DICE. 101

58 16 2
                                    


Gala terdiam, duduk memeluk lutut, dan terkadang matanya mendongak menatap langit yang masih pekat bertabur bintang. Sejauh matanya memandang, hanya langit yang ia lihat dan tak ada pemandangan lain juga pasir di segala sisi. Tenda tempatnya bermalam kali ini sudah berdiri tegak. Penerangan pun ia buat meredup namun, ada satu yang kurang. Dadu itu ... sudah tak ditempati lagi oleh Dice.

Gadis itu benar-benar lenyap.

Dadu itu membawanya ke salah satu tempat yang ia rasa masih berada di dalam wilayah Metro Barat. Sedikit lebih tinggi Gala rasa permukaan di mana ia berpijak ketimbang sebelumnya karena ia merasa bisa melihat banyak sekali hal dari tempatnya berada kini. Walau kebanyakan pasir yang ia lihat memang. Begitu sampai di tempat ini, hal yang pertama kali Ia tanyakan jelas keberadaan Dice. Merulang kali ia mengecek juga memastikan di dalam dadu itu ada atau tidak Dice di sana namun yang ada hanya ...

Benda kecil yang berpendar jingga itu segera memproyeksikan satu tampilan di mana Gala bisa melihat dengan jelas. Dice di sana. Tersenyum di antara banyak layar pantauan yang selalu berhasil membuat Gala kagum karena kecerdasannya itu. Gala yakin sekali kalau Dice berada di dalam dadu saat video rekaman itu dibuat.

"Kalau Anda menerima pesanku ini, artinya aku sudah tiada."

Ada rasa tercekat yang sangat kuat mencekik Gala ketika Dice mengatakan hal itu dengan nada yang sangat enteng. Mendadak kepalanya penuh dengan kekesalan bagaimana bisa Dice bicara seperti itu dengan mudahnya? Tak bisa kah ia berpikir bagaimana keadaan Gala kalau tak ada Dice di sampingnya? Atau ... bagaimana dengan janji-janjinya saat mereka tengah bersama?

"Anda jangan marah dulu, Tuan. Apa yang kulakukan bukan tanpa alasan. Jangan menatapku seperti itu."

Refleks Gala mengusap wajahnya dengan frustrasi. Helaan napasnya pun terdengar lelah juga takut yang amat tapi ia harus terus melihat video itu terputar.

"Aku yakin Anda tak akan mau mendengarkan alasanku, Tuan. Tapi ketahui lah, aku akan tetap bicara. seperti yang sering Anda katakan, Anda menyukai hal yang mendetail agar bisa cepat mencerna. Iya, kan?"

Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini Dice tertawa? Yang benar saja! Gala rasanya ingin sekali mencekik leher gadis itu agar bisa sedikit berpikiran waras.

"Aku memang harus melakukan hal ini, Tuan. Tak banyak waktu yang kita punya sampai akhirnya Gideon tau kalau dadunya bisa kembali ia kuasai. Sekali ia gunakan dadu ini, maka semua akses dan juga kecanggihan alat yang ayah Anda sempurnakan resmi teralih. Di mana aku juga bisa saja ia ubah menjadi mesin yang kejam dan menghilangkan banyak hal yang aku rasakan dan kenang. Serta pemikiran-pemikiranku selama dalam mode Dice ini, bukan berarti aku mati rasa, Tuan. Hal itu lah yang menjadi pertimbanganku paling besar. Aku tak ingin dikuasai orang yang salah. Aku pun tak merelakan kalau sampai dadu ini menghancurkan seisi Metro di mana Gideon inginkan. Belum lagi, aku yakin kalian semua pasti mendapatkan hukuman yang berat. Aku tak bisa membayangkan hal itu, Tuan."

Dice berhenti bicara di mana membuar Gala berteriak keras. "Apa kau memikirkanku, Dice?!!!"

"Ah, aku yakin Anda marah. Tak apa. Aku tau, aku pantas dimarahi kali ini. Aku tak akan membantahnya, Tuan."

Tangan Gala terkepal kuat. Matanya mulai berkaca-kaca. Bayang di mana ketika suaranya yang lantang itu menyebutkan kode akses terakhirnya, di mana kode itu bukan sekadar kode. Dadu mengidentifikasi suara juga getarnya. Kalau bukan pemilik asli yang mengucapkan kode itu, maka akses akan ditolak.

"Aku yang memilih untuk melakukan hal ini, Tuan. Jangan salahkan apa yang sudah terjadi. Aku melindungi diriku dari penguasa yang menginginkan keburukan terjadi di sini." Dice menatap layar di mana pasti tuannya menatap di sana. "Jangan pula terlalu keras terhadap ayah Anda. Aku yakin saat ini Anda menyalahkan Tuan Xavier. dunia cermin juga merupakan usulku. Siapa pun yang terjebak di sana pasti tak akan bisa kembali. Dan rasanya pantas kalau Gideon ada di dalam sana tanpa salah satu pengikutnya." Gadis itu terkekeh pelan.

DICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang