DICE. 75

40 15 0
                                    

Semuanya menuju pos masing-masing di mana Gala yang akan menghadang dan berhadapan langsung dengan seorang Gideon namun, tak langsung memunculkan diri. Ia harus memisahkan Gideon dengan banyak pasukannya. Pasukan mereka cukup merepotkan ditambah pasukan yang diterjunkan pun bukan sembarang pasukan. Maka Gala memilih untuk menjadikan Gurun Evermoon sebagai area pertempuran besarnya.

Jauh dari pusat kota, jauh juga dari markas Kyler yang tersembunyi itu. Kacamata yang Gala kenakan menampilkan seluruh medan pertempuran di beberapa titik. Juga jumlah kekuatan musuh, pergerakan masing-masing penguasa yang sungguh Gala tak habis pikir kenapa mereka semua bisa bekerja sama? Ia pun tak menyangka kalau semuanya seperti tengah bermain padahal apa yang mereka hadapi ini bukan perkara biasa.

Mungkin juga mereka memang memiliki kepentingan tersendiri. Di luar dari hal itu, Gala harus memastikan kalau bantuan mereka tak akan sia-sia. Terutama perlindungan khusus pada mereka semua. Sedikit banyak, Gala sangat khawatir mengenai jalannya pertempuran kali ini. walau seluruh senjata canggihnya keluar dan membentengi diri, ia merasa akan terjadi sesuatu yang sangat besar di sini. Kalau itu kekalahan telak dari sang Gideon yang Agung, Gala tak peduli. Hanya saja, ia sendiri tak bisa memprediksi hal itu apalagi ...

"Satu kuadron dari arah barat daya masuk tanpa bisa dicegah, Tuan. Mereka dari pesisir pantai."

"Bukan kah ada pasukan Maverick di sana?"

Dice mengangguk sembari kembali menguasai kontrolnya. "Pasukan Tuan Maverick pun mulai kewalahan menyerang mereka semua."

"Prosentase?"

Gadis hologram itu menoleh tapi karena Gala terlihat fokus menatap hamparan gurun di mana Dice sendiri yakin, Gala bukan tengah menikmati kunjungannya di tengah gurun ini. Tapi mengamati dengan saksama bagaimana pertempuran di segala sisi itu berlangsung.

"Mereka akan masuk dalam medan utama kurang lebih dua puluh menit lagi."

"Pesawat Gideon?"

Dice tersenyum penuh arti. "Anda benar-benar jenius."

"Dice, aku belum ingin mendapatkan pujian." Gala sedikit melonggarkan kacamatanya. Mengusap pelan sudut matanya yang cukup terganggu karena pasir ini. "Kita hadang dulu pasukan dari arah Barat tadi. Ular ini bisa melakukan apa saja?"

"Ular ini sungguh ciptakan yang sangat berbahaya juga bisa sangat diandalkan."

"Baiklah, kita coba." Gala menarik talikekangnya dengan sedikit keras. Ular itu mendesis kuat. "Gunakan jalur bawah pasir. Usahakan cepat, Baby Snake."

"Kau ... namai ular ini apa?"

Gala tertawa seiring dengan lorong besar yang terbuka karena mulut ular itu mengeluarkan semacam gelombang cukup kuat di mana pasir yang mereka pijaki ini terbuka lebar. Seolah gelombang itu menciptakan jaur tersendiri bagi mereka yang akan melintas. Dan itu sangat menguntungkan bagi Gala karena tak ada yang bisa melacak kedatangannya. Ular ini pun bergerak cepat sekali di mana Gala mencengkeram tali kekang dengan kuatnya. Sementara Dice masuk ke dalam dadu dan memantau seluruh pergerakan dari dalam sana. Dadu itu melayang kuat di dekat Gala. Menyinari lorong yang gelap ini juga membuat Gala seperti mandi pasir.

"Bagaimann keadaan Papa Seth?"

"Ayah dan Jiro adalah duet maut, Tuan. Mereka kalau memegang senjata tak kenal ampun dan pastinya musuh kalah telak dibuatnya."

"Jadi di bagian Papa Seth, aku tak perlu khawatir?"

Dice terkekeh. "Tidak. Ayahku baik-baik saja."

"Kyler?"

"Metro Barat ini daerah kekuasaannya. Pasti beliau paling hapal mengenai seluruh meda tempur."

"Kau benar, Dice. tapi Kyler benar-benar memiliki Nanomite? Ya Tuhan. Aku tak membayangkan sebelumnya senjata itu ada."

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang