DICE. 12

57 13 1
                                    


Semalaman Luke tak terpejam lelap. Ia gelisah. apalagi saat ia sudah tiba di restoran. Ketakutannya makin jadi ketika Gala masuk dari pintu belakang. Tatapan mereka bertemu sesaat, Luke langsung buang muka dan menghindar sejauh mungkin. Pikirannya penuh pada sosok Gala yang berubah menyeramkan semalam. Apalagi caranya menatap. Seperti pemburu yang bersiap sekali menerabas mangsanya. Senjatanya juga sangat siap untuk menghabisi Luke saat itu juga.

Benar yang ia duga kalau gala menyembunyikan sesuatu.

Sepanjang mengenai pemuda ceroboh itu, Luke selalu merasa menang atasnya. Gala tak pernah membantah jika diomeli Mr. Kim padahal belum tentu kesalahannya. Selalu saja mengalah apa pun yang dilakukan rekan kerjanya untuk menjahili Gala. Pecundang. Begitu kata yang pantas untuk Luke panggil pada Gala. Tapi semalam, Luke sepertinya harus memiliki keberanian baru untuk membuntuti Gala.

Apa yang ia lakukan.

Benar kah seperti yang Hanry katakana kalau dirinya bekerja ekstra di luaran sana.

Atau mungkin kah Gala terlibat perdagangan senjata karena Luke tak pernah lupa bagaimana orang yang sering kali ceroboh dan juga kikuk itu memegang pistol. Tak ada keraguan sama sekali dari sorot matanya. Apalagi Gala menembak udara yang membuat Luke berpikir, Gala tak dalam kondisi main-main.

Kalung itu. Benar. Kalung itu yang ia rampas seenaknya dari leher Gala dan dari sana lah semua bermula.

"Luke?" panggil Beno cepat. "Kau mendengarku? Di mana topping pudingnya?"

Beno, sesame bagian yang mengurus dessert di mana mango pudding dengan topping aneka buah sebagai sajian penutup andalan pada restoran Mr. Kim ini. Beno bekerja lebih lama dari Luke. Dua tahun lebih lama Beno bekerja di sana, disusul Hanry lalu Timmy, dan Luke. Kemudian Gala yang terakhir menjadi bagian di mencuci piring juga kebersihan untuk semua area dapur. Timmy bisa dibilang asisten Hanry di dapur.

Dalam hidupnya bekerja di sini, Luke tak pernah terpecah atau teralihkan fokusnya. Sekali dua kali ia dengarkan arahan, sisanya ia bisa diandalkan. Dibanding Gala? Bagai langit dan bumi. Akan tetapi kali ini, piring dessert yang tengah ia tata untuk menyiapkan sajian penutup, meluncur begitu saja dari genggamannya.

Bunyi piring yang hancur menjadi beberapa bagian segera saja membuat semua kegiatan di dapur terhenti. Semua tatapan yang ada di sana mengarah pada Luke yang terperangah karena piring yang jatuh tadi.

"Luke?" tanya Beno pelan. "Kau ... baik-baik saja?"

"Apa yang terjadi?" Mr. Kim membuka pintu ruangan dengan tergesa. Saat matanya menatap piring yang ada di lantai, beserta Luke yang tampak terdiam tapi matanya tak dialihkan kecuali menatap pecahan piring yang ada di sana, membuat pria bertubuh tambun itu sedikit kesal. "Kenapa kamu diam saja, Luke? Cepat bereskan! Kau juga, Gala. Kenapa malah diam saja?"

"Ti-tidak, Mr. Kim. Ini kesalahanku. Aku yang akan membersihkan. Jangan Gala," kata Luke cepat. dirinya bergegas mengambil peralatan untuk membersikan kekacauan yang ia perbuat.

"Cepat! sajikan pesanan yang sudah masuk!"

Beno segera saja mengambil alih tugas Luke walau ia sendiri kebingungan karena baru kali ini Luke bersikap cerorob. Ditambah ia terlalu banyak melamun. Apa yang sedang ia pikirkan?

Sementara Gala tetap bersiap membantu Luke. Ia masih ingat, wajah ketakutan Luke semalam. Hampir sama persis seperti saat ini.

"Biar aku yang membersihkan, Luke. Kau kerjakan saja bagianmu," kata Gala yang sudah setengah berjongkok untuk membantu Luke memunguti pecahan piring tadi. Luke segera mendongak dan geraknya begitu cepat. Mundur hingga membuatnya menabrak rak besar di depannya. Di mana Beno berdiri tak jauh darinya. Karena gerak Luke yang terburu-buru ini, justeru menimbulkan efek tersendiri. Beno hampir jatuh berikut sajian yang akan ia keluarkan untuk para pelanggān di depan.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang