Dadu itu terkalung sempurna di lehernya. Ia ketatkan kerah kemejanya untuk menutup bandul kalung tersebut. Rambutnya ia rapikan karena merasa sudah terlalu panjang. Rahangnya yang ternyata sudah tumbuh banyak bulu tipis, sudah ia rapikan setelah mencuci wajahnya. Pedang yang tergantung tak jauh dari kantung tidurnya, ia ambil dan dipasang sempurna di punggungnya. Dua pedang yang selalu menemaninya saat bertarung dulu, kembali menemaninya. Pun pistol dengan amunisi penuh sudah ada di boots panjangnya serta ban pinggang. Semua yang pernah ia kenakan, kembali padanya. Utuh.
"Kau kembali, Xavier." Seth menyibak tirai tenda dan masuk tanpa izin membuat Xavier berdecak kesal. "Oh, melihat tampangmu yang tak suka itu aku merasa seperti masuk ke dalam kamar gadis tanpa izin."
Xavier tak menanggapi. "Aku belum mati, Seth." Ia kembali memastikan penampilannya yang agak ia rindukan. Terakhir kali ia ingat, sudah dalam keadaan yang sangat payah. Dan sepertinya mencari tau siapa penolongnya cukup bisa dimengerti karena siapa pun penolongnya kala itu, sungguh sangat membantunya.
Mendengar ucapan Xavier barusan memancing Seth untuk memukul bahu sahabatnya itu dengan pukulan yang cukup keras. Hal itu sontak membuat Xavier meringis namun setelahnya mereka tertawa bersama. "Aku cukup khawatir pertempuran kali ini, Xavier." Seth tetap saja mengemukakan apa yang ada di pikirannya. Sejak semalam di mana mereka berkumpul bicara dengan banyak basa basi tapi ternyata cukup menyenangkan, Seth tau, mereka semua merasakan ketegangan yang sama.
Gideon pasti akan mengerahkan semua kemampuannya lebih dari yang kemarin mereka hadapi. Itu saja bisa dibilang, pasukan mereka kalah telak. Sang penguasa itu masih memiliki pasukan di mana udara dikuasai dengan sangat baik sementara mereka semua, kalau harus bertempur di udara bisa dibilang, kemungkinan untuk bertahan sangat lah kecil. Bukan tak ingin mengambil risiko terlalu jauh hanya saja yang mereka butuhkan bukan sekadar bertahan. Ada lebih banyak pertimbangan dan itu semua harus diperhitungnkan dengan baik.
"Itu lah kenapa aku yang akan melawan Gideon. Kau tau harus berbuat apa, Seth."
Seth mendengkus pelan. matanya kembali mengedar pada bagian dalam tenda. "Kurasa anakmu pasti memikirkan cara lain."
"Kau benar." Xavier mengambil salah satu kursi yang tersedia. "Semalam ia banyak bicara denganku dan rasanya akan sangat menyenangkan kalau waktu kami habis untuk bicara apa pun di dalamnya."
"Gala anak yang menyenangkan, Xavier. Biarpun sedikit banyak mirip denganmu."
"Benar kah? Aku tak merasa hal itu. Lihat lah wajahnya. Lebih mirip Bellamie kau tau? Tapi setidaknya keberaniannya patut dicacungi jempol."
Seth setuju pada bagian ini.
"Dan kurasa banyak sekali bantuan Dice dalam hal ini."
"Mungkin. Aku tak terlalu banyak tau mengenai mereka berdua sampai aku melihatnya sendiri di kapal selam milik Maverick. Kau tau, saat mengantarkan dirimu ke sini untuk dibangunkan Kyler."
"Kau sudah cerita bagian itu."
"Dan aku tak sungkan untuk terus mengatakan betapa mereka berdua sangat cocok."
"Aku setuju."
"Apa kita nantinya akan makin akrab hubungannya, Seth? Aku curiga kalau gadismu sudah terpesona dengan anakku?"
"Tak bisa kah kau berpikir bisa saja anakmu yang terkagum-kagum dengan kepiawaian Dice? Kau ditemani anakku ratusan tahun, Xavier. kau tau, Cathleen-ku pintar dan cerdik."
Mereka saling menatap seolah tak ingin kalah namun, akhirnya mereka kembali tertawa bersama.
"Aku harap perang ini segera selesai dan keadaan jauh lebih baik setelahnya." Seth sangat mengharapkan hal itu. Ia tak menyangka perang melawan penguasa akhirnya terjadi juga. Tak ada ramalan yang mengatakan hal itu hanya saja ia mendadak ingat kata-kata Penasihat Lama. Di mana akan muncul satu penguasa baru dan kedamaian akan berlangsung sangat amat lama di tangannya. Apa itu adalah Gala?
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...