dibilang memiliki postur tubuh seperti wanita Metro Selatan kebanyakan.
Benar saja apa yang Xavier duga di mana di lorong itu kejahatan terjadi. Melihat hal itu ada di depan matanya, Xavier mana bisa diam saja dan melihat sampai mungkin saja, wanita itu jatuh terluka. Mengusir tiga pria kurang ajar itu taka da artinya bagi seorang Xavier. tanpa senjata pun mereka sudah lari tunggang langgang tak tentu arah. Menyisakan keduanya yang terdiam di mana Xavier tau, masih banyak ketakutan di benak sang gadis. Tak sampai hati, ia pun mengantarkannya pada tujuan. Tak banyak ucap karena memang Xavier tak terbiasa banyak bicara. hanya mengamati dan memberi komentar seperlunya.
Yang membuatnya tak habis pikir juga, ketika wanita itu masuk ke dalam gedung yang cukup tua itu, ia justeru kembali melangkah melangkah mendekat. Padahal keberadaan Xavier sudah ditunggu namun ia tak berdaya ketika kakinya justeru memilih untuk menunggu gadis itu hingga selesai urusannya. Tanpa kata, Xavier tau apa yang ingin gadis itu lakukan. Di mana setelahnya, hari-hari Xavier secara berkala berkunjung pada flat yang gadis itu tinggali. Sekadar memakan makan siang yang disajikan atau secangkir kopi yang disuguhkan oleh sang gadis.
"Ah." satu desahan lolos dari bibir Bellamie saat kecupan basah ia rasakan menyasar pada tengkuk Bellamie. Rambut panjangnya sudah terkumpul menjadi satu di sisi kanannya. Desahan itu membuar Xavier mulai sedikit menyingkirkan bayang masa lalunya di saat perkenalan pertamanya dengan sang wanita.
Tak ada yang berubah, sama sekali tak ada di mata Xavier. Wanita ini tetap wanita yang sangat ia cintai sejak awal. Segala hal dalam pertemuan pertamanya dulu sangat terkesan di hatinya. Apalagi ... sorot mata yang kini mulai berkabut dibakar gairāh. Punggung Xavier sedikit merasakan tajamnya kuku yang Belllamie punya saat ia bukan lagi melayangkan kecupan basah. Tapi menciptakan satu noda kemerahan yang mungkin esok paginya berubah keunguan.
Xavier paling tau di mana titik lemah Bellamie yang tak mungkin ia lupa sepanjang hidupnya.
Tangan yang ia gunakan untuk menahan Bellamie untuk tetap di posisinya, mulai meraba dengan gerak yang sangat lembut. Teramat lembut malah yang membuat Bellamie mendesis disertai matanya yang kini memejam. Kepalanya mendongak sedikit yang mana justeru membuat Xavier makin bersemangat. Leher istrinya yang jenjang serta sangat menggiurkan untuk disapa ujung ligah Xavier, maka itu yang dilakukannya sekarang. Sesekali ia gigit lembut di sana yang segera mendapatkan respon tak kalah menciptakan suara-suara erotis yang sangat syahdu diterima pendengaran Xavier.
Ia rindu wanitanya tunduk akan semua sentuuhan yang bisa diberikan.
Kembali jemari Xavier mulai meraba bagian pinggang kanan sang istri yang terasa lembut dan halus. Sampai pada satu gundukan kenyal yang masih tertutup pakaian tidur tipisnya. Sesekali kedua dada Bellamie memang bertubrukan dengan dada Xavier di saat sang istri menggeram tertahan karena isapan yang Xavier lakukan di sekitar bahu serta tengkuk Bellamie.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...