DICE. 20

36 13 1
                                    


Maverick menyingkirkan kuat komputer yang menampilkan akses terbaru mengenai keberadaan dadu tadi. Saat orang-orang suruhannya bergerombol menyergap tempat di mana titik si dadu berada, yang ia dapatkan hanya salah satu staff yang tengah mengamati layar kamera pengawasan sebagai tugas rutin. Maverick harusnya sadar betapa dadu itu demikian canggih juga licik. Entah program apa yang sudah Xavier tancap pada dadu itu tapi Maverick ingin sekali memilikinya.

Tak sampai lima menit benda itu merentas system keamanan Metro Utara tapi Maverick langsung murka karena keberadaan dadu itu tak jua berada di dalam jangkauannya. Semua kamera pengawas yang memperlihatkan semua penjuru kota tak mengidentifikasi keberadaan Xavier beserta dadunya. Jadi ... siapa yang menjalankan perintah untuk sang dadu?

Orang kepercayaan Maverick sudah mengonfirmasi keberadaan petinggi Metro yang lain. Semuanya ada pada jangkauan wilayahnya. Yang artinya, mereka pun masih sama seperti dirinya. Diam, mengatur strategi, dan mengawasi keberadaan dadu itu muncul.

"Tuan," panggil salah satu penjaga yang tampak meringis melihat layar datar besar itu sudah hancur menghantam lantai marmer tempatnya berpijak.

"Bereskan dan cari sampai dapat Xavier."

Penjaga itu mengangguk cepat, meminta beberapa orang untuk segera membereskan dan mengganti layar kerja tuannya. Maverick hanya melirik sekilas lalu pergi meninggalkan ruangan besarnya. Ia butuh istirahat total sepertinya. Dalam system yang sempat disusupi tadi, yang dicari dadu itu justeru rekaman belasan tahun lalu. Entah apa maksudnya. Maverick sendiri meneliti rekaman tersebut dan tak menemui kejanggalan tersendiri di sana.

Apa yang sebenarnya dia cari? Tanya Maverick dalam hati. Ia berjalan cepat diiringi dengan beberapa pasukan khusus. Tak memedulikan sekitarnya yang terlihat membungkuk karena keberadaannya. Pikirannya penuh dengan dadu itu. Sial sekali.

Di depan lobby, langit Metro Selatan yang menjadi kekuasaannya, makin pekat. Mobil besar berwarna hitam pekat sudah terparkir dan siap ditumpangi. Berkendara cepat menuju tujuan yang ia minta. Mungkin besok ia harus mencari tau lebih jauh apa yang dadu itu cari. Dan siapa yang menggunakannya sebebas itu? Xavier. Maverick yakin itu walau setengahnya meragu. Berita mengenai hilangnya Xavier ramai diperbincangkan sampai detik ini oleh semua petinggi Metro saat mereka semua berkumpul.

Sisi baiknya, semua yang berjalan di bawah kekuasaan masing-masing wilayah tak pernah merasa ketakutan lagi akan datangnya Xavier yang tiba-tiba. Hingga detik ini.

Akan tetapi sepertinya masa kebebasan mereka sudah di ambang batas. Dadu itu bergerak. Pertanda Xavier juga bergerak. Duduk di kursi belakang mobil yang kini melaju cepat, Maverick memejamkan mata demikian kuat. Ia harus mengambil tindakan. Kalau tidak, bisnis gelapnya dalam ancaman.

***

"Kau yakin tempat ini aman, Dice?" tanya Gala sembari melepas jaketnya perlahan. Matanya mengedar cepat pada ruangan yang ratusan kali lebih bagus dari miliknya di Lot 1. Ini ... tergolong mewah. Harga sewanya sekitar 10 keping gold di mana untuk pertama kalinya Gala gunakan Person Code untuk membayar semua tagihan di sini.

"Aman, Tuan. Selama kita tak mengakses apa pun di Metro Selatan."

"Maksudnya?" Gala duduk di tepian ranjang. Mencoba betapa empuk serta halus permukaan sprey putih yang menyelimutinya. Ada tungku perapian di sudut di mana menjaga ruangan ini tetap nyaman. Tak terlalu dingin juga tak terlalu panas.

"Saat aku mengakses kamera pengawas tadi, Tuan, aku yakin Maverick Osmond tau kalau dadu ini bergerak dan berada di sekitar pusat Metro."

Gala langsung berdiri. "Kau gila, Dice?! Kenapa tidak kau katakan sejak awal? Kalau begini kita bisa dikejar orang-orang, kan?" Gala lalu teringat pria bertubuh gelap yang menghajar ibunya itu. Entah kenapa dirinya jadi bergidik ngeri sendiri.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang