Gala kembali menatap gedung yang baru ia masuki itu pun hanya bagian lobby. Udara yang berembus mulai membuat Gala merapatkan jaket yang ia kenakan. Tas ranselnya semakin ia dekap. Kepalanya mulai mengingat bulan apa sekarang? Apa memang udara sedingin ini di bulan Oktober? Mengapa Gala tak terlalu merasakan di Lot 1?
Di luar gedung yang jaraknya sudah cukup jauh, Gala kembali menoleh dan memperhatikan gedung itu dengan saksama. Menguatkan hati pada keputusan yang baru saja ia ambil. Ia sendiri tak memahami kenapa cepat sekali otaknya berpikir dan memutuskan; menyelamatkan ibunya. Meninggalkan kehidupan monotonnya di Lot 1. Segera ia kirimkan pesan pada Mr. Kim kalau dirinya punya urusan untuk seminggu ke depan.
Dalam benak Gala, ia tak yakin bisa kembali secepat itu mengingat sepertinya ia akan menghadapi bahaya. Tapi ... ini ibunya. Ia tak bisa membiarkan berlarut. Apalagi selama beberapa waktu belakangan, kilas-kilas mimpi atau kenyatan atau malah masa depan di mana ibunya sering kali terlihat di sana saat Gala terpejam, membuatnya membulatkan tekad.
"Anda yakin, Tuan?" tanya Dice sekali lagi.
Gala mengangguk pelan, keraguan jelas sekali ada di benaknya.
"Kalau begitu, aku carikan tempat untuk Anda beristrahat."
Pemuda itu biarkan Dice menuntutnya melalui kacamata yang kini ia kenakan. Berjalan menjauh dari gedung tempat tadi ia singgahi sebentar. Lalu duduk lama di taman yang ada di sekitar gedung itu. Berpikir sembari mempertimbangkan apa yang akan ia lakukan ini benar atau tidak.
Apa yang ia inginkan sudah didapat. Melalui kacamata yang ia kenakan, saat dirinya sudah duduk di salah satu taman yang tak jauh dari gedung tempatnya tadi mencoba memasuki, Dice memberi gambaran banyak mengenai kedatangan ibunya di lobby gedung ini. Hanya sekilas, bicara singkat mengenai cara ke Metro Utara dan penggunaan Code Person di sana.
Hanya itu.
Gala pikir ia bisa menemui lebih dari sekadar informasi yang baru saja ia dapatkan. Ia merasa hari ini sia-sia mengunjungi pusat Metro Selatan.
"Dice, tak bisa kah kau cari hal lainnya?" desak Gala sesaat setelah ia melihat hasil yang Dice tampilkan.
"Tidak ada, Tuan."
"Mana hasil penelurusan kau mengenai ibuku, Dice. Kau bilang butuh waktu, ini sudah agak lama. Apa tidak ada yang bisa kau lakukan selain informasi mengenai ibuku yang berada di Metro Utara? Itu pun sudah belasan tahun lamanya?" Gala makin tak sabar. Kepalanya terasa berdenyut parah. Ia merasa ibunya ini dalam bahaya besar. Tapi apa? Ia tak bisa menjangkaunya sama sekali. Dan kenapa juga ia harus bermimpi terus menerus mengenai keberadaan ibunya.
Membuat rasa penasarannya timbul besar sekali.
"Hanya jejak terakhir Nyonya Bellamie, Tuan."
"Di mana?" Gala menegakkan punggung. Di taman yang cukup sepi ini, Gala setidaknya bisa terbebas untuk bersuara dan berkomunikasi dengan Dice walau gadis hologram itu ada di dalam dadu. Dadu sendiri tak berlalu bersinar yang mencolok mata. Cahayanya agak redup dari biasanya. Gala tak terlalu ambil pusing. Seandainya berwarna seperti biasanya, dadu itu terlindungi di balik kemeja hitamnya. Seharusnya itu tak jadi soal, kan?
"Di Vore Club," kata Dice.
"Tempat apa itu?"
"Berdasar informasi yang akau kumpulkan selama ini, Vore Club milik Alexander Millian. Penguasa Metro Utara. Tempat bisnis terselubungnya berjalan. Siang hari, gedung 50 lantai itu dipergunakan untuk administrasi pusat Metro Utara. Alexander Millian bekerja dan menjalankan Metro Utara dari sana. Malam hari, Vore Cub berubah menjadi tempat kegiatan yang paling ditunggu para pejabat dan petinggi Metro Utara."
KAMU SEDANG MEMBACA
DICE
Fantasy'Satu dadu meluncur, hidup kalian taruhannya.' Pendar itu nyata, senyata hidup Gala yang berantakan. Sendirian dan mengutuk siapa pun yang membuat dirinya ada di tengah kejamnya Metro. Hingga ia bertemu takdirnya. Di mana satu per satu mulai terlih...