DICE. 58

30 16 7
                                    


"Anda sungguh tak berperasaan, Tuan," cibir Cathleen setelah Gala melakukan panggilan video dengan ibunya. Pesan untuk ayahnya pun sudah disetel terkirim 5 menit kemudian. Cathleen masih menyiapkan banyak hal termasuk memperluas jangkauan perimeter mempersiapkan serangan balasan selama tuannya masih di dalam danau ini.

"Apa?" Gala memicing sejenak. "Itu kejujuran, Cathleen. DIpikir aku tak tau mereka melakukan apa semalam? Harusnya aku taruh vas banyak di sekitar meja makan. Agar kepala Alexander waras dan menyingkir dari ibuku."

Cathleen terkekeh. "Sepertinya sulit, Tuan. Kau bisa lihat bagaimana sorot mata penguasa Metro Utara itu ternyata Nyonya Bellamie."

Gala berdecak. "Aku sudah siap menyelam. Ingat kata-kataku, kan?"

Cathleen mengangguk cepat.

"Sebelum aku turun dan kau kembali pada mode DICE, boleh kah aku menciummu lagi?"

Gadis itu sudah tak tau wajahnya semerah apa. Malu sekali. Bagaimana bisa dalam keadaan seperti ini Gala malah berkata dengan konyolnya? Tapi sepertinya Gala memang tak pernah bermain-main dengan kata-katanya itu. Ia menarik Cathleen yang tengah mengutak atik system dadu.

Embus dingin yang mereka rasakan tak lagi membuat dirasa. Bibir itu kembali saling bersentuhan, melumat perlahan, mengisap tiap sudut permukaan bibir masing-masing. Sebenarnya Gala masih ingin berlama-lama bermain di atas bibir Cathleen seperti malam sebelumnya tapi ia tau, kondisinya tak memungkinkan untuk terus seperti ini. Ia melepas pagutan itu dengan sedikit tak rela. Sorot mata gadis itu pun sama.

Diliriknya pelan bagaimana bibir itu sedikit membengkak karena ulahnya. Membuat Gala terkekeh pelan. Diusapnya lembut jejak basah yang ia tinggalkan di sana. "Tunggu aku kembali."

"Aku selalu menunggumu kembali."

"Setelah semuanya kembali damai dan tak ada lagi pertempuran, aku benar-benar ingin berkeliling Metro bersamamu, Cathleen."

"Dengan Cathleen atau Dice?"

Gala berdecak pelan. diacaknya rambut Cathleen yang sudah agak berantakan karena angin ini. "Kalian itu sama, kan? Hanya berbeda wujud. Oh, Dice lebih kaku dan dingin juga menyebalkan sementara Cathleen lebih dari menyebalkan sebenarnya."

"Bisa kah Tuan serius sedikit?"

"Aku serius, Cathleen." Gala tertawa. "Aku turun sekarang. Lima menit aku tak naik ke permukaan kau tahan semua serangan. Sekiranya sudah tak sanggup dan membahayakan, kau masuk kembali ke dadu. Tunjukkan arah keluar melewati teluk."

Sekali lagi Cathleen mengangguk patuh.

"Kembali lah pada mode DICE."

Perlahan, sosok gadis cantik bermata biru itu memudar berganti dengan gadis hologram yang biasa menemani Gala. Tersenyum kecil lalu kembali sibuk mempersiapkan serangan yang akan datang dari berbagai penjuru. "Persiapan sudah hampit 70%, Tuan."

Gala tersenyum kecil, mengangguk, lalu ... BYUR!!!

Dia turun ke dalam danau yang sangat dingin ini. dadu yang terkalung di lehernya makin kuat menyala. "Aktifkan mode penyelam. Tingkatkan kadar oksigen, pergunakan pendorong ultra cepat di kaki, dan pandu untuk menuju dasar jurang ini."

Apa yang Gala minta tak sampai dua detik pun terjadi. Terang sekali di dalam air ini. Semakin ia meluncur ke dalam dengan kecepatan cukup tinggi. Seperti torpedo yang siap sekali meledakkan dirinya ke sasaran yang sudah terkunci. Lalu ... BLAM. Meledak kuat dan menimbulkan guncangan cukup dahsyat di permukaan. Tapi bukan itu tujuan Gala. Matanya terus mengedar mencari titik di mana keberadaan ayahnya tadi.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang