DICE. 85

37 13 2
                                    


Xavier sama sekali tak membuang waktu begitu tau posisi Gideon yang baru saja dikonfirmasi oleh Dice. Bertanya dengan cepat mengenai gudang senjata serta kendaraan yang bisa digunakan di mana sudah banyak sekali yang dikerahkan oleh Kyler. Keamanan di markas besar ini sangat tinggi namun tetap saja bisa ditembus ketika pelindung utama dihancurkan. Ia cukup penasaran dari mana pewasat Gideon mengetahui lokasi ini. Apa ada pemicu di sini yang akhirnya ditangkap sebagai keberadaan dirinya? Sejauh ia ingat mengenai kebangkitannya di tangan Kyler, tak ada yang ia lakukan.

Artinya ia memang harus mencari tau. Tapi itu bisa ia lakukan setelah menyusul istrinya. Ia tak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Bellamie. Maka kendaraan tercepat yang bisa ia gunakan adalah motor yang memiliki roda disesuaikan dengan gurun pasir ini. beberapa pasukan mengikutinya tapi Xavier tak menurunkan kecepatannya. Sama sekali. Mungkin itu juga yang membuat pasukan Kyler tertinggal jauh di belakang. Hanya berbekaln insting juga koordinat yang dipasang pada GPS motor, Xavier melaju secepat kilat. Tak peduli betapa butiran pasir ini sangat lah menganggu penglihatannya.

Dan di sini lah ia. Menghadang Gideon yang akan melanjutkan rencananya. Apa pun yang akan dilakukan pria yang sudah ia kenal sangat lama tapi tak ada pengaruhnya mengenai segala nasihat serta pandangan mengenai Metro ini, pasti lah berbahaya. Baik bagi kelangsungan hidup di Metro juga kedamaian yang sebenarnya bisa terjadi. Tugas Xavie memang memberi hukuman dan meluruskan apa yang seharusnya tak dilakukan para pimpinan Metro baik Selatan, Utara, Barat, juga Timu. Jika pelanggarannya berat, ia tak segan untuk mengangkat senjata dan memusnahkannya.

Ia tak berteman atau berkoalisi dengan pihak mana pun. Pekerjaannya mandiri tanpa pengaruh dari pihak mana pun terutama Gideon yang Agung. Ia hanya dimintai tugas namun ia telaah sebelum benar-benar melakukan penghukuman. Ia buat menjadi skala terkecil dengan efek kerusakan yang cukup besar. Makanya ia selalu dimusuhi banyak pihak bahkan Gideon yang Agung. Kala ia menolak mentah-mentah ide Gideon untuk meluluhlantakkan sebagian Metro dengan nanomite.

Xavier merasa itu sangat tidak adil. Ada sisi buruk di mana ia yang bertugas untuk membersihkannya. Ada juga sisi di mana kehangatan itu ada di setiap sudut Metro. Baik karena keluarga, pertemanan, atau hubungan yang membuat beberapa kalangan bersatu. Xavier tak mau mengorbankan hal sebesar itu ditambah juga istrinya adalah salah satu dari manusia yang hidup di Metro Selatan. Kalau terjadi sesuatu dengannya? Di mana Xavier yang menembakkan senjata penghancur? Ia tak bisa membayangkan hal itu terjadi. Berusaha sekali tiap laporannya dalam keadaan beser. Ia tak mau Gideon menyakinkan serikat yang ada di Metro untu melakukan pemusnahan massal itu.

Ia merasa beruntung karena sering kali alasannya selalu diterima. Namun menimbulkan ketidaksukaan tersendiri di hati Gideon. Berulang kali pria itu memerintahkan hal yang tak seharusnya. Berulang kali juga Xavier menolak dan menghindarinya di mana akhirnya Gideon mengangkat senjata dan mendesak dirinya untuk menuruti keinginan Gideon.

Sorot mata itu masih sama seperti terakhir kali bertemu. Di mana juga ia tak pernah segan menarik pelatuknya untuk membuat Xavier mati di tangannya. Sayangnya, Xavier ke sini bukan untuk mati di tangan Gideon. Ia harus menyelamatkan istrinya terlebih dahulu. Dan kunci dari keberadaan pesawat itu hanya ada di Gideon. Dice tak bisa melacaknya padahal ia sudah diberi akses untuk memindai seluruh jangkauan yang ada di radarnya. Bisa jadi perlengkapan tempur milik Gideon makin canggih dan tak Xavier ketahui mengingat lama ia terpejam beberapa tahun lalu.

Belum selesai pertempurannya dengan Gideon, anaknya, Galaksi Haidar sudah hadir di depannya. Di mana selebihnya semua yang Gala lakukan untuk mendesak dan membuat serangan Gideon terhenti. Xavier sama sekali tak teralih matanya kecuali memandang sang putra. Tadinya ia hanya bisa memandang lewat layar dan kini ia saksikan dengan jelas, betapa sang putra tumbuh dengan sangat baik. Tak ubahnya seperti saat ia menatap dirinya sendiri. Tak kenal kata takut, sorot matanya tak ada gentar, juga langkahnya mendekat pada Gideon pun sama.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang