"Tuan?"
Decak kesal Gala terdengar. "Apa lagi?"
"Biar saya bantu. Agar segera selesai, Tuan."
Gala biasanya tak terpancing marah juga kesal tapi sejak tadi, saat ia merapikan area dapur yang mirip kapal pecah—hampir sama seperti dapurnya tapi saat ini pemandangan di sana tak lagi membuat sakit mata. Entah apa yang Dice lakukan tapi dapur serta area meja makan tampat lebih rapi dan hidup. Kadang Gala bingung mengatur waktu untuk merapikan flat yang luasnya tak seberapa ini. Dia sudah seperti karyawan yang sangat sibuk dengan banyak tugas padahal tugasnya menggeret sampah dan mencuci segunung panci juga piring.
"Masuk," perintah Gala. Kali ini ia tak menolerir semua ucapan Dice di dekatnya. Ia sangat beruntung Mr. Richard sedang mengunjungi anaknya. Ia bebas mengeluarkan Dice dari kotak yang kini selalu terkalung di lehernya.
"Tapi, Tuan." Dice sekali lagi bicara. Matanya menatap Gala dengan sedikit permohonan. Sejak tadi ia perhatikan, tuannya tak mengeluh sama sekali dengan pekerjaan yang ada di depannya. Di restoran juga sama. Dalam penglihatannya, Gala sudah tak terlalu banyak memiliki tenaga tapi ia tetap mengerjakan apa yang diperintah untuknya.
"Masuk." Gala berdiri tepat di depan Dice yang masih menatap Gala. Wajahnya hanya bergerak sedikit, tatapannya juga dingin, lalu Dice mengangguk kaku.
"Baik."
Hari ini, cahaya yang ada di sekitar Dice berwarna biru. Tadi pagi dia bilang, warnanya tergantung dengan suasana hati. Gala cukup penasaran suasana hati apa yang sebenarnya dimiliki Dice. Biru itu melambangkan ketenangan, kan? Dice bukan sekadar tenang, tapi dingin juga kaku. Tanpa ekspresi.
Mungkin kalau wujudnya benar-benar ada seperti dirinya, Gala yakin tak banyak orang yang mau ada di dekat Dice. Malah melabelinya sebagai gadis hantu. Belum lagi pakaian yang Dice kenakan. Entah kenapa di mata Gala mirip gaun tidur. Sebatas lutut juga berlengan sesiku. Tak ada hiasan apa-apa di baju yang Dice kenakan itu. Jangan lupa rambutnya yang panjang walau tak pernah dilihat berantakan yang mana semakin membuat Dice patut dibilang gadis hantu.
Setelah ia membiasakan diri karena cahaya biru itu tak lagi memenuhi ruang dapur Mr. Richard, Gala kembali bekerja. Sebelum terlalu larut dan ia memang butuh sekali merebahkan diri. Besok waktu liburnya. Mungkin seharian bergumul di kasur adalah pilihan yang tepat. Ia percepat kerjanya. Mr. Richard bilang, saluran pembuangan di dekat area mencuci piringnya tersumbat. Jelas saja, semua isinya sampah dan kotoran.
Gala sudah sangat terbiasa dengan bau-bau busuk dari sampah juga serangga yang berkeliaran di sana. Belum lagi tiba-tiba ujung kakinya dilewati tikus entah dari mana. Masalah tikus memang menjadi pekerjaan tersendiri karena sangat mengganggu. Di flat Gala pun seperti itu. Entah sudah berapa banyak barang yang rusak karena serangan tikus. Kalau mau membeli lagi, Gala harus berpikir ribuan kali.
Dirasa cukup dan sudah bisa digunakan seperti sedia kala, Gala mulai membersihkan kekacauan yang diperbuat. Setidaknya dapur Mr. Richard lebih baik ketimbang saat pertama kali Gala masuk ke dalam. Ia sering berkunjung ke sini, kalau tak anaknya yang menyebalkan. Gala mengenal Mr. Richard sejak usia delapan tahun di mana ia dan ibunya pindah ke wilayah Lot 1 ini. Lot di mana kebanyakan berdiri flat tua dan tak terlalu mentereng seperti di tengah kota Metro Selatan. Cukup jauh juga jarak Lot 1 dengan pusat kota.
Gala belum pernah ke sana. Bermimpi untuk mengunjunginya saja Gala tak sanggup. Rasanya seperti kilau cahaya yang jauh sekali untuk ia jangkau. Ia hanya berharap bisa segera mlunasi hutang ibunya, mungkin setelahnya ia mencari pekerjaan baru yang lebih layak tapi apa? Entah lah Gala belum coba untuk berpikir.
Ditulisnya pesan besar untuk Mr. Richard kalau semua yang ia keluhkan sudah Gala rapikan. Sebagai rasa terima kasih karena upah yang Gala terima kali ini cukup besar ditambah satu kantung buah walau tak terlalu segar tapi cukup untuk persediaan di kulkas, yang Gala lakukan adalah menyapu ruangan yang sama dengan flatnya. Tak terlalu besar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...