"Kau yakin aku mengenakan ini?" tanya Gala dengan raut wajah bimbang. Setelan kemeja hitam dengan celana hitam serta sepatunya yang usang tergantikan dengan sebuah sepatu yang lebih terlihat mahal juga membuat penampilan Gala 180 derajat berbeda. Padahal ia hanya membeli jenis pakaian bukan dalam toko yang tersedia hampir di seluruh tepian kota yang ia lewati. Gala meminta Dice untuk menunjukkan toko di mana menurutnya masih terjangkau dalam segi harga.
"Yakin, Tuan." Dice melebarkan senyum walau kaku. Tapi ia benar-benar menunjukkan ketulusannya.
"Tidak berlebihan?"
Dice menggeleng cepat lalu mengulurkan satu benda yang ia rasa sesuai untuk tuannya. Sebuah kacamata berframe kotak dengan bingkai yang tak terlalu tebal. Gala mengernyit tak suka.
"Kenapa harus menggunakan ini?"
"Ini bukan kacamata biasa, Tuan. Di sini Anda bisa membaca informasti dengan jelas pada tiap-tiap orang yang Anda temui termasuk ..."
"Apa?" Gala tak sabar jadinya. Ia membolak balik kacamata itu dengan wajah penasaran. Tak ada yang spesial dalam penglihatannya mengenai kacamata ini. "Apa Xavier juga mengenakan ini?"
"Tidak, Tuan. Tuan Xavier sudah terbiasa membaca langsung lawannya."
"WOW!" Gala terperangah. "Hebat sekali kedengarannya."
"Tuan Xavier memang hebat."
Gala berdecih pelan, lalu mengenakan kacamata itu dengan segera.
Selamat datang pada system keamanan DICE. Silakan masukkan kode pengaman jika Anda ingin menggunakan dalam batas maksimal.
"Kode keamanan?"
"Iya, Tuan. Kacamata ini dilengkapi teknologi canggih. Anda tinggal memasukkan sandi GALAKSI HAIDAR maka semua yang Anda ingin lihat, bisa terungkap."
Gala melepaskan kacamata itu dengan segera. "Namaku?"
"Semua yang ada di dalam dadu adalah milik Anda. Semua kode akses dalam mode default atau kembali ke system pengamanan semula. Di mana nama pemilik sah sebagai kode sandinya."
"Merepotkan," keluh Gala. "Aku tak ingin menggunakannya." Dikembalikan benda itu pada Dice. "Ayo. Waktu berjalan cepat, nantinya aku bisa terlalu larut tiba di rumah." Gala segera membuka pintu toilet tempatnya berganti pakaian. Pakaian yang sebelumnya ia kenakan, ia jejal pada tas punggung yang kini tersampir di pundaknya. Suasana bilik kamar mandi itu tak ada pengunjung membuatnya leluasa bicara walau tetap hati-hati jangan sampai terlalu kencang.
"Anda harus menggunakannya. Keluar dari ruangan ini, aku tak bisa berjalan bebas."
Langkah Gala terhenti. "Kenapa?"
"Ini wilayah dengan system keamanan Maverick Osmond yang tertinggi. System mereka bisa mendeteksi keberadaan dadu. Anda bisa memahami, kalau dadu ini menjadi bahan perebutan selain Tuan Xavier."
"Maksudnya?"
Dice menatap Gala tanpa ragu. "Dadu ini," Ia sentuh bandul dadu yang masih tergantung di balik kemeja hitam Gala. "Benda yang sangat berharga dan kuno. Memiliki autentifikasi tersendiri dari Penguasa Langit yang diserahkan pada Horratio. Anda pasti mengingat kiprah Tuan Xavier yang aku kisahkan, 'kan? Beliau diburu dua pihak. Penguasa Metro juga Penguasa Langit. Berikut dadu yang ada di leher Anda."
Gala terperangah. "Ini ... gila!"
"Kegilaan dadu belum dimulai, Tuan. Anda bersiap lah."
"Aku menolak menjadi seorang Horratio atau apa lah yang kau katakan, Dice. Aku tak menginginkan ini semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...