Berhubung enggak ada yang tanyain kok enggak update aku jadi lupa kalau settingan updatenya cuma sampai tanggal 6. Hhehehe. Okelah lanjut dulu, sembari nungguin aku bisa nulis story lainnya.
***Suara bising yang berasal dari belakang pondok membuat Bellamie cukup risau. Bukan lantaran dirinya tak terbiasa tinggal sendiri. Namun suara badai di malam ini cukup mengerikan. Sejak mentari tak terlalu terang lagi sinarnya, Bellamie sudah menunggu kepulangan Gala. Menyiapkan makan malam siapa tau anaknya lapar setelah menuju suatu tempat entah di mana. Tapi sampai sekarang tak ada tanda-tanda kepulangan putranya itu.
Ia teringat percakapan sesaat sebelum Gala pamit pergi. Wajah anaknya terlihat semringah sekali. Sebagai seorang ibu, ada rasa penasaran yang cukup besar namun ia bukan tak ingin bertanya. Bellamie harus berhati-hati bicara karena ingin membangun komunikasi yang baik bagi mereka berdua. Di mana banyak sekali kekosongan waktu yang pernah ia ciptakan di antara hubungan ibu dan anaknya ini. Pasti akan ia tanyakan banyak hal termasuk mungkin hal-hal yang sedikit berkaitan dengan hubungan antar lawan jenis. Gala sudah dewasa. Penampilannya juga bisa dibilang cukup keren.
Pasti putranya itu sudah memiliki seorang gadis incarannya, kan?
"Memang ke mana tujuanmu hari ini, Gala?" tanya Bellamie cukup penasaran. Kentang tumbuk yang baru saja ia buat, disajikan berikut dengan cincangan daging ayam yang dimasak dengan potongan tomat dan paprika. Putranya yang tengah menyantap sup jagungnya terdiam sesaat.
"Aku sendiri belum tau ke mana tujuannya."
"Bagaimana bisa, Gala?" Bellamie mendadak khawatir. Dirapikan rambut tebal Gala yang agak berantakan. "Apa perjalananmu kali ini aman?"
Gala mengangguk cepat. "Aman, Bu. Sangat aman."
"Kau yakin? Apa pulang larut?"
Gala mengedikkan bahu. "Aku belum tau untuk hal itu. Tapi Ibu tenang saja. Ibu aman kutinggalkan. Sistem keamanan pondok ini terhubung denganku sepanjang waktu. Orang kepercayaan Papa Seth juga berada di sekitar sini."
"Apa?" Bellamie memekik tak percaya.
"Aku tak mungkin meninggalkan Ibu sendirian tanpa pengawalan khusus." Gala kembali menikmati sarapannya tanpa beban. Seolah apa yang ia katakan sudah sangat terbiasa dilakukan olehnya. "Ibu tenang saja. Kalau terjadi sesuatu, aku secepat kilat pasti kembali."
Bellamie mendengkus tak percaya. "Bagaimana bisa?" Ia pun menarik salah satu kursi yang ada di depan Gala. Ikut menyantap sarapannya walau masih sesekali menatap Gala dengan sangsi. "Memangnya kau ini bisa menghilang dan muncul tiba-tiba di satu tempat?"
Gala tertawa mendengar ucapan sang ibu. "Bukan begitu, Bu. Signal keamanan yang kupasang di sini bisa memberi tahu dengan cepat kalau ada bahaya mengancam di sekitar Ibu."
"Kuharap kau hati-hati selama perjalanan kali ini, Gala."
Pemuda itu mengangguk cepat. "Pasti, Bu. Dan kuharap Ibu banyak beristirahat. Perjalanan ke pusat kota kemarin juga Ibu yang berkeliling di sekitaran White House membuat lelah, kan?"
Bellamie tersenyum kecil. "Baik lah. Akan Ibu turuti keinginanmu."
Dan tak lama, putranya benar-benar pergi. Mengenakan jaket tebal dan berjalan santai sekali membelah jalan bersalju yang cukup tebal. Saat itu langit pun cerah yang membuat Bellamie tak terlalu khawatir namun tidak sekarang. Di saat malam makin pekat, badai salju itu benar-benar membuatnya mengkhawatirkan Gala.
"Ke mana anak itu, ya?" gumam Bellamie dengan khawatir. Cangkir berisi teh chamomile hangat yang Seth bawakan kemarin, sebagai peneman malam badai kali ini. Ia tak mendengar suara petir yang menggelegar walau sesekali ia berjengit lantaran suara ranting patah terdengar memilukan. Ia takut badai. Sangat takut tapi lebih takut lagi di saat ia tau anaknya di luar sana sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...