DICE. 69

61 15 10
                                    

Dice sudah masuk ke dalam dadu. Ia tak boleh melakukan apa-apa sebelum dirinya benar-benar pulih. Gala cukup penasaran apa yang terjadi padanya. Belum pernah iamelihat Dice seperti itu. Sorot matanya juga terlihat ketakutan dan Gala mencurigai satu hal. Ada hal besar yang disembunyikan oleh Dice atau ... sesuatu yang bersifat sangat rahasia.

Semua mengenai Dice sudah ia ketahui dan terlihat saat Cathleen atau Dice bicara, tak ada kebohongan di sana. Artinya untuk hari ini, pasti lah terjadi sesuatu yang di luar jangkauan Dice. Dan Gala rasa, Seth Rafael tau hal itu dengan jelas. Terlihat dari wajahnya yang gelisah. namun ada hal yang jauh lebih penting dari sekadar cerita Seth kali ini.

Pertempuran dua lawan satu di mana ternyata ular itu bukan sembarang ular. Ia tak bisa membiarkan Alex juga Maverick yang terlihat kelimpungan. Ular besar itu ternyata jauh lebih dari sekadar ular. Ia cukup banyak dipersenjatai di beberapa sisinya. Membuat Maverick juga Alex terlihat kesal sekali. Dan sepertinya perlindungan dadu pada mereka berdua berhasil dipatahkan dengan telak oleh ular itu.

"Aku harus keluar melumpuhkan monster itu. Tolong jaga ibuku, Papa Seth. Aku kembali mengirim satu drone untuk turun melanjutkan pekerjaan yang dirusak ular itu."

Seth tak bisa banyak bicara selain mengangguk.

Pintu berbentuk kubah kaca itu terbuka otomatis. Pendar jingga dadu itu makin kuat. Netra sehitam jelaga itu pun mengikuti cerah jingga dadu yang melayang di dekatnya. Kacamata yang Gala kenakan langsung memperlihatkan informasi yang sama namun kini, termasuk dengan senjata-senjata yang ada di tubuh ular itu.

Gala melempar pelan dadunya. Matanya memejam sembari berpikir apa yang akan ia lakukan. Walau melempar dadu sama artinya dengan memberi signal tersendiri pada Gideon namun ia tak bisa tinggal diam. Senjata biasa tak bisa untuk melumpuhkan ular ini. Geraknya gesit sekali. Sisiknya terkadang terbuka lalu senjata otomatis dengan kecepatan tinggi memuntahkan banyak peluru membuat Alex yang ada di sisi kanan terdesak cukup parah. Lengannya terluka mungkin terkena salah satu tembakan yang mengarah padanya.

Tak jauh berbeda dengan Alex, penguasa Metro Selatan pun begitu.

"Aku ingin MJ-42 sebanyak tiga buah di sisi Alex juga Maverick, untukku ... keluarkan pedang Horratio. Dua buah tongkat dengan daya ribuan volt. Tali kekang yang terkuat untuk mengiikat ular itu." Gala menatap ular itu lekat di mana kini, perhatian sang ular tertuju padanya. Dua lawan yang tadi ia hadapi sepertinya tak terlalu mengganggunya. Ular itu berdesis pelan. Menjulurkan lidahnya yang besar tepat di jarak terdekatnya dengan Gala.

"Menungguku, Tuan Kyler Lamont?" Netra jingga itu beradu dengan sorot mata cokelat terang milik sang ular. Entah kenapa Gala merasa ular itu menyeringai seolah tengah bicara dengannya.

"Kau benar. Aku menunggumu."

Ah ... benar dugaan Gala. Ular besar itu bisa bicara.

"Di mana Tuan berada?"

Tubuh ular itu menegak, menjulang tinggi, lalu kepalanya menunduk seolah siap menerkam Gala di mana pemuda itu mendongak agar terus bersitatap dengan sang ular. Dan ... dalam hitungan detik, mulut ular itu terbuka lebar. Tetes liurnya membasahi sekitar Gala. Pedar jingga yang melayang di dekat Gala makin terang. Pedang serta alat tempur lainnya sudah ada di tangan Gala. Pemuda itu menunggu apa yang akan terjadi namun ... ia hanya mendengar suara Alex juga Maverick dan rentetan senjata yang mengarah padanya.

Bukan. Pada tubuh ular yang menelannya bulat-bulat. Ular itu bergerak sangat cepat turun ke dasar jurang. Membawa tubuhnya tenggelam dalam perut sang ular yang basah dan menjijikkan.

"GALA!!!" teriak Seth dari dalam kapal. Ia melotot tak percaya atas apa yang baru saja terjadi. Gala ... ditelan? Ya Tuhan! Belum lagi Alex juga Maverick yang masih mencoba menahan ular itu namun sia-sia.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang