DICE. 6

51 14 0
                                    


"Kau sakit, Gala?" tanya Mr. Richard begitu melihat Gala menaiki tangga. Kemarin malam ia memergoki Gala yang berlari dan berwajah pucat. Bahkan ia menaruh sepedanya dengan kasar seperti orang gila. Belum lagi suara bantingan pintu flat Gala yang cukup memekak. Tadinya ia ingin meminta tolong tapi melihat keadaan Gala yang seperti itu, membuatnya urung.

"Tidak, Mr. Richard." Gala agak terkejut saat menoleh, pria tua itu menyapanya.

"Syukur lah. Apa harimu berat?"

Bagi Gala pertanyaan itu mengandung banyak perhatian. Di flat ini, hanya Mr. Richard yang sering menanyakan hal sepele seperti ini padanya. Sementara penghuni lain sepertinya justru berharap ia keluar saja. Gala kembali menuruni tangga, menahan diri untuk tak segera sampai di flatnya. Padahal tubuhnya hampir remuk karena pekerjaan di rumah Mr. Jian sangat bertumpuk.

"Tidak, Mr. Richard." Gala berusaha menampilkan senyum kecilnya. Padahal ia tak tau, wajahnya sudah mengerikan kalau dipandangi lewat cermin. Rambutnya berantakan, kemejanya lusuh sekali, belum lagi lembab karena keringat. Jangan tanya aroma tubuh Gala yang bercampur dengan bau busuk sampah sepertinya. "Ini sudah malam. Mr. Richard harus istirahat yang cukup."

"Harusnya itu kau ucapkan untuk dirimu sendiri, Gala," kata Mr. Richard dengan dengkusan. Tangannya menepuk bahu gala cukup kuat menimbulkan ringisan di wajah pemuda malang itu. "Sudah sana. Kau istirahat. Jangan lupa, liburmu untuk membantuku nantinya."

"Baik, Mr. Richard. Selamat malam."

Mr. Richard membiarkan Gala menaiki lagi tangga menuju flatnya. Menatap lurus punggung pemuda yang jauh lebih tinggi darinya. Mr. Richard mengenal Gala sejak ia pindah ke flat ini bersama ibunya. Mereka berdua orang baik, hingga tiba-tiba, Bellamie meninggalkan Gala begitu saja. Mr. Richard hanya dititipi pesan untuk mengawasi anaknya. Permohonan seorang ibu yang terlihat putus asa di saat malam badai itu.

Ia masih jelas mengingatnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Mr. Richard bertanya penuh selidik pada Bellamie yang terisak di sofa ruang tamunya.

"Aku ... Xavier. Tapi ..."

"Ucapanmu mirip lebah, Bellamie. Yang jelas!"

"Aku harus mencari Xavier, Mr. Richard. Tapi ... tapi Gala tak bisa kubawa. Aku ..."

"Xavier?"

"Suamiku."

Ah, ayahnya Gala rupanya. Di awal kedatangannya, Mr. Richard piker Gala adalah anak tanpa ayah yang dibesarkan ibunya seorang diri. Tak perlu sosok lelaki dalam hidupnya karena selama tinggal di sana sepertinya Bellamie juga bocah kecil bernama Gala itu damai-damai saja.

"Saya mohon," pelas Bellamie. Matanya sudah meneteskan air mata sejak tadi. "Bantuanmu sangat berarti untukku, Mr. Richard."

Saat itu, Mr. Richard hanya menghela napas panjang. Kepergiaan Bellamie ia saksikan dari jendela flatnya. Seolah badai malam itu sama sekali tak bisa menghentikan keputusan wanita berambut pirang itu. Mengingat malam itu, Mr. Richard kembali merasa kasihan pada Gala. Sebesar apa pun tubuhnya sekarang, tetap saja anak itu seperti anak yang dibuang orang tuanya. Di mana sampai sekarang, tak pernah ada satu pun yang datang menjenguknya.

Sementara di kamarnya, Gala bergegas ke kamar mandi. Tubuhnya lengket sekali. Mandi dengan menggunakan sabun beraroma mint mungkin bisa membuat tidurnya lelap. Malam ini ia harus tertidur pulas. Besok akan menjadi hari yang panjang karena Mr. Kim bilang, besok ada pesta diskon di mana pastinya pengunjung makin banyak. Bayang piring kotor juga panci-panci berlemak yang berserak di sana sini ada di dalam pelupuk matanya.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang