Tubuh Bellamie merosot lunglai. Air matanya tumpah begitu saja. Alexander tak menjawab apa-apa selain menyisakan tanda tanya tapi kuat sekali fellingnya mengatakan kalau anaknya, Galaksi Haidar memang mencarinya. Tapi di mana? Kapan? Dan bagaimana bisa? Sulit menuju Metro Utara kalau tak memiliki kepentingan. Walau seluruh Metro bisa dikunjungi tapi tetap saja, Gala itu harus memiliki banyak uang untuk memulai perjalananya.
Tak mudah apalagi Bellamie tau keadaan mereka berdua kala itu. Sementara ia tak meninggalkan apa-apa selain ... rasa sedih dan kesepian yang Gala pasti dapatkan selama ini.
Bellamie merasa sangat bersalah dan makin merasakan hal itu. Ia memikirkan seluruh hidupnya yang sia-sia ini. Tak bisa ke mana-mana selain menjalani hidup dengan penuh kegamangan di Metro Utara. Di mana setiap harinya ia memikirkan sosok anaknya. Sampai saat memiliki kemampuan untuk kabur pun, ia tak bisa. Semuanya berputar-putar terus di kepala termasuk tujuannya meninggalkan Gala yang mana pada akhirnya juga tak tercapai.
Rasanya sudah habis harap dan keinginannya bertemu dengan sang putra tapi tadi ... tadi tuannya mengatakan mengenai anaknya? Benar. Ia harus mengejar tuannya. Ia tak boleh menyerah untuk tau mengenai sang putra. Jangan sampai anaknya itu mendapatkan perlakuan seperti dirinya saat pertama kali di Metro Utara. Lalu terjebak dalam hidup tanpa kepastian di sana. Tidak boleh. Cukup dirinya saja.
Ia hapus segera air mata yang mengalir. Cepat ia sambar coat besar yang menenggelamkan diri serta gaun tipis yang membalut tubuhnya. Ia tak mau mengambil risiko kalau di bawah sana ada yang melihat dirinya setengah telanjang ini. Cepat ia keluar dari kamar dan mencari Alexander. Jangan sampai ia kehilangan informasi mengenai anaknya itu. Kalau boleh, ia memohon pada Alex untuk menemuinya sesaat.
Sebentar saja.
Setelahnya, Gala dibebaskan. Kalau pun Bellamie harus menjalani hidup tersiksa tanpa boleh lagi melihat mentari di luar sana, ia rela. Asal Alex jangan sampai menyentuh dan membuat Gala menderita.
"Tuan?" panggil Bellamie di ujung tangga, matanya mengedar buru-buru. Tak ada keberadaan tuannya. Di sekitarnya tampak berantakan yang mana tengah dirapikan kembali oleh para pekerja.
"Maria," panggil Bellamie cepat. "Di mana Tuan Alex?"
"Maaf, Nona. Aku tak tau." Maria menggeleng cepat. Tapi gadis itu tampak ketakutan. Tak berani ia tatap Bellamie terlalu lama. Tuannya sudah lama tak pulang dalam keadaan marah seperti ini. Tapi malam ini kelam sekali auranya. Mencekam juga Maria juga kebingungan di mana penjagaan di perketat. Banyak sekali pasukan yang mondar mandir ke seluruh mansion. Belum lagi banyak mobil yang tiba-tiba membentuk barikade khusus di depan gerbang utama.
Entah karena apa ia tak berani bertanya.
Lalu ...
DUAR!!!!
Baik Bellamie maupun semua orang yang ada di ruang tengah, terkejut juga mendadak ketakutan. Mata Bellamie terbeliak kaget juga tampak ngeri mendengar suara tadi. Ia sempat mendengar suara seperti sirine yang samar ia dengar tapi cukup membuat bulu kuduknya berdiri. Itu dua jam sebelum Alex pulang. Lalu ada kejadian seperti ini.
Sebenarnya apa yang tengah terjadi.
Maria langsung menarik Bellamie menjauh. "Ayo, Nona. Kita berlindung."
"Dari apa, Maria? Ada apa ini sebenarnya?"
Belum juga ia mendapat jawaban, dua pria yang dulu menyeretnya yang mana tak pernah Bellamie lupa wajahnya mendekat. Segera menarik Bellamie dengan cepatnya. Wanita itu memberontak tak terima juga berusaha melepaskan diri.
"Nona, kami harap Anda bekerja sama. Ini demi keselamatan Anda.'
Bellamie tak habis pikir dengan ucapan mereka. "Dari apa, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...