PART. 6

26 11 2
                                    


Gala masih setia duduk di samping Cathleen yang belum jua membuka matanya. Seluruh monitor yang mengawasi daya hidupnya masih terlihat melemah. Bunyi beep yang konstan dari mesin itu sudah menjadi suara tersendiri yang menemani Gala sepanjang semingguan ini. Hanya sesekali ia beranjak menjauh dari Cathleen di mana mereka berempat bergantian menjaganya.

Kondisi gadis itu perlahan mulai membaik. Tubuhnya sudah tak terlalu pucat dan tak lagi terlihat tulang berbalut kulit lagi. Walau belum bisa dipastikan akan selama apa ia akan membuka matanya, setidaknya ada harapan yang lebih baik, kan? Hanya itu saja yang bisa mereka afirmasikan bersama untuk terus memupuk harap agar sang gadis mau membuka matanya. Kembali bersama mereka.

"Sudah kau habiskan makan siangmu, Nak?"

Gala menoleh pada sosok yang baru saja masuk ke dalam ruang yang menjadi tempat Cathleen dirawat. Ruang yang sama besarnya seperti saat ayahnya terbaring sebelum akhirnya kembali sadar. Sosok itu tersenyum hangat dengan binar yang kentara sekali gembira. Di tangannya terdapat satu mangkuk berisi penuh potongan buah. Mata sang wanita cepat mengedar dan tertumpu pada satu troli berisi makanan yang sengaja ia buat di sini. Ia cukup beruntung fasilitas di tempat ini sangat lengkap. Dan satu hal yang paling membuatnya sangat bersyukur. Ia bebas menggunakannya terutama area dapur. Walau ada koki yang bertugas untuk memasak juga mengurus beberapa hal, tapi wanita itu tak mau merepotkan lebih banyak orang.

Untuk urusan Gala juga Xavier, dirinya turun tangan menyiapkan. Kesempatan ini tak boleh ia sia-sia setelah sekian lama menunggu dan berharap.

"Apa masakan Ibu tak enak lagi?" tanya Bellamie dengan sorot mata sendu. Ia mengusap bahu Gala pelan juga menarik salah satu kursi dan duduk di samping putranya. Sementara ada rasa bersalah yang mendadak hadir di hati Gala karena ucapan ibunya barusan.

"Bukan begitu, Bu." Diambila penuh lembut tangan itu. Digenggamnya erat dengan pandangan tertunduk bersalah. "Ibu membuat sarapan yang lezat dan kulahap habis. Dan sekarang? Perutku masih cukup kenyang."

Bellamie tau itu hanya alasan yang bisa diberikan anaknya mengingat sejak sarapan selesai disantap bersama, putranya kembali melakukan rutinitas yang sama; duduk di dekat gadis cantik yang masih terpejam. Menggenggam tangannya. Kadang sesekali ia menunjuk pada layar di mana seperti sebuah rekaman entah dibuat di mana, Bellamie tak terlalu jelas melihat karena ia hanya bisa mengintip dari celah pintu yang terbuka. Sementara sang putra berceloteh ini dan itu seperti tengah membagi pengalamannya.

Wanita berambut pirang itu akhirnya tau siapa gadis ini. Acasha Cathleen Eleanor Evanthe Rafael. Putri tunggal Seth Rafael, yang menemani Xavier berkelana selama ratusan tahun dalam bentuk yang cukup membuat Bellamie tak habis pikir bagaimana bisa melampaui hal-hal yang tak ia mengerti dan pahami. Ratusan tahun yang lalu di mana peradaban manusia belum secanggih ini tapi Xavier juga Kyler sudah melakukan hal segila itu?

Ingin tak percaya tapi nyata terjadi dan Bellamie tak bisa pungkiri hal itu.

Saat membagi banyak cerita, Bellamie bisa melihat binar bangga di mata suaminya. Di mana hal itu membuat Seth seperti menemukan oase tersendiri karena biar bagaimana pun, Seth sama sedih dan terpuruknya seperti Gala. Hal ini juga yang Bellamie yakini kalau gadis ini pasti lah gadis yang manis juga memikat selain karena wajahnya yang cantik, tapi juga memiliki banyak hal yang membuat putranya tak mau beranjak ke mana-mana dari sisi Cathleen.

"Baik lah. Ibu tak akan memaksa. Yang terpenting, kau harus makan. Ibu sengaja membuatkan ayam panggang kesukaanmu. Makan lah selagi hangat."

Gala mengangguk cepat. Tangan ibunya kembali ia genggam sangat erat di mana ibunya pun membalas tak kalah erat.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang